5/25/2013


Soerjadi Soerjadarma
Laksamana Udara Soerjadi Soerjadarma lahir di Banyuwangi, Jawa Timur, 6 Desember 1912 – meninggal di Jakarta, 16 Agustus 1975 pada umur 62 tahun adalah Kepala Staf TNI Angkatan Udara dari 1946 hingga 1962.

Pada 1 September 1945 ia ditugaskan membentuk AURI oleh Presiden Soekarno dan diangkat sebagai KASAU (Pertama) pada 9 April 1946. Pada 18 Februari 1960, selain sebagai KASAU jabatannnya ditingkatkan sebagai Menteri/Kastaf AURI.

Suryadi Suryadarma sebagai pendiri dan Bapak AURI – tidak hanya berperan dalam mengembangkan dunia dirgantara pada bidang kemiliteran, namun juga sebagai pelopor pada penerbangan komersial. Tidaklah berlebihan kalau dikatakan, Suryadarma telah menjadikan dirgantara sebagai bagian dari hidupnya.

Periode Pra-Kemerdekaan
Suryadarma telah berpengalaman sejak Perang Dunia II. Ia merupakan satu dari empat puluh bumiputera yang diterima di Akademi Militer Belanda (KMA) di Breda, Belanda, sebelum PD II pada era Hindia Belanda. Ia diterima sebagai navigator tetapi Suryadarma konon berbakat sebagai penerbang namun tidak diizinkan karena ia pribumi. Suryadarma punya segudang pengalaman dengan terlibat dalam operasi-operasi udara AU Belanda, terutama ketika Belanda terdesak oleh invasi Jepang pada awal 1940-an. Ia terkenal akan keberaniannya sebagai navigator (sebagai letnan penerbang intai) dengan tiga pesawat pembom Glenn Martin B-10, yang mengebom armada Jepang di Tarakan tanpa disertai fighter escort pada tanggal 13 Februari 1942. Mereka berhasil mengebom kapal penjelajah (cruiser) Jepang, namun kemudian mereka diserang oleh pesawat-pesawat Zero, sehingga hanya bomber yang dipiloti Suryadarma yang berhasil kembali meskipun dalam keadaan rusak. Karena jasanya, Pemerintah Belanda menganugerahi Medals for Distinguished Service During Combat untu Jan Lukkien yang menjadi Komandan Skawadron sungguhpun sebetulnya peran Suryadarma sanga besar dalam mengambil keputusan bersama Kapten Lukkien, Maret 1942.

Periode 1945-1949

Dalam periode 1945-1949, Suryadarma sebagai KSAU mengembangkan ‘minat dirgantara’ melalui pendirian Aeroclub, mewujudkan pendidikan dan latihan-latihan dasar penerbangan militer di Maguwo, Maospati dan Malang (teknik radio, radio operator, penerbang, paratroops, pembekalan udara, morse code). Suryadarma adalah orang pertama yang menyadari pentingnya keberadaan pasukan payung (paratroops) mengingat kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau. Hal inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya pasukan payung pertama di Indonesia yaitu Pasukan Gerak Tjepat (PGT) yang kini menjadi Paskhas TNI-AU. Suryadarma sangat mendukung gagasan-gagasan Wiweko Supeno dan Nurtanio dalam berbagai eksperimen pembuatan pesawat terbang dan helikopter di Maospati. Selain itu, ia bersama Halim Perdanakusuma dan Wiweko mengundang pesawat-pesawat angkut asing untuk menerobos blokade udara Belanda terhadap Indonesia.

Periode 1950-1954

Tahun 1950-1954, Suryadarma memprioritaskan pendirian sekolah-sekolah pendidikan dan latihan penerbangan. Hampir segala macam kejuruan teknis penerbangan militer dan sipil, dengan memanfaatkan tenaga-tenaga ahli Belanda (ex ML dan ex Luchvaart Dienst) sebagai instruktur, dosen dan pengawas mutu pendidikan. Hanya Sekolah Perwira Penerbang saja yang menggunakan instruktur-instruktur Amerika. Pada tahun 1954 tenaga-tenaga instruktur pendidikan sudah ditangani para perwira dan bintara AURI. Bahkan untuk calon-calon instruktur pendidikan yang berprestasi, Suryadarma mengirimkan para perwira dan bintara ini ke India Air Force dalam jumlah yang cukup banyak.

Periode 1950-1955

Dalam periode tahun 1950-1955, ia konsisten mengembangkan minat dirgantara dan mendirikan Aeroclub dibeberapa ibukota propinsi. Bahkan, dari sipil pun yang berminat terbang dengan pesawat latih Piper Cub L4-J diijinkan, asal tetap memenuhi persyaratan fit and proper. Ada dua lichting berhasil memenuhi persyaratan sebagai Penerbang-III (klein brevet), yaitu mencapai 60-65 jam terbang. Para instruktur adalah penerbang AURI dan kursus ini terbatas hanya bisa diselenggarakan di Cililitan (Halim), Andir (Sulaiman, Bandung) dan Maguwo (Adisucipto). Sebagian besar masyarakat sipil ini adalah para dosen muda dari universitas. Penerbitan majalah kedirgantaraan Angkasa oleh Dinas Penerangan AURI pada tahun 1950 juga diprakarsai atas ide dari Suryadarma. Sekarang majalah Angkasa diterbit-lestarikan oleh grup Kompas Gramedia dibawah asuhan Jakob Oetama.

Curug, Garuda Indonesia dan IPTN

Suryadarma bersama Soetanandika (Kepala Direktorat Penerbangan Sipil) menggagas berdirinya Akademi Penerbangan Curug ( Sekolah Penerbang, Sekolah Teknik Udara, Sekolah Lalu-lintas Penerbangan, dan Sekolah Meteorologi). Akademi ini harus memenuhi persyaratan-persyaratan ICAO. Pada tahun-tahun pertama, sekolah-sekolah ini menggunakan tenaga instruktur AURI, namun kemudian digantikan oleh tenaga asing atas rekomendasi ICAO dan ditambah dengan tenaga sipil yang sudah memenuhi kualifikasi ICAO.
Ia juga berperan dalam negoisasi pengambil-alihan KNILM/KLM menjadi Garuda Indonesia Airways (GIA) pada tahun 1950-an. Adalah Sekolah Perwira Penerbang AURI angkatan pertama yang sekaligus menghasilkan penerbang-penerbang untuk GIA. Selain itu, Suryadarma juga menggagas agar para penerbang dan crew penerbang sipil menjadi perwira dan bintara cadangan AURI. Masyarakat awam yang terlibat dalam penerbangan sipil oleh Suryadarma juga diangkat sebagai perwira yang berpangkat Tituler.
Suryadarma sangat mendorong dan mendukung semangat dan upaya kepeloporan Nurtanio Pringgoadisuryo mewujudkan cita-citanya membangun industri penerbangan Indonesia. Dalam tahap embrionalnya, proyek ini dinamai Lembaga Persiapan Industri Penerbangan (LAPIP) yang secara struktural ada dalam organisasi AURI dan Suryadarma sebagai KSAU menentukan policy dari lembaga tersebut. LAPIP kemudian berubah menjadi Lembaga Industri Penerbangan-Nurtanio (LIPNUR) pada tahun 1976 dan pada tahun 1980 diubah menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) oleh B.J. Habibie.

Pengunduran Diri

Pada tanggal 9 Maret 1960, Suryadi Suryadarma sempat meminta mengundurkan diri sebagai bentuk pertanggungjawaban atas ulah Letnan II (Pnb) Daniel Maukar yang pada pagi harinya menembaki Istana Negara Jakarta dengan pesawat tempur MiG-17F Fresco asal Skadron Udara 11, namun permintaan tersebut ditolak oleh Presiden Soekarno.
Namun akhirnya pada tanggal 19 Januari 1962, Suryadarma “dipaksa” mengundurkan diri dari jabatannya sebagai KSAU sebagai ekses dari peristiwa pertempuran Laut Aru yang menewaskan Komodor (L) Yos Sudarso. Hal ini pula yang mengakhiri karier gemilangnya selama kurang lebih 16 tahun memimpin AURI. Pengorbanan batin KSAU Suryadarma di masa itu adalah wujud nyata sikap tertinggi dalam disiplin prajurit, yaitu loyalitas bagi bangsa dan negara.
Pada hari itu juga oleh Presiden Soekarno, ia diangkat sebagai Menteri Penasehat Presiden RI. Pada tahun 1965, ia diangkat sebagai Menpostel RI. Sebagai penghormatan atas jasa-jasanya bagi bangsa dan negara maka TNI-AU meresmikan nama Lanud di daerah Kalijati, Subang Jawa Barat dengan nama Lanud Suryadarma disingkat SDM. Selain itu nama Suryadarma juga diabadikan sebagai nama sebuah perguruan tinggi milik TNI-AU di daerah Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur dengan nama Universitas Suryadarma.

Masa pensiun 

Setelah pensiun berbagai aktifitas dan kegemaran dilaksanakan seperti berburu dan menembak, koleksi batuan mineral/mulia, menulis, koleksi perangko, membaca dan lain-lain. Menginjak di usia ke 63 tahun, kesehatannya mulai menurun dan mengidap sakit komplikasi liver. Pada minggu kedua Agustus 1975, Suryadarma mulai dirawat di Rumah Sakit Husada, Jakarta selama seminggu.
Akhirnya atas kehendak Tuhan Suryadarma meninggal dunia pada pukul 05.45 WIB pada Hari Sabtu tanggal 16 Agustus 1975. Jenazahnya kemudian disemayamkan di rumah duka dan di Markas Besar TNI AU Jalan Gatot Subroto. Pemakamannya dilaksanakan pada 17 Agustus pukul 13.00 WIB di Pemakaman Umum Karet, Jakarta secara militer dengan Inspektur Upacara KASAU Marsekal TNI Saleh Basarah.

sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Soerjadi_Soerjadarma

0 comments:

Posting Komentar