tag:blogger.com,1999:blog-28277265998325647872024-03-29T10:29:57.730+07:00Tokoh Banyuwangijenggirat tangi tokoh, artis, seniman, pahlawan tlatah blambanganUnknownnoreply@blogger.comBlogger29125tag:blogger.com,1999:blog-2827726599832564787.post-89189221477142021722014-01-27T16:27:00.000+07:002014-02-01T23:01:14.235+07:00Emilia Contessa - Penyanyi<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYyhI1nwIiEquiQJmDbiAwqgu2uWCxOzk96EP034eV_vSwPkg_9IB9SlH7krcKO01elyU9j6EENkpaE-P-6xIOnJ9iuInrDYFLlq1PDox_TeoIe5pW10pX5GuWh1TvGJAq2ZFYAUPzPOV-/s1600/emilia_contessa.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; display: inline !important; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYyhI1nwIiEquiQJmDbiAwqgu2uWCxOzk96EP034eV_vSwPkg_9IB9SlH7krcKO01elyU9j6EENkpaE-P-6xIOnJ9iuInrDYFLlq1PDox_TeoIe5pW10pX5GuWh1TvGJAq2ZFYAUPzPOV-/s1600/emilia_contessa.jpg" height="200" width="200" /></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Emilia Contessa lahir di Banyuwangi, Jawa Timur, 23 September 1957 adalah penyanyi Indonesia yang pernah dijuluki sebagai Singa Panggung Asia oleh majalah Asia Week (1975).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<u></u><br />
<div style="text-align: justify;">
Emilia merupakan anak dari pasangan Hasan Ali dan Anna Susiani. Ia suka menyanyi sejak kecil. Ibunya melakukan berbagai usaha agar Emil dapat tampil menyanyi di berbagai acara. Pada tahun 1986, Emil berhasil meraih juara umum penyanyi pop ketika Surabaya menyelenggarakan PON VII. Ajang tersebut membuka jalan Emil menjadi penyanyi profesional.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Emil yang saat itu masih menggunakan nama Emilia Hasan diajak oleh pencari bakat Lee Kuan Yew dari Philips Singapura yang mengajak Emil untuk rekaman di Singapura pada tahun 1970.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Satu tahun di Singapura, Emil yang kala itu ditemani ibunya, kembali ke Indonesia. Emil kemudian diperkenalkan pertama kali lewat TVoleh Chris Pattikawa, yang memimpin acara hiburan di TVRI. Dengan nama baru Emilia Contessa, Emil pun langsung menanjak. Emil merupakan salah seorang dari sedikit penyanyi wanita negeri ini yang memiliki suara sopran yang sangat powerfull dan lantang. Emil juga memiliki performance atau stage-act yang sulit disaingi penyanyi mana pun pada masanya. Bahkan kala itu ia dijuluki sebagaiSinga Panggung Asia oleh majalah Asia Week (1975). Masa emas Emil adalah di pertengahan tahun 1970-an. Lagu-lagu Emil yang menuai sukses antara lain "Angin November", "Flamboyan", "Biarlah Sendiri", "Bunga Mawar, "Melati", "Rindu", "Bunga Anggrek", "Penasaran", "Kehancuran", "Layu Sebelum Berkembang", "Angin Malam", "Mungkinkah", dan banyak lagu-lagu ciptaan A. Riyantolainnya. Sampai sekarang telah belasan album dihasilkannya termasuk album Islami Samudera Shalawat (2000).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tak hanya menyanyi, Emil juga menjajal dunia akting. Telah belasan film dibintanginya, antara lain Ratapan Anak Tiri, Tetesan Air Mata Ibu, dan Senja di Pantai Losari. Emil juga pernah dinobatkan jadi Ratu Foto Model oleh Persatuan Wartawan Indonesia pada tahun 1972 (dan memang cuma sekali itu saja pengangkatan Ratu Foto Model)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nama Emilia Contessa mencuat dalam Pilkada Kabupaten Banyuwangi 2010 yang memasang dirinya sebagai Calon Bupati Banyuwangi periode 2010-2015.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada tahun 1976, Emilia menikah dengan Rio Tambunan, seorang pejabat Pemda DKI, dan dikaruniai 2 orang anak; penyanyi Denada Elizabeth Anggia Ayu dan Enrico Wendri Rizky yang akrab diapnggil Rico Tambunan. Pernikahan beda agama ini berakhir dengan perceraian. Emil kemudian menikah dengan Abdullah Surkaty dan dikaruniai seorang anak, Muhammad Surkaty. Nasib pernikahan keduanya sama seperti sebelumnya. Emilia kemudian menikah dengan pria keturunan arab seorang duda beranak dua, Ussama Muhammad Al Hadar. Dari pernikahan ini, Emil mendapat seorang anak laki-laki Kaisar Hadi Haggy Al-Hadar.</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2827726599832564787.post-26634218043120352482014-01-11T15:59:00.001+07:002014-01-11T16:08:15.201+07:00Suharnoko Harbani - Pilot dan Menteri Perindustrian era Soekarno<br />
<div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/6/6b/Suharnoko_Harbani.jpg/220px-Suharnoko_Harbani.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="suharnoko harbani" border="0" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/6/6b/Suharnoko_Harbani.jpg/220px-Suharnoko_Harbani.jpg" title="Suharnoko Harbani - Pilot dan Menter Perindustria" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Marsekal Madya TNI (purn) Suharnoko Harbani lahir di Banyuwangi, Jawa Timur, 30 Maret 1925 – meninggal di Jakarta, 5 November 2001 pada umur 76 tahun adalah Menteri Perindustrian Indonesia pada Kabinet Dwikora II dan Kabinet Dwikora III pada masa pemerintahan Presiden Soekarno. Ia juga mantan anggota Angkatan Udara Republik Indonesia dengan pangkat terakhir Marsekal Madya TNI. Suharnoko Harbani juga pernah menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Kamboja.</div>
<br />
Tahun 1947, Suharnoko Harbani pelaku sejarah dari TNI AU dalam penyerangan melalui udara diwilayah tangsi-tangsi Belanda di kota Semarang, Salatiga dan Ambarawa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun 1954, Suharnoko Harbani mengikuti Pendidikan militer di RAF Staf College. Tahun 1963, menjabat Deputy Menpangau Urusan Administrasi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun 1965, Suharnoko Harbani menjabat Menteri Perindustrian Indonesia pada Kabinet Dwikora II dan Kabinet Dwikora III pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun 1966, Suharnoko Harbani menjabat Wadan Jenderal Akabri.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun 1968, Suharnoko Harbani menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Kamboja.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun 1971, menjabat di Departemen Perindustrian.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun 1976, Suharnoko Harbani pensiun.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sedangkan penghargaan yang diterima antara lain Bintang Bhayangkara Nararya, dan Bintang Kehormatan Maha Miterei (Kamboja).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5HxBJaAh6qUw_zjMsVwoV_QvTUv3s5BeHBCxeT8xiQlAHiR8M53W4DAwKs2H-q6GgFSSYZqpA8H2U3QratqO7NRYXu_Sd0ISdgom2vNOCrFbRfAPpY4EL5P1vwWqfYkop5CYu2mJv2z0/s320/AURI+1947-2.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Pilot Suharnoko Harbani" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5HxBJaAh6qUw_zjMsVwoV_QvTUv3s5BeHBCxeT8xiQlAHiR8M53W4DAwKs2H-q6GgFSSYZqpA8H2U3QratqO7NRYXu_Sd0ISdgom2vNOCrFbRfAPpY4EL5P1vwWqfYkop5CYu2mJv2z0/s320/AURI+1947-2.JPG" title="Suharnoko Masa Muda" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 10px; line-height: 16px;">Airmen of The 29th July 1947 Air Raid (R-L : cadet Suharnoko Harbani, cadet Sutardjo Sigit,cadet Mulyono, Kaput, Abdulrachman and Sutardjo)</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 10px; line-height: 16px;"><br /></span></div>
Senin, 5 November 2001, pukul 22.00 WIB, Marsekal Madya TNI (purn) Suharnoko Harbani pada umur 76 tahun, meninggal dunia di Rumah Sakit Medistra, Jakarta karena sakit.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selasa, 6 November 2001, pukul 12.30 WIB almarhum dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta Selatan dalam suatu upacara pemakaman militer dengan Inspektur Upacara Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI Hanafie Asnan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jenazah diberangkatkan dari rumah duka Jalan Teuku Umar No.70 Menteng, Jakarta Pusat pukul 12.00 WIB. Almarhum meninggalkan seorang istri Ny. Maemunah Supardi Suharnoko Harbani, dan empat anak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
6 Maret 2012, untuk mengenang jasa Almarhum, Lanud Tarakan dinamakan Lanud Marsda TNI Suharnoko Harbani, berdasarkan Telegram Asrena KASAU NO B/301-09/12/02/SRENAAU Tentang Penggantian Nama Pangkalan Udara TNI AU Koopsau</div>
Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2827726599832564787.post-76629405732604578192013-12-20T11:46:00.001+07:002014-01-02T10:37:29.988+07:00[Fiksi] Tabik dari Tini<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;">
<img alt="Tini" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUJbLPA7HqrU4W2AsBqH6D-bZD2KxoYX28jvfvMqHE0j7suF4BFePWR4A8QqJUGcFTUWqlLpiGp2Ze05uhmjkRRC8HWVjgVHSGXP5FGdX0XIE3zThLQGMLmojuRFyu5UjHNLbfAtHu8-jV/s1600/tabik_dari_tini.jpg" title="Tabik dari Tini" /></div>
Ibu saya baru saja menebar bunga kembang telon di kuburan Tini yang sudah tidak jelas pusaranya. Kelopak-kelopak bunga mawar, kenanga dan kembang gading dengan pasti ditaburkan, dan dengan elok dikomposisikan. Bunga merah dikumpulkan merah, bunga kuning dikumpulkan kuning. Indah. Padahal tadinya, Ibu ragu-ragu, apakah benar itu kuburan Tini yang ia cari. Karena kompleks pemakaman kecil di dusun Kebalen di kecamatan Rogojampi itu sudah lama tidak terurus. Beberapa belas tahun silam konon tanahnya pernah ambles, dan berusaha diuruk lagi. Bahkan kabarnya, sudah terjadi penumpukan jenazah di kuburan yang sama, karena banyak orang yang meninggal tak menemukan tempat pemakaman baru.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kabar kepastian tempat makam Tini datang beberapa tahun lalu. Kepastian ini berawal ketika ada dealer sepeda motor dari Surabaya berhasrat membeli tanah pekuburan tersebut untuk dibanguni gedung yang difungsikan sebagai gudang motor dan suku cadang. Namun, masyarakat sekitar kompleks pemakaman menolak niat itu dengan menyebar berbagai gosip mistik. Di antaranya informasi bahwa mereka sering melihat sesosok arwah menyembul dari pekuburannya di malam-malam tertentu. Arwah itu berjalan melayang, dan kemudian berdiri di bawah pohon sawo di pintulingkung kecilpekuburan itu. Ia menteng kelek seperti berjaga-jaga agar makam tidak diganggu orang. Entah benar atau tidak, arwah tersebut adalah wanita berkebaya yang menyerupai Tini. Seorang tua di desa itu merasa pernah melihatnya dengan jelas. Dan, ia percaya betul dengan matanya. Apalagi ia mengaku kenal dengan Tini, wanita yang seumur-umur berprofesi sebagai pembantu rumah tangga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan orang tua itu berkata, ketika sekeping bulan sudah jatuh di ufuk sebelum dini hari, arwah Tini kembali ke tanah kediamannya, atau masuk ke pekuburannya. Dari orang tua inilah Ibuku percaya bahwa itulah pusara Tini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Prahara di hutan jati</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ibu saya bercerita betapa sebagai pembantu rumah tangga Tini sudah menjadi bagian dari keluarga.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Mbok Tini sudah ikut Engkong, sejak Mami berusia tujuh tahun,” kata Ibu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam perjalanan pulang dari kuburan, Ibu saya bercerita mengenai pembantu yang sangat disayanginya itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tini pergi dari desanya, pedalaman kota Lasem pada awal tahun 1930-an. Tak jelas benar apa perkara yang menyebabkan Tini pergi dari sana. Konon lantaran pada waktu itu sekompi serdadu Belanda masuk ke Lasem dalam rangka mencari lahan-lahan yang menghasilkan kayu jati. Pohon yang masih muda dipelihara, dan pohon-pohon yang sudah tua ditebangi. Dalam kaitan dengan proyek tersebut Pemerintah Belanda membutuhkan kuli-kuli. Suami Tini tercatat sebagai lelaki yang harus bekerja melakukan penebangan besar-besaran itu. Namun, suami Tini menolak. Sejumlah tentara Belanda agaknya merasa tersinggung, dan setiap penolakan dianggap sebagai awal pemberontakan. Keluarga Tini pun dianggap sebagai buron dan rumahnya dibikin porak poranda. Prahara di hutan jati pun terjadilah. Tini oleh suaminya disembunyikan di rumah kakaknya untuk kemudian dilarikan ke luar desa. Dan suami Tini, dengan seorang anak lelakinya yang masih balita, memisahkan diri serta bersembunyi di suatu tempat, di selisik hutan jati yang dalam dan gelap.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam melangkahi waktu, mungkin Tini pernah berencana banyak tentang sesuatu. Namun, garis nasib sering merancang hal ihwal terlebih dahulu. Karenanya, setelah berdiam sejenak di rumah kakaknya, dan setelah tak tahu lagi nasib suami dan anaknya, Tini diperkenalkan kepada seseorang yang biasa mencarikan pekerjaan untuk wanita yang sebatangkara. Dari sini ia mencoba kehidupan yang mungkin dirasa aneh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Tini di Rogojampi</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Syahdan di Rogojampi ada keluarga besar Tionghoa. Kepala keluarga itu bernama Lim Len Tjeng. Ia sedang membangun banyak rumah di kota kecil ujung Jawa Timur tersebut. Rumah-rumah itu kemudian disewakan kepada siapa saja yang ingin hidup di sana. Konglomerat Liem Len Tjeng berpikir bahwa pada suatu saat Rogojampi akan berkembang, dan bakal menjadi daerah hunian yang memadai. Tuan Lim melihat betapa Pemerintah Belanda punya komitmen untuk bekerja sama dengan kaum intelektual bumiputra untuk memajukan kota yang sejuk itu. Infrastrukturnya sudah mulai dibentuk. Ada pabrik beras, pengolahan kopra, klinik, apotek, jalan aspal, pegadaian, masjid, gereja dan klenteng Tan Hoo Cin Jin yang bagus. Juga sekolah-sekolah. Di kota ini bahkan telah didatangkan seorang guru dan seniman dari Batavia yang bernama Sindudarsono Sudjojono untuk memimpin sekolah yang didirikan Taman Siswa. Konon untuk memajukan pendidikan rakyat yang tadinya hanya sampai pada kelas ongkoloro .</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Apa yang dipikirkan Lim Len Tjeng tidak melenceng. Banyak orang dari luar kota pindah ke Rogojampi, dan hidup tenteram sebagai penghuni. Di sinilah Tini terdampar. Dan singgah sebagai pembantu rumah tangga keluarga Engkong saya. Dan Engkong menempati sebuah rumah amat besar untuk ukuran di Rogojampi. Rumah itu disewa dari Tuan Lim itu. Di rumah itulah Tini bekerja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tini tampaknya hidup bahagia. Ia menunaikan tugasnya sebagai pembantu dengan baik. Keluarga Engkong memperlakukannya seperti anggota keluarga. Tini memiliki kamar tidur yang ia pilih sendiri. Pada suatu masa ia memilih tidur di sebuah bilik dekat sepen. YANG letaknya bagian belakang rumah. Enak kamarnya, keluasan ruang serta ventilasi cahaya cukup. Dia sangat situ. Bebas, ngorok, mengigau semau apa dia mau. Yang penting bangun tugas pagi dimulai, tidak berangkat malam sebelum pekerjaan dirasa usai. Hal lain menyebabkan bahagia situ adalah karena, seperti dituturkannya, pintu jendela kamarnya ngadep wetan, atau menghadap Timur. Di depannya ada halaman terbuka, sehingga bisa menanam perdu kemangi pohon susu. setiap kali memetik buah terong susu berbentuk lucu itu, dan diberikan kepada salah satu anak Engkong jumlahnya sembilan. Namun, ketika menderita sakit, diminta kamar saya. dengan serta-merta memasang tikar kolong ranjang besi yang tinggi. Ia tidur di sana berminggu-minggu. Bahkan, kemudian bertahun-tahun, karena Ibu saya ingin ia meninggalkannya. Dan, Tini tak pernah sedikit pun menolak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Tini bertemu utusan Brosot</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun berbilang, sampai Engkong meninggal. Anak-anak Engkong sebagian telah tersebar. Yang perempuan ada yang ikut suaminya, yang lelaki ada yang bekerja di luar kota. Dan Ibu saya akhirnya ketemu jodoh, menikah dengan seorang lelaki tinggi besar, berwibawa, aktivis sosial, yang kemudian saya sebut sebagai ayah saya. Karena merasa mubazir bila menempati rumah terlalu besar, Ibu dan Ayah mencari rumah yang lebih kecil. Dan Tini dengan setia ikut serta sebagai pembantu rumah tangga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada suatu hari, Ibu saya bertanya kepada Tini, apakah tak ada kabar sama sekali tentang suami dan anaknya. Ia menjawab, tidak. Apakah ia tidak ingin kawin lagi. Ia menjawab, belum. Bahkan, Ibu saya menawari, apabila ia ketemu jodoh di Rogojampi, Ibu bersedia menjadi wali, dan siap untuk membuat pestanya. Gandrung Banyuwangi atau angklung carok akan mengisi keramaian perhelatannya. Bahkan, seorang anak Ibu yang jadi pelukis, Tan Khing Hoo namanya, akan mengabadikan mempelai dalam kanvas dan cat penuh warna. Namun, Tini belum ingin kawin lagi. Ia berkata bahwa sebelum tahu dengan pasti nasib suaminya, dan belum bertemu dengan anaknya, dirinya tak akan memutuskan apa-apa. Meskipun jauh hari ia mendengar kabar bahwa suaminya telah mati dan anaknya pergi ke medan kehidupan yang jauh, jauh, jauh entah di mana.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berpuluh tahun kemudian, sekonyong-konyong datang seorang pemuda ke Rogojampi. Ia mencari seorang wanita. Usianya sekitar 55 tahun, berwajah lumayan cantik, kulitnya agak hitam dan bagus. Suaranya jernih dan termasuk suka tertawa. Alisnya tebal dengan mata yang bersinar seperti milik pilemsetar Miss Rukiah. Wanita ini diinformasikan sudah lebih dari 30 tahun meninggalkan desanya, di Utara Lasem. Dan wanita itu bernama Tini. Pemuda itu datang dari Lasem, dan mengaku diutus seorang lelaki bernama Brosot untuk mencari ibunya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tini sesenggukan mendengar kabar bahwa anaknya, Brosot, ternyata masih sehat-sehat saja dan masih ingat kepadanya. Dan ia lebih bersyukur ketika tahu bahwa anaknya masih tinggal di daerah Lasem. Setidaknya kabar gembira tentang anaknya ini menutup kesedihannya yang mendalam, yang berkait dengan suaminya, yang dikabarkan sudah benar-benar tiada.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tini memohon kepada Ibu agar diizinkan pergi menuju Lasem. Tentu saja Ibu mengizinkan dengan penuh bahagia. Ibu berkata, apabila Tini kerasan hidup di Lasem bersama anaknya, ya, tak usah kembali ke Rogojampi. Setelah Ibu memberikan seluruh gaji yang dititipkan, Tini mohon pamit. Ibu dan Tini berpelukan dengan disaksikan Ayah dan sejumlah anaknya. (Sayang saya tak sempat ikut melihatnya).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di Lasem Tini bertemu Brosot. Tini yakin benar itu adalah Brosot, walaupun tiada surat atau identifikasi satu pun yang bisa dipakai sebagai bukti. Oleh karena itu, uang yang dibawanya dari Rogojampi ia belikan sepasang sapi, dua pasang kambing, tujuh bebek serta seekor pejantan. Ia beli tanah beberapa ratus meter persegi untuk pemeliharaan dan pembiakan hewan-hewan itu. Hati Tini berseri-seri menghadapi kehidupan yang baru.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi belum seratus hari Tini tinggal bersama anaknya, perasaan tidak kerasan sudah mulai menganggu. Hidupnya merasa disia-siakan. Ia merasa tidak dihargai sebagai Ibu. Brosot sering tidak ada di rumah, dan menganggap rindu-rindu Ibunya bagai tidak ada sentuhannya, bagai tak pernah ada serta tiada gunanya. Namun, Tini tetap sangat menyayangi anaknya, dan tak pernah sekalipun menggugat perilaku Brosot yang sangat mengecewakan itu. Tini lalu memutuskan untuk balik ke Rogojampi. Dan sebelum pergi ia berkata.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Setahun lagi Ibu balik, Nak. Ibu akan selalu rindu kepadamu”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tini dan “Tabik-tabik Noni”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setahun kali ini, sungguh terasa bagai sepuluh tahun bagi Tini. Brosot dan segenap hewan ternak pemberiannya seperti terus memanggil-manggil. Dan Rogojampi yang pernah memeluk kehidupannya selama berberapa windu, setiap kali seperti membujuknya untuk pulang lagi ke Lasem. Ia ingin mencium kening anaknya. Ia ingin melihat bagaimana sapi-sapi, kambing-kambing serta bebek-bebek berkembang biak dan memberikan kehidupan yang bagus kepada anaknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika kerinduan itu sudah tiada terbilang, ia pun berpamitan kepada Ibu. Kali ini dengan isak tangis yang sangat mendalam, karena Tini bilang ia tidak akan balik lagi ke Rogojampi. Ia akan hidup bersama anaknya di Lasem, sampai hayat dikandung badan. Ibu juga terharu. Namun, Tini mungkin tersadar bahwa perpisahan itu tidak perlu dimasukkan benar dalam ceruk-ceruk perasaan. Dan lucu, mungkin sambil berusaha menghibur-hibur, ia lalu menyanyikan lagu Tabik-tabik Noni atawa Baboe Maoe Poelang. Lagu yang katanya sering ia dengar di Jaarbeurs, atau pasar malam tahunan zaman Belanda, ketika ia sering mengantar Ibu dan kakak-kakak Ibu dulu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tabik-tabik Noni, Baboe maoe poelang</div>
<div style="text-align: justify;">
Poelang ke tana moela, si Baboe soeda toea</div>
<div style="text-align: justify;">
Kaloe Baboe mati, djangan kasi boenga</div>
<div style="text-align: justify;">
Kirim aermata, si Baboe soeda trima.</div>
<div style="text-align: justify;">
Caca marica oe oe… cacamarica oe oe…</div>
<div style="text-align: justify;">
Cacamarica, si Baboe soeda toea…</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Syair tersebut dinyanyikan seperti lagu “Mana di mana, anak kambing saya…”. Ibu tersenyum mendengar lagu itu. Tini juga. Ibu kemudian mengantar Tini sampai dipertelon, dan menghilang di selinapan pintu bus yang mengangkutnya ke kampung halaman.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun, siklus perjalanan hidup Tini semakin sempit saja. Belum seminggu ia sudah muncul lagi di hadapan Ibu, di Rogojampi. Wajahnya kusut. Setelah ia menaruh sepuluh kue lepat sebagai buah tangan dari Lasem, dan sambil menyeret kopor kulitnya yang lusuh ke kamar yang masih saja disediakan oleh Ibu, Tini mengomel.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Brosot sudah tak ada di kampung. Sapi, kambing, bebek, semua sudah tidak ada. Orang kampung juga tidak tahu dia ke mana. Dia minggat dari kampung. Minggat. Ada yang bilang Brosot jadi pedagang sepeda motor di Surabaya! Apa iya Brosot…. Brosot! Aku kok tidak percaya….” Tini menangis dengan suara yang dalam teredam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejak itu, Tini menjadi sakit-sakitan. Meski dirinya memaksa diri bekerja, namun ia tidak mau makan. Badannya kurus tak kepalang. Kondisi kesehatannya terus merosot. Ia sering mengigau dan linglung. Nama Brosot setiap kali disebutnya dengan lirih, dengan rasa derita yang sulit diterjemahkan.. Sampai akhirnya sang waktu menutup pintu. Tini meninggal dengan ditunggui Ibu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai penutup</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tahun ini, berarti tahun ke-30 kematian Mbok Tini. Rasanya belum lama”, kata saya kepada Ibu di sebuah pematang kering yang kami lewati.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ibu tak menyahut. Di kerut pipinya yang sangat tua terlihat setitik air mata.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
(Untuk mendiang Mbok Tini dan Mbok Barina, pembantu keluarga saya)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Agus Dermawan T</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
sumber :</div>
<div style="text-align: justify;">
http://cerpenkompas.wordpress.com/2003/07/20/tabik-dari-tini/</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2827726599832564787.post-31769054550964504042013-12-20T11:06:00.000+07:002014-01-02T11:15:36.898+07:00Ivan Hariyanto - Pelukis<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyW6ZEGoqTRWdknSvnKE4kYbr_gRxJOPAbHmicEXOHcmDyDBhLxJeXncrZNdVArMex_oUY-Ay4V1bpjVmWiK3bER7Nm3JrHrftYP-1ESQvT9cdL8yIlcbZhqBSfkQ3im_kkJXwMzVsmhiS/s1600/IVAN+hariyanto.jpg" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Ivan Hariyanto - Pelukis" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyW6ZEGoqTRWdknSvnKE4kYbr_gRxJOPAbHmicEXOHcmDyDBhLxJeXncrZNdVArMex_oUY-Ay4V1bpjVmWiK3bER7Nm3JrHrftYP-1ESQvT9cdL8yIlcbZhqBSfkQ3im_kkJXwMzVsmhiS/s200/IVAN+hariyanto.jpg" title="Ivan Hariyanto - Pelukis" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ivan Hariyanto</td></tr>
</tbody></table>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Lahir di Banyuwangi, 18 November 1955. Pendidikan: STSRI ASRI (ISI) Jurusan Seni Lukis (1975-1981). Alamat: Ngagel Tirto II-8 Surabaya, tlp: 031.5043543. Mengikuti berpuluh kali pameran, diantaranya: Jakarta, Surabaya, Manado, The Painting and Children Photography (Manila, Singapura, Tailand, Brunei Darussalam, dan Malaysia), Finalis Phillips Morris Arts Award VI 1999, Jogjakarta (a.l: Kelompok Kepribadian Apa), mendirikan Himpunan Pelukis Surabaya (Hipbaya) 1992-1998, terlibat dalam Komunitas Apa Kepribadian bersama Masdibyo, Rilantono, Salamun Kaulam, Andhie L. Hamsan, Agoes Koecink, dan Djuli Djatiprambudi. Penghargaan Seni: Pelukis Berprestasi 2000 di Jakarta. (*)<br />
<br />
<b>karya-karya ivan hariyanto </b><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img alt="karya lukisan ivan hariyanto" border="0" src="http://ivanhariyanto.files.wordpress.com/2007/12/ivan-studio-2.jpg" title="Ivan Hariyanto - Pelukis" /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img alt="karya lukisan ivan hariyanto" border="0" src="http://ivanhariyanto.files.wordpress.com/2007/12/ivan-studio-1.jpg" title="ivan hariyanto" /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img alt="karya lukisan ivan hariyanto" border="0" src="http://ivanhariyanto.files.wordpress.com/2007/10/reciprocity-4-2007-140x120cm-cat-minyak-di-atas-kanvas.jpg" title="karya lukisan ivan hariyanto" /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img alt="karya lukisan ivan hariyanto" border="0" src="http://ivanhariyanto.files.wordpress.com/2007/12/interuption-of-yue-mingjun-1-180x110-cm.jpg" title="karya lukisan ivan hariyanto" /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img alt="karya lukisan ivan hariyanto" border="0" src="http://ivanhariyanto.files.wordpress.com/2007/12/interuption-of-yue-mingjun-2-180x110-cm.jpg" title="karya lukisan ivan hariyanto" /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img alt="karya lukisan ivan hariyanto" border="0" src="http://ivanhariyanto.files.wordpress.com/2007/10/reciprocity-1-2007-140x120cm-cat-minyak-di-atas-kanvas.jpg" title="karya lukisan ivan hariyanto" /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<span style="text-align: justify;">sumber : </span><a href="http://ivanhariyanto.wordpress.com/" style="text-align: justify;">http://ivanhariyanto.wordpress.com/</a></div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2827726599832564787.post-59441851311016165402013-12-19T05:04:00.000+07:002014-01-02T11:15:55.108+07:00Koesniah - Maestro Gandrung<div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjz2MHQ0nqdtV15AUySn5mZJSnYNi15s1irjhUD4bH7tLbmHiRtw6PlTzS6LF5TRDc07gxWeR82JOA1o7DFGP4B77eYJIomRrFiPQylInEb90nSHsfNKxh2H6pQn5tCBsKFxw0nGVb7m6C3/s1600/koesniah.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Pemain Gandrung Banyuwangi Koesniah" border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjz2MHQ0nqdtV15AUySn5mZJSnYNi15s1irjhUD4bH7tLbmHiRtw6PlTzS6LF5TRDc07gxWeR82JOA1o7DFGP4B77eYJIomRrFiPQylInEb90nSHsfNKxh2H6pQn5tCBsKFxw0nGVb7m6C3/s200/koesniah.jpg" title="Koesniah - Maestro Gandrung" width="150" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Koesniah</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<i>Ia menjadi salah satu maestro Gandrung Banyuwangi. Siapa yang tak mengenalnya, suaranya yang khas, berwajah rupawan. Siapa yang tak tergila-gila saat Ia menjadi putri panggung dengan kibasan sampur merahnya. Ia tak lama menggandrung, namun tak henti-hentinya ia masuk dapur rekaman. </i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Itu dulu, kini di masa tuanya, Ia hidup bersama anak semata wayangnya dengan kehidupan yang sangat sederhana. Di tengah kesederhanaanya, suara emas itu masih bisa kita dengarkan hingga saat ini, masih dengan karakter suara khasnya, tak berubah…</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di tengah perjalanan menuju Pondok Pesantren Darussalam – Blokagung, Banyuwangi, kemarin 15 Februari 2012, tepat di desa Kedayunan ada segerombolan polisi yang sedang melakukan operasi tilang pemerikasaan pengendara. Hal itu mebuat kepanikan saya dan juga dua kakak saya yang juga mengendarai motornya, maklumlah motor yang saya pakai STNKnya sudah melewati masa batas perpanjangan, jadi ini yang menjadi sasaran empuk polisi. Tanpa pikir panjang saya langsung saja menerobos salah satu halaman rumah warga tepat di depan puskesmas Kabat. Untung saja Si Pemilik rumah dengan baik hati menunjukkan tempat persembunyian yang aman di belakang rumahnya, agar lolos dari pemerikasaan polisi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Begitu juga sambutan ramah seorang wanita paruh baya yang duduk di lincak kecil depan rumah sederhananya. Ia menyuruh saya menuju bagian belakang rumah tetangganya agar bisa lolos dari kejaran polisi, “Mronoho Lek, lebokno mrono sepidah iro memburi kono makne ojo ketemon ambi pulisai”, ujarnya. Wajahnya tak asing bagi saya, begitu juga suara khasnya. Sebelumnya, ketika saya memasuki halaman rumahnya saya sudah mengira-ngira wanita itu. Dalam hati saya berkata, “Bukannya wanita paruh baya itu Gandrung Koesniah? Tapi masak iya??”. Kemudian saya tanyakan hal itu kepada Ibu dan Bibi saya,</div>
<div style="text-align: justify;">
“Delengen tah wong wadon iku Gandrung Koesniah iko tah?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Iyo yoh Lek, koyo Gandrung Koesniah..”, jawab Bibi saya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tanpa berpikir panjang lagi, saya langsung membawa masuk motor ke tempat yang aman diatara kandang ayam. Dua jam saya dan kakak saya beserta beberapa orang yang berusaha bersembunyi dari kejaran polisi menunggu hingga operasi tersebut berakhir. Bau kotoran ayam yang menyengat hidung menemani kami selama di tempat persembunyian. Sementara wanita paruh baya berubuh tambun itu masih menggelitik pikiran saya apakah benar wanita itu adalah Koesniah, “Lintang Gadrung” yang digandrungi masyarakat seantero Banyuwangi di zamannya?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dua jam berlalu, akhirnya operasi tilang itu berakhir juga. Saya pun langsung keluar dari persembunyian dengan menuntun motor. Tiba-tiba Bibi menghapiri saya dan mengatakan benar bahwa wanita itu Gandrung Koesniah,</div>
<div style="text-align: justify;">
“Iyo Lek, iku Gandrung Koesniah, mari sun takoni kene mau. Mronoho tah iro”</div>
<div style="text-align: justify;">
Ternyata benar dugaan saya, beliau adalah Gandrung Koesniah. Akhirnya saya sempat bersalaman dan berbincang dengan Mak Koesniah.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Yeh…siro iki perandane sing dienteni nong umah, perlu sengidan nong mburi. Weruho gedigu sakat mau sun corotaken teh Nang..” Ujar Mak Koesniah dengan ramah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Mak Koesniah menceritakan bahwa ia tinggal bersama anak angkat semata wayangnya di rumah sederhanya ini, namun sayang, anak yang menjadi harapannya itu saat ini sedang mengalami gangguan syaraf akibat insiden pemukulan yang pernah dialaminya, akibatnya saat ini putranya menderita gangguan jiwa.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Yo wes gedigi iki Lek uripe Mak Kus, wes emak’e iki gedigi anake sing pati waras pisan”, ungkapnya</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sungguh sangat terenyuh hati saya mendengar ungkapan jujur Sang Seniwati senior Banyuwangi yang suaranya telah melekat di hati masyarakat Banyuwangi itu. Tinggal dengan anaknya yang mengalami gangguan jiwa di rumah yang sangat sederhana pula. Rumah yang sederhana itu merupakan rumah sewa, Mak Koesniah saat ini tidak memiliki tempat tinggal tetap, Ia pun sering berpindah tempat tinggal. Rumah miliknya sudah dijual untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Koesniah, bagi masyarakat Banyuwangi siapa yang tak mengenalnya. Beliau salah satu artis lokal papan atas di era 70-80an dengan gending-gending gandrung dan kendang kempul Banyuwangian. Awal karirnya di dunia tarik suara berawal menjadi penari gandrung, dari situlah ia menjadi terkenal di Banyuwangi. Kemudian beliau mulai dilirik oleh produser dan masuk dapur rekaman. Gending-gending yang dibawakan laris manis di pasaran, bahkan hingga saat ini pun masih menjadi salah satu gandrung legendaries andalan di Banyuwangi, selain Gandrung Temu. Menurut budayawan senior Banyuwangi Almarhum Hasan Ali, Koesniah satu-satunya gandrung yang paling sering masuk dapur rekaman dibanding gandrung lainnya</div>
<div style="text-align: justify;">
(<a href="http://groups.yahoo.com/group/mmaipb/message/2726">http://groups.yahoo.com/group/mmaipb/message/2726</a>)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bagi para orang tua yang sempat menikmati masa kejayaan Koesniah, hingga saat ini masih terkesan dengan suara khas yang dimilikinya. Walaupun album-album Koesniah tidak sebanyak dulu, namun Koesniah masih melekat di hati masyarakat penikmat kesenian Banyuwangi. Di hari tuanya yang semakin renta, Mak Koesniah masih menerima tawaran nyinden di beberapa acara kesenian dan juga tawaran beberapa rekaman CD. Dari hasil itulah ia mencukupi kebutuhan hidupnya yang sangat pas-pasan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya tidak sempat mengalami masa kejayaannya ketika Mak Koesnggadrung, namun di masa kecil saya lagu-lagunya sangat familier di telinga saya. Maklumlah sejak kecil saya sangat menyukai gending-gending banyuwangian, seperti anak-anak yang hidup di pedesaan Using yang gemar mendengarkan gending banyuwangian hingga luar kepala.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beliau juga menceritakan kepada saya bahwa dirinya bebepa waktu lalu ketika diadakan perhelatan akbar Tour d’Ijen juga diundang sebagai sinden di acara penutupan yang dihadir Bupati Banyuwangi dan orang-orang penting di kota ini. Pengahargaan pun juga mengalir dari Pemkab berupa piagam dan sejumlah uang pembinaan. Tentunya nominal tersebut tak seberapa dibanding dengan apresiasi pada kesetiaannya menjaga tradisi dan suara emas yang dimilikinya ditengah derita hidup yang dialami.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Piagam sak arat-arat Lek, tapi mosok ono picise, ono tapi mung sitik. Tapi isun cukup sukur wes diweni ”, ungkapnya dengan disertai senyum jujurnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sungguh sangat ironi, ketika pemerintah mengadakan perhelatan akbar bertaraf internasional dengan menumpangi promosi pariwisata dan kebudayaan Banyuwangi, namun di sisi lain pelaku seni seperti Mak Koesniah yang terlibat langsung di acara itu masih menikmati hidup yang terpontang-panting di hari tuanya. Beliau hanya dibayar dengan nominal yang tak banyak dan selembar piagam namun di sisi lain Mak Koesniah tidak memiliki hunian tetap, Beliau tinggal di rumah sewa yang sangat sederhana. Bukankah ini sama dengan eksploitasi….?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sang Pemimpin kota gerbang timur Jawa saat ini sedang gencar-gencarnya mengumumkan indeks keberhasilan pembangunan di berbagai bidang kehidupan di setiap pidatonya. Begitu juga even-even bertaraf internasionalnya seperti Banyuwangi Ethno Canival (BEC) dan Tour d’Ijen yang menjadi kebanggaanya. Berapa banyak uang rakyat dihabiskan untuk menyelenggarakan even yang hanya bisa dinikmati dengan membedakan kelas sosial penikmatnya itu? Sedangkan pelaku seni hanya dijadikan objek tanpa diberdayakan secara positif. Itulah yang menjadikan hati saya menangis ketika secara tidak sengaja diberi kesempatan bertemu dengan Mak Koesniah di rumah sederhanya itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun di tengah luputnya perhatian dari pemerintah setempat, ternyata ada secercah harapan yaitu sekumpulan masyarakat pecinta kesenian Banyuwangi yang tersebar di dunia maya telah tergerak hatinya untuk melakukan penggalangan dana. Sejumlah bantuan diserahkan kepada beberapa seniman dan seniwati Banyuwangi yang mengalami nasib kurang beruntung seperti Mak Koesniah dan Gandrung Temu yang juga maestro Gandrung Banyuwangi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya, saya pun berpamitan dengan beliau untuk melanjutkan perjalanan. Sebagai rasa bangga bertemu dengan Sang Legendaris, saya pun minta izin untuk foto bersama beliau. Semoga di masa tuanya, Mak Koesniah selalu diberi kesehatan dan kelancaran rezeki agar selalu tetap bisa berkarya untuk </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
sumber :</div>
<div style="text-align: justify;">
http://arsitekkampung.wordpress.com/2013/02/22/gandrung-koesniah-yang-berjuang-di-masa-tua/</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
=============================</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
"Aku iki rekaman wis pirang-pirang kok gak iso tuku emas sak gram..." keluh Koesniah dalam bahasa Jawa bercengkok Banyuwangi. (Maksudnya: "Saya ini sudah rekaman berkali-kali tetapi tidak bisa beli emas, meski hanya satu gram.") Di kalangan masyarakat Banyuwangi, Koesniah bukanlah nama asing. Dia salah satu nama yang pernah berkibar dalam pelataran kesenian rakyat paling populer di wilayah itu, yakni gandrung. Kini, Koesniah memang bukan lagi Koesniah sang primadona. Umurnya sekarang sudah menginjak 42 tahun. Tubuhnya kian subur ditimbuni lemak. Koesniah yang sekarang adalah Koesniah penjual jamu di Pasar Rogojampi, Banyuwangi...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
DI toko-toko kaset kecil di wilayah paling ujung Jawa Timur ini, masih bisa ditemukan beberapa rekaman kaset yang pernah dibuat oleh Koesniah, lengkap dengan sampul kaset yang biasanya diusahakan semenawan mungkin: foto wanita itu dipajang dengan dandanan bagus, berkalung emas, menyungging senyum. Itulah sebagian sisa "kejayaan Koesniah". Beralihnya kegiatan Koesniah dari panggung gandrung dan studio rekaman ke lorong pasar sebagai penjual jamu, barangkali merupakan cerminan bagaimana nasib kesenian gandrung itu sendiri sekarang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Gandrung, kesenian setempat yang konon punya sejarah sejak sekitar akhir 1800-an, mencapai perkembangannya yang luas ketika sebuah perusahaan kaset rekaman daerah (dalam hal ini Sampoerna Record Situbondo) mulai merekam jenis kesenian rakyat itu. Dalam skala industri rekaman kaset di daerah -- maksudnya industri rekaman yang berbasis di luar Jakarta -- dan biasanya mengkhususkan diri merekam kesenian-kesenian rakyat, jumlah kaset yang diproduksi pada setiap album memang hanya sekitar 3.000-5.000 kaset (bandingkan kaset lagu-lagu pop yang bisa dibuat sampai puluhan ribu, bahkan sampai ratusan ribu). Namun dari ketekunan dan ketelatenan para perekam di daerah dengan industri berskala kecil itulah, beberapa jenis kesenian rakyat memperpanjang napas hidupnya dan mampu terus hadir di tengah masyarakat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari berbagai keterangan yang dihimpun Kompas, dulu kesenian berupa tarian diiringi lagu berlirik yang keseluruhannya boleh dikata merupakan gabungan estetika tari Jawa, Bali, dan Madura ini dibawakan oleh para penari laki-laki. Pada masa sebelum tahun 1890, konon sangat dikenal penari gandrung Banyuwangi bernama Marsan. Sepeninggal Marsan, untuk beberapa tahun gandrung katanya hilang dari peredaran. Baru pada tahun 1895 (menurut kepustakaan Tari Gandrung Banyuwangi yang diterbitkan oleh Kanwil Depdikbud Jawa Timur), muncul gadis kecil anak Mak Midah (Ramidah) dari desa Cungking sebagai penari gandrung wanita pertama. Dalam perjalanan kesenian itu selanjutnya, konon gandrung Semi (nama gadis itu)-lah yang menjadi cikal-bakal gandrung seperti dikenal di Banyuwangi sampai saat ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Gandrung merupakan ibu dari semua jenis kesenian Banyuwangi," kata Hasan Ali yang banyak menggeluti kesenian daerah itu dan pernah menjabat di Dinas Kebudayaan. Maksudnya, gandrung punya pengaruh terhadap berbagai jenis kesenian lain di daerah itu, taruhlah semacam angklung, barong, mocoan, gendongan, dan lain-lain. Sebagai seni pertunjukan, gandrung biasanya diselenggarakan di tempat terbuka semalam suntuk. Lagu-lagu yang mengiringi tari gandrung sebagian besar bertema cinta. Umumnya, gending-gending gandrung berlaras slendro. Dalam beberapa hal, kesenian ini juga diselimuti aura mistik. Katanya, ada mantera-mantera khusus yang dibaca saat seorang penari gandrung merias diri. Konon, mantra itu punya kekuatan memikat orang lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada masa sebelum 1965, PKI sempat memanfaatkan gandrung dan angklung dalam strategi kooptasi mereka. Noda PKI itu sempat menjadikan gandrung (dan jenis-jenis kesenian rakyat lain) sempat tenggelam karena trauma. Baru pada sekitar tahun 1969 mulai hilang rasa was-was dan ragu-ragu terhadap kesenian rakyat ini. Merebaknya industri kaset menggantikan piringan hitam di awal 70-an ikut mengaksentuasi berbagai perkembangan kesenian daerah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
GLAMOUR macam apakah yang ditawarkan kepada para seniman tradisional ketika kesenian rakyat semacam gandrung masuk dalam industri rekaman? "Paling banter, rekaman dua kaset waktu itu saya menerima imbalan Rp 250.000," ujar Koesniah. Tiap kaset biasanya berisi antara 10-12 lagu. Dengan demikian, seperti dihitungnya sendiri, satu lagu ia menerima imbalan sekitar Rp 12.500. "Yang sana manis, yang sini pahit. Yang sana naik mobil, yang sini naik cikar," tambahnya berseloroh. (Gandrung sendiri kaya akan pantun seperti itu. Lihatlah misalnya lirik:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Pisang mas dibawa layar</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Pisang mentah di dalam padi</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Utang mas boleh dibayar</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Utang cinta dibawa mati)</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Koesniah mengaku terjun ke dunia gandrung sejak umur tujuh tahun. Pada umur sepuluh tahun, ia mengaku sudah banyak menerima tanggapan. Daya tarik di pentas itulah yang barangkali lalu membuatnya keburu menikah, pada usia yang masih tergolong muda. Ia mengaku pertama kali menikah umur 15 tahun (dalam hal perkawinan ini, sampai sekarang ia tercatat sudah menikah lima kali. Ia kini tinggal dengan suaminya yang kelima, bernama Abdul Kadir). Dia tak ingat lagi sudah membuat rekaman berapa kaset. Bahkan dia mengatakan, tak menyimpan satu pun rekaman yang pernah dibuatnya. "Yang sekarang saya punya hanya piring yang ada foto saya yang dikirimkan oleh orang Jepang," katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Judul-judul rekaman yang pernah dibuatnya antara lain Sawunggaling, Lamaran, dan Lirak-Lirik. Menurut pengamatan Hasan Ali, suara Koesniah sebenarnya bukanlah yang terbaik kalau dibanding seniwati-seniwati gandrung yang lain. Daya improvisasi Koesniah disebutnya tidak terlalu istimewa. "Kalau ingin mendengar gandrung Banyuwangi yang asli, dengarlah suara Tatik," kata Hasan Ali, menyebut nama penyanyi gandrung yang lain. Tapi diakuinya, Koesniah memang lebih banyak membuat rekaman dibanding seniwati-seniwati yang lain. Selain itu, pada masa jayanya, Koesniah konon juga dikenal paling rupawan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
DENGAN kata lain, termasuk nasibkah dulu yang membuat Koesniah mendapat kesempatan lebih besar dibanding teman-temannya di dunia rekaman? Lalu, bagian dari nasib pulakah ketika kini Koesniah menjadi penjual jamu di Pasar Rogojampi? Dalam perspektif kebudayaan Jawa (yang berpusat di Jawa Tengah), gandrung pastilah bukan termasuk kesenian "adiluhung". Popularitasnya di tahun 70-an, lebih dikarenakan sukses bisnis industri rekaman yang ikut menopangnya waktu itu. Itulah "justifikasi dari eksistensinya" yang sebenarnya. Kini, dari Banyuwangi, Situbondo, sampai Jember, menurut beberapa pemilik toko kaset, penjualan kaset gandrung telah jauh merosot dibanding dangdut. Gandrung sebagai ibu kesenian terdesak oleh dangdut yang menusukkan pengaruh kemana-mana, ke berbagai jenis kesenian rakyat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dinamika riil industri seperti inilah -- dan bukan "pesta-pesta atau festival-festival kesenian" yang sifatnya temporer -- yang akhirnya banyak bicara terhadap kehidupan seorang seniman. Mbak Koesniah tidak ingin main gandrung lagi? "Kalau honornya tinggi sih mau, tapi kalau rendah, ya lebih baik jual jamu. Setiap hari jual jamu saya bisa mendapatkan uang lima belas ribu," tukasnya sambil tertawa. (Abdul Lathif)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
teks foto:</div>
<div style="text-align: justify;">
JUAL JAMU -- Koesniah, mantan primadona gandrung di daerah Banyuwangi. Kesenian gandrung kini surut popularitasnya, dan Koesniah beralih dari panggung ke Pasar Rogojampi menjadi penjual jamu. Kompas/tif</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber: KOMPAS, Sabtu, 27-06-1992. Hal. 16. Foto: 1 </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: center;">
Koesniah on Youtube :</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="315" src="//www.youtube.com/embed/1ZFV87z22uI" width="420"></iframe>
</div>
<br /></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2827726599832564787.post-21472409833006626612013-11-28T07:35:00.000+07:002014-01-02T11:16:41.386+07:00Abu Sangkan - Ustad<br />
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><img alt="Ustad Abu Sangkan" border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_zHScWGLcrVDsr1GwFlzcs6QjeCplSJfVS6RCOkCeiznm-6n3cbXJqUL9Fo9-N_LNvhOKOgiKGOSdqYri4kzEG45kfD8Ol0xtaWj_kcmUU-IJCsfkPxtVl7Wn9LRKfGdq6r6KUCXdhDVp/s200/ustad+abu+sangkan.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" title="Abu Sangkan - Ustad" width="150" /></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Abu Sangkan</td></tr>
</tbody></table>
Kehidupan masa kecil Abu Sangkan, ternyata penuh dengan guliran air mata. Baru berumur 15 hari sebagai orok, sudah ditinggal wafat oleh ayahandanya. Lalu dirinya diasuh oleh kakeknya Abdul Wahid, yang lebih dikenal sebagai pendekar sekaligus tokoh agama yang cukup disegani masyarakat di Banyuwangi. Lingkungan keluarga yang religius ini, memang sudah turun temurun sejak eyang buyutnya Mbah Mas Mohammad Shaleh – sang pendiri Masjid Jami’ Baiturraman Banyuwangi Kota.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bahkan eyangnya Kyai Mas Sulaiman memiliki sebuah pesantren, yang kental dengan tradisi salafiyah syafi’iyah. Kelak pemikiran model salafiyah inilah, yang banyak mempengaruhi sikap hidupnya. “Sewaktu kecil, saya dilarang oleh kakek untuk bersiul, adu jago dan nonton tari janger. Bahkan kalau bunyi gamelannya terdengar sampai ke rumah, telinga saya langsung disumpel kapas,” tuturnya mengenang masa silam kanaknya. “Kalau sampai mendengar bunyi-bunyian itu, kata nenek nanti di akhirat kuping saya akan dicor dengan besi panas. Mendengar itu saya langsung tidur,” tambahnya sambil tertawa lirih.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sayangnya, keceriaan masa balita itupun keburu lenyap dari kehidupannya. Sewaktu dirinya masuk ke SD Al-Irsyad, kakeknya pulang ke rahmatullah. Kesepian pun tiba-tiba saja bergelayut di pelupuk matanya; hidup serasa tak punya siapa-siapa lagi. Karena selama ini sentuhan kasih sayang yang paling dirasakannya, adalah dari kakek tercintanya. “Beliau adalah idola saya. Cita-cita saya waktu itu adalah ingin seperti kakek. Oleh karenanya saya sering disuwuk, agar kalau besar nanti bisa jadi pendekar dan kyai seperti kakek,” ungkapnya bernada pedih. “Keempat saudara saya juga meninggal semua sewaktu masih kecil-kecil, sehingga saya menjadi anak tunggal,” tambahnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika beranjak meremaja, pria kelahiran 8 Mei 1965 di desa Alasbuluh kecamatan Wongsorejo – 25 km sebelah utara Banyuwangi – ini sudah terbiasa hidup mandiri. Kegemarannya waktu itu, adalah memperdalam ilmu keagamaan. Itulah sebabnya dia lantas masuk ke pondok pesantren Al-Ihya’ Bogor asuhan KH. Mohammad Husni Thamrin dan KH. Abdullah bin Nuh. “Beliau berdualah yang banyak membimbing saya untuk memperdalam agama,” tukasnya singkat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu putra pasangan Mohammad Abdush Shamad dan Hj. Sayu Shalihah ini, melanjutkan studinya ke Fak. Ushuluddin IAIN Syarif Hidayatullah jurusan Aqidah dan Filsafat. Di saat itulah dirinya mengalami kekurangan ekonomi untuk bisa tetap hidup di Jakarta. Untungnya, sejak keluar dari sekolah Perkebunan (SpbMA) Abu Sangkan sudah terbiasa mandiri secara ekonomi. Dia lantas memutuskan untuk segera mencari kerja, dan diterima di PT Des Art – milik keluarga Titik Puspa – sebagai designer lansekaping. “Setelah tiga tahun di sana, lalu saya keluar dan mengelola perusahaan sendiri di bidang kontraktor dan sebagai eksportir ikan hias,” jelasnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika kuliah di IAIN, anak bungsu dari lima bersaudara ini justru meninggalkan dunia dakwahnya. Padahal semasih mondok, begitu getol dunia itu digelutinya. Sebab waktu itu dirinya banyak terlibat dengan aktivitas di berbagai organisasi keislaman. Bahkan pernah juga dia menjadi anggota Ikhwanul Muslimin dan Darul Arqam. “Saya merasa ada yang hilang dari jiwa saya. Jiwa saya telah mengering. Pelajaran agama yang saya dapatkan, juga tak bisa berbuat banyak untuk meredam gejolak jiwa,” keluhnya. “Lalu saya kembali mendalami olah spiritual, yang telah saya dapatkan dari paman guru saya di Banyuwangi,” simpulnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejak itulah hampir seluruh malamnya dihabiskan untuk berdzikir dan shalat sunnah. Bahkan menjelang pagi pun, dirinya kerap masih tampak duduk diam berdzikir. “Kalau sudah duduk seperti ini, saya merasakan sebuah ketenangan yang tiadatara. Bahkan kondisi tenang ini terbawa sampai ketika saya mengurus pekerjaan di lapangan,” akunya. “Bagi saya, agama itu merupakan persoalan pribadi dengan Allah SWT. Sehingga yang saya perjuangkan justru bukan dakwahnya, melainkan bagaimana saya menjadi orang yang sabar dalam menjalankan agamaNya,” katanya menambahkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Itulah yang membuatnya tak merasa terbebani dengan persoalan cita-cita dakwah. Sebab yang ingin selalu dilakukannya, adalah bagaimana senantiasa dekat dengan Allah. Di sisi lain, bagaimana mencari nafkah keluarga serta mengelola zakat penghasilan pribadi untuk para fakir miskin. “Saya rasa ini secara otomatis sudah bermakna sebagai dakwah bil hal. Jadi.. ya tak merasa beban lagi sebagaimana sewaktu saya jadi penceramah,” ujarnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketenangan semacam itulah, yang membuat dirinya berani menghadapi segala tantangan. Sebab segala apa yang terjadi, hal itu telah diizinkan oleh Allah. Dan dari setiap peristiwa yang terjadi, pasti terdapat hikmah yang sangat luar biasa. Peristiwa itulah yang menggerakkan kehidupan. “Semisal ada kecelakaan. Bagi si korban, tentu pasti menderita. Namun bersamaan dengan itu, banyak orang yang mendapatkan rezki darinya. Seperti dokter, polisi, suster rumah sakit, satpam, tukang parkir dan lain-lainnya,” katanya mencontohkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari perjalanan panjang pencarian diri itulah, akhirnya Abu Sangkan menemukan metode untuk melakukan shalat khusyu’. Lalu hal itu diterapkannya di rumah bersama keluarga. Setelah banyak teman-teman dari pengajian kecil yang mendengarnya, lalu mereka bersama-sama ingin shalat berjamaah bersamanya. Dan tak terasa jumlah mereka kian hari makin bertambah banyak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menjelang tahun 2000, ada yang menuliskannya di milis islam net. Sejak itulah dirinya diminta untuk menuliskan setiap pengalamannya. Dari kumpulan artikel itulah lalu disunting menjadi sebuah buku yang berjudul “Pelatihan Shalat Khusyu’”. Dan dari buku itulah nama Abu Sangkan berkibar menjadi sebuah fenomena, tak hanya di Indonesia namun pula sampai ke negeri tetangga. “Tapi tolong jangan salah paham, ini bukan hasil penemuan saya. Ini hanyalah merupakan dorongan kegelisahan dari seorang santri yang merasa malu dengan dirinya sendiri,” tukasnya bersahaja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun ungkapan itu serius. Sebab selama ini, masih ada saja orang yang salah paham terhadapnya. Mereka mengira, bahwa dirinya telah membuat suatu ajaran baru tentang shalat. “Padahal saya mengajarkannya tanpa pernah mengubah syari’at yang telah ditetapkan,” tegasnya. “Makanya jika ada yang dianggap masih kurang sesuai dengan ajaran Nabi, tolong diperbaiki dan jangan langsung memusuhi. Berilah saya ilmu untuk menutupi kekurangan tersebut, sehingga tiada lagi kesalahan di kemudian hari,” pintanya berendah hati.</div>
<div style="text-align: justify;">
Yang pasti, dengan shalat khusyu’ itulah dirinya menjadi lebih mengerti; bahwa ternyata ilmu yang telah diperolehnya selama mengaji tak menjamin bisa menjadi penyejuk hati. Semua itu merupakan pemberian Allah semata, yang diturunkan ke dalam hati hambaNya. Sehingga ketika seseorang meyakini adanya Allah dan hanya kepadaNya dirinya bergantung, maka otomatis rasa khusyu’ itu akan muncul dengan sendirinya. “Maka hatipun menjadi lunak lantaran getaran dzikir kepadaNya. Setiap dari bacaan shalat, sungguh akan senantiasa mempengaruhi hati sehingga menjadi terharu dan menagis,” terangnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan melakukan gerakan shalat secara perlahan dan memahami bacaan yang disampaikan kepada Allah, paparnya, maka ketenangan akan muncul dalam hati seseorang. Oleh karenanya dia menyarankan, agar paradigma shalat sebagai kewajiban diubah menjadi sebuah kebutuhan. “Sebab kalau sudah merasa tidak butuh, meskipun dia ahli di bidang agama ya tetap saja tak akan mendapatkan getaran shalat yang nikmat,” jelasnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Itulah pasalnya, dalam setiap pertemuan dirinya selalu memulai dari sisi manfaat gerakan rukuk dan sujud. Ketika kita melakukan ruku’ dengan sempurna, maka punggung akan lurus sehingga otot tendon di betis dengan sendirinya akan mengendor. Begitupun saat sedang sujud, maka mengalirlah darah hingga mencapai ke otak. Sehingga oksigen yang dibutuhkan sebanyak 20 persen bisa tercapai. “Dengan begitu mereka akan merasa butuh shalat. Terutama untuk ketenangan hati dan mengatasi rasa stress,” tuturnya sambil mengulum senyum.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Ustadz Abu – demikian dirinya kerap dipanggil, lewat shalatlah seorang hamba bisa berkomunikasi denganNya. Shalat itu merupakan jalan terpendek menuju Allah. Sebab shalat merupakan perjumpaan dengan Allah Yang Maha perkasa. “Saya telah membuktikan, bahwa shalat itu enak dan bisa menghilangkan stress. Dan inti dari shalat khusyu’ itu, adalah penghambaan diri kepada sang Pencipta,” tuturnya. “Dengan memohon kepadaNya agar diturunkan rasa tenang ke dalam hati, insya Allah dalam beberapa menit saja hati akan bisa sambung kepada Allah. Maka hati pun rasanya damai dan penuh getaran yang menyejukkan,” katanya menambahkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk itulah Ustadz Abu Sangkan menyarankan, agar setiap Muslim mau mengajak keluarganya untuk sama-sama menghadapkan hati ke Allah. Dengan getaran iman itulah, semuanya akan dapat mengontrol kejiwaannya masing-masing. Jika terjadi ketegangan dalam keluarga, segeralah berwudhu’ dan lakukan shalat mohon diberi ketenangan agar menjadi keluarga sakinah. “Insya Allah seketika itu pula akan terasa hasilnya,” ujarnya. “Jadi.. sebenarnya sangat sederhana. Tinggal dipraktekkan saja. Ibarat minum pil. Tak perlu berdebat terlalu ruwet. Langsung saja minum dan tinggal tunggu saja hasilnya,” tandasnya.<br />
<br />
<span style="font-size: x-small;">sumber :</span><br />
<a href="http://kopi-pasta.blogspot.com/2012/10/ustadz-abu-sangkan.html"><span style="font-size: x-small;">http://kopi-pasta.blogspot.com/2012/10/ustadz-abu-sangkan.html</span></a></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2827726599832564787.post-2792138513991609152013-10-29T11:44:00.000+07:002014-01-02T11:16:56.648+07:00Tessy Kabul - Komedian Srimulat<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjHim-pIRDOCsYHsKs9RSSnC8Nl74cJV0FF2JOhS3QZkSQwKA0DNAAse7bnREvoZ-ol5j_fCe6UeRo7urRR9b0PBKwJqSyW7vDc1fLrb3oli-yvhyphenhyphenwizQTKPl-r-KRTxUghhZMNUVq535jm/s1600/tessy+kabul+srimulat.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Tessy Srimulat" border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjHim-pIRDOCsYHsKs9RSSnC8Nl74cJV0FF2JOhS3QZkSQwKA0DNAAse7bnREvoZ-ol5j_fCe6UeRo7urRR9b0PBKwJqSyW7vDc1fLrb3oli-yvhyphenhyphenwizQTKPl-r-KRTxUghhZMNUVq535jm/s200/tessy+kabul+srimulat.jpg" title="Tessy Kabul - Komedian Srimulat" width="160" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tessy Kabul</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
31 Desember 1947, Kabul Basuki lahir di Banyuwangi, Jawa Timur, selanjutnya masyarakat lebih mengenal pelawak anggota grup Srimulat ini, dengan nama panggungnya Tessy, Tessi, atau Tesi, sedangkan nama tersebut berasal dari putri sulungnya sendiri, Tessy Wahyuni Riwayati Hartatik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun 1960, remaja Kabul Basuki merantau, tanpa memberi tau pada Ibunya dengan niatannya bergabung dengan militer.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun 1961, Kabul resmi sebagai anggota KKO Angkatan Laut, kalau sekarang namanya marinir. ikut operasi pembebasan Irian Barat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun 1963, Kabul akhirnya keluar dari tentara, dikarenakan ibunya tidak menghendaki ia jadi tentara, sebab sang ibu trauma kehilangan Ayahnya karena perang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun 1979, Kabul menekuni dunia panggung hiburan, bergabung Srimulat Surabaya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Peran banci adalah ciri khas Tessy di panggung, dengan kosmetik tebal, bibir monyong, cincin akik bermata besar yang memenuhi setiap jari tangannya, serta logat Suroboyoan yang kental. Tessy juga sering menggoda artis wanita lainnya yang sepanggung dengannya. Gaya banci kali pertama dipakai sewaktu berperan sebagai hansip ia berimprovisasi spontan untuk menghidupkan suasana dengan bertingkah kemayu. Karena sukses, sejak itu peran banci selalu dipakai dalam setiap pementasan. Selain itu, dia sering memplesetkan sendiri namanya menjadi Tessy Ratnasari, Tessy Kaunang, Tessy Lupita Jones, Tessy van lontong dan sebagainya</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun 1983, bermain di film “Gepeng Mencari Untung”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun 2008, bermain di film “Setannya Kok Beneran?”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun 2009, bermain di film “The Maling Kuburans “ dan XXL-Double Extra Large .</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun 2010, bermain di film “Susah Jaga Keperawanan di Jakarta”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun 2012, bermain di film “Penganten Pocong”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br class="Apple-interchange-newline" /></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2827726599832564787.post-76482519177049061332013-10-01T08:15:00.000+07:002014-01-02T11:07:34.118+07:00Mohammad Arief - Pencipta Lagu Genjer Genjer<br />
<i style="text-align: justify;">Genjer-genjer nong kedokan pating keleler</i><br />
<i style="text-align: justify;">Genjer-genjer nong kedokan pating keleler</i><br />
<i style="text-align: justify;">Emak'e thole teko-teko mbubuti genjer</i><i></i><br />
<i style="text-align: justify;">Emak'e thole teko-teko mbubuti genjer</i><i></i><br />
<i style="text-align: justify;">Ulih sak tenong mungkur sedhot sing tolah-toleh</i><i></i><br />
<i style="text-align: justify;">Genjer-genjer saiki wis digowo mulih</i><i></i><br />
<i></i><br />
<div style="text-align: justify;">
<i>Genjer-genjer esuk-esuk didol ning pasar</i></div>
<i style="text-align: justify;">Genjer-genjer esuk-esuk didol ning pasar</i><i></i><br />
<i style="text-align: justify;"><i>Dijejer-jejer diuntingi podho didhasar</i></i><i></i><br />
<i style="text-align: justify;"><i>Dijejer-jejer diuntingi podho didhasar</i></i><i></i><br />
<i>
</i>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<i><i>Emak'e jebeng podho tuku nggowo welasah</i></i></div>
<i>
</i>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<i><i>Genjer-genjer saiki wis arep diolah</i></i></div>
<i>
</i>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<i>
</i>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<i><i>Genjer-genjer mlebu kendhil wedang gemulak</i></i></div>
<i>
</i>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<i><i>Genjer-genjer mlebu kendhil wedang gemulak</i></i></div>
<i>
</i>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<i><i>Setengah mateng dientas yo dienggo iwak</i></i></div>
<i>
</i>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<i><i>Setengah mateng dientas yo dienggo iwak</i></i></div>
<i>
</i>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<i><i>Sego sak piring sambel jeruk ring pelonco</i></i></div>
<i>
</i>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<i><i>Genjer-genjer dipangan musuhe sego</i></i><br />
<i><i><br /></i></i></div>
<i>
</i>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Yah, itu lagu berjudul Gendjer-gendjer. Sebuah band dari Los Angeles, Dengue Fever, membawakan lagu itu dalam bahasa Khmer. Saya dan sahabat -mungkin karena kurang gaul, baru mengetahui karya Dengue Fever itu, meski sudah diunggah ke Youtube sejak Juni 2011. Terlambat tidak apalah, daripada tidak tahu sama sekali :)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Meski dibawakan dalam bahasa orang, Gendjer-gendjer tetap menghipnotis saya, membayangkan bagaimana perjalanan panjang lagu itu mulai diciptakan dalam kepedihan, dinyanyikan sebagai simbol perlawanan, dicekal, hingga kemudian dinyanyikan kembali sebagai kenangan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Barangkali itulah alasan mengapa Dengue Fever memilih Gendjer-gendjer. Sang gitaris, Zac Holtzman, menulis sejarah kelam tentang lagu yang diciptakan Muhammad Arief tersebut: "Lagu itu awalnya ditulis selama pendudukan Jepang di Indonesia selama Perang Dunia II. Ketika makanan begitu langka bahwa orang-orang terpaksa makan gendjer, gulma yang tumbuh di sawah".</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Zac meneruskan, "Lagu kembali muncul pada 1960-an di Indonesia ketika menjelang kudeta militer. Siapapun yang tertangkap mendengarkan atau bernyanyi gendjer-gendjer dianggap musuh pemerintah."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Muhammad Arief, lelaki asal Banyuwangi, adalah seorang seniman angklung yang tinggal di Temenggungan. Lagu 'Genjer-genjer', ia ciptakan tahun 1943, untuk menggambarkan sulitnya kehidupan saat pendudukan Jepang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Romusha yang dipaksakan saat jaman Jepang telah membuat sawah-sawah petani terbengkalai. Kelaparan di mana-mana. Di tengah kondisi itu, istri Mohammad Arif, Sayekti menghidangkan genjer sebagai makanan. Genjer yang menjadi gulma di sawah yang biasanya menjadi makanan bagi ayam dan itik, akhirnya dikonsumsi manusia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mulanya lagu genjer-genjer dibawakan Muhammad Arif bersama grup kesenian angklungnya. Lagu itu baru terkenal sekitar tahun 1960-an setelah dibawakan oleh Lilis Suryani dan Bing Slamet, kemudian sering diputar di radio.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Partai Komunis Indonesia menjadikan lagu tersebut sebagai propaganda, dan inilah awal mengapa genjer-genjer akhirnya distigmakan sebagai lagu 'kiri'. Dalam film Pengkhianatan G30S/PKI karya Arifin C. Noer, digambarkan bahwa lagu genjer-genjer dinyanyikan oleh Gerwani saat menyiksa 7 jenderal di Lubang Buaya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selama Orde Baru lagu genjer-genjer kemudian dilarang, hilang di peredaran, senasib dengan penciptanya yang hingga kini tak pernah diketahui nasib dan pusaranya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Genjer-genjer kembali dinyanyikan setelah Era Reformasi atau sekitar 1999. Video klip Lilis Suryani dan Bing Slamet di era tahun 60-an diunggah ke youtube, disetel kembali di radio. Berbagai band musik Indonesia mulai berani membawakan lagu ini ke panggung. Dan, ratusan tulisan untuk meluruskan sejarah tentang lagu ini sudah tersebar di media massa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya pernah menemui Sayekti dan Sinar Syamsi, anak Muhammad Arief, pada tahun 2006. Mereka tinggal di sebuah rumah yang sederhana, bercat tembok kusam, di jalan Basuki Rahmat, kota Banyuwangi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat bertemu, Sayekti tidak lagi mampu berbicara (Sayekti meninggal satu tahun kemudian pada 2007). Hanyalah Sinar Syamsi yang menceritakan sepenggal kisah tentang ayahnya, kisah saat dia masih berusia 11 tahun. Dia menunjukkan tiga buku berisi lirik-lirik lagu tulisan tangan Muhammad Arief. Ada lirik lagu genjer-genjer di sana, di antara kertas-kertas yang lusuh, tak lagi utuh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan, lagu yang hampir berumur 70 tahun itu masih syahdu dinyanyikan sepanjang masa....</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">sumber : <a href="http://ikaningtyas.blogspot.com/2012/12/sekali-lagi-tentang-genjer-genjer.html">http://ikaningtyas.blogspot.com/2012/12/sekali-lagi-tentang-genjer-genjer.html</a></span></div>
<br />
<br />
<b>Sinar Syamsi, anak pencipta lagu Genjer-genjer</b><br />
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKv2AC25mEKzoQFede1dIHWFDTKN7_T0k7j5U5_QGnOsWQt5M5Pr2wejHLx1n1aXFoDvFGLj8PsRyIPos3bJhf9CimF4yfv0jHzyIMsKrUOn6HDSxls6EGcP_GijG2Kzyr1SDbCCv2vEw/s320/Kecil-M.Arief+Genjer-genjer.jpg" /><br />
<span style="font-size: x-small;">Muhammad Arif 'Genjer-Genjer'</span><br />
<br />
<span style="text-align: justify;">Luka yang dirasakan selama bertahun-tahun hidup sebagai anak anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) memang sudah mengering. Namun, kehidupan yang tak kunjung berubah membuat Sinar Syamsi, anak pencipta lagu Genjer-Genjer Muhammad Arief, memilih pindah kewarganegaraan. “Saya ingin pindah ke Belanda atau China,” katanya.</span><br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lembaran di tiga buku catatan lagu itu tidak lagi utuh. Kertasnya lapuk dimakan usia. Meski masih bisa terbaca jelas, tulisan yang tergores di atas kertas itu pun mulai memudar. Di tiga buku itulah tertuang naskah asli lagu Genjer-genjer (Gendjer-Gendjer) milik sang penciptanya, Almarhum Muhammad Arief .</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lagu berjudul Genjer-genjer menjadi salah satu penggalan cerita yang mengiringi peristiwa Gerakan 30 September atau yang dikenal dengan sebutan G30S-Partai Komunis Indonesia. Konon, lagu yang menceritakan tentang tanaman genjer (limnocharis flava) itu dinyanyikan oleh anggota Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani)-PKI, saat menyiksa para petinggi TNI di Lubang Buaya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cerita mengerikan versi Orde Baru yang lambat laun mulai diragukan seiring tidak terbuktinya penyiksaan para jenderal itu, membuat image lagu Genjer-genjer ikut pula mengerikan. Apalagi, G30S diikuti rentetan penculikan dan pembunuhan di beberapa kantong PKI. Termasuk di Banyuwangi, tempat pencipta lagu Genjer-genjer Muhammad Arief tinggal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Benarkah lagu Genjer-genjer identik dengan PKI? Pertanyaan lama yang selalu dibantah, namun tetap tidak menghapus stigma. Budayawan Banyuwangi Fatrah Abbal, 76, menceritakan, lagu Genjer-genjer diilhami oleh masakan sayur genjer yang disajikan Ny. Suyekti, Istri Muhammad Arief di tahun 1943.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“M.Arief heran, tanaman yang awalnya dikenal sebagai makanan babi dan ayam itu ternyata enak juga dimakan manusia, akhirnya ia mengarang lagu Genjer-genjer,” katanya. Begitu terkenalnya lagu yang nadanya mirip dengan lagu rakyat berjudul Tong Ala Gentong Ali Ali Moto Ijo itu hingga Seniman Bing Slamet dan Lilis Suryani pun menyanyikannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<img alt="Tulisan Tangan Asli Lirik Genjer-genjer" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTgyeVuWwxVasK3tPEjCEwQdPCMv9NHbX2uVFYptAeNjdB7NAFreEc1F1I4HBH8Q5yvVTTaga1JEIWeUOQjzvOn4gnOpUtQwCSj2boT8jGlxBT-SMZNGhB4Nk9ADyEdm9Ks8mpiR25Vo0/s320/kecil-teks+asli+genjer-genjer.jpg" title="Mohammad Arief - Pencipta Lagu Genjer Genjer" /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">Tulisan tangan asli lirik Genjer-Genjer</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kedekatan lagu itu dengan PKI tidak bisa dilepaskan dengan kondisi politik di tahun 1965. Masa di mana politik Indonesia membuka ruang bagi ideologi apapun itu membuahkan persaingan antar partai politik. Termasuk persaingan dalam hal berkesenian.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seperti Partai Nasional Indonesia (PNI) dengan Lembaga Kesenian Nasional (LKN), Partai Nahdlatul Ulama (NU) dengan Lesbumi, Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan Lembaga Kesenian Rakyat (Lekra) serta Masyumi dengan Himpunan Seni dan Budaya Islam (HSBI). “Lekra menggandeng seniman Banyuwangi, termasuk Muhammad Arief,” kata Fatrah yang dulu aktif di HSBI ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejak digandeng Lekra, seni Banyuwangi-an semakin dikenal. Banyak lagu-lagu Banyuwangi yang sering dinyanyikan di acara PKI dan underbownya. Termasuk lagu Genjer-genjer yang diciptakan di tahun 1943, lagu Nandur Jagung dan lagu Sekolah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Muhammad Arief sebagai seniman pun ditawari bergabung dengan Lekra dan ditempatkan sebagai anggota DPRD Kabupaten Banyuwangi. Seniman yang dulu bernama Syamsul Muarif itu juga diminta mengarang lagu yang senapas degan ideologi PKI. Seperti lagu berjudul Ganefo, 1 Mei, Harian Rakyat, Mars Lekra dan Proklamasi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kalau kita resapi, lagu Genjer-genjer memang tidak memiliki makna apa-apa, hanya bercerita tentang tanaman genjer yang dulu dianggap sampah kemudian mulai digemari,” kata Fatrah. “Genjer-genjer, nong kedok’an pating keleler, emak’e tole, teko-teko, mbubuti genjer, oleh sak tenong, mungkor sedot, seng tole-tole, genjer-genjer, saiki wis digowo muleh,” Fatrah menyanyikan bait lagu Genjer-genjer.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Entah, siapa yang memulai, pasca G30S, syair lagu Genjer-genjer pun dipelesetkan dengan syair yang menceritakan aksi penyiksaan para jenderal korban G30S. “Jendral Jendral Nyang ibukota pating keleler, Emake Gerwani, teko teko nyuliki jendral, Oleh sak truk, mungkir sedot sing toleh-toleh, Jendral Jendral saiki wes dicekeli,” Begitu bunyi gubahan lagu itu. “Gubahan itu sebenarnya tidak ada!” kata Fatrah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sinar Syamsi (53) anak semata mayang Muhammad Arief dan Suyekti menceritakan, tidak lama setelah peristiwa G30S meletus di Jakarta, terjadi demonstrasi besar di Alun-Alun Kota Banyuwangi. Demonstrasi itu menuntut agar para anggota PKI ditangkap. Muhammad Arief adalah salah satu target kemarahan massa. Di tahun itu mantan anggota TNI berpangkat Sersan itu adalah anggota DPRD Kabupaten Banyuwangi dari PKI. Sekaligus aktivis lembaga kebudayaan di bawah PKI, Lembaga Kesenian Rakyat atau Lekra.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Orang-orang menyerbu ke rumah saya di Kawasan Tumenggungan Kota Banyuwangi, mereka membakar rumah dan seisinya,” kenang Syamsi yang ketika peristiwa itu terjadi sudah berumur 11 tahun. Muhammad Arief melarikan diri bersama anggota Lekra/PKI yang lain. Hingga akhirnya tertangkap dan markas CPM Malang. “Setelah itu nasib bapak tidak mendengar lagi hingga sekarang,” kenang Sinar Syamsi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<img alt="Mohammad Arief - Pencipta Lagu Genjer Genjer" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEho2X-5tGFUqOxbctLNNzvxmT8kq0LAzd_8qNji8fuF9IBBGI9z8TPoAl7hyphenhyphenQyCimtQ4Ze8-4bq4tY7uRwawF9sjzlaYIJiE3Zq9rqLs6R2iYc7PVPyTWuaiE8UkpY7LET6N9MghO24vvE/s320/Kecil-anak+genjergenjer.jpg" title="Mohammad Arief - Pencipta Lagu Genjer Genjer" /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sinar Syamsi </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Meski begitu, Syamsi tetap menganggap Muhammad Arief sebagai pahlawan keluarga. Naskah asli lagu yang hingga kini masih “tabu” untuk dinyanyikan itu pun disimpan. “Bagi saya, buku-buku catatan ini adalah sejarah keluarga yang harus dijaga, agar anak cucu saya kelak bisa mengetahui dengan pasti apa yang terjadi,” kata Sinar Syamsi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sinar Syamsi menyadari, sejarah keluarganya hitam kelam akibat peristiwa itu. Ibunda Sinar Syamsi, Suyekti sempat stress karena stigma keluarga PKI. “Politik telah membuat keluarga saya harus mengalami peristiwa yang mengerikan selama bertahun-tahun, hingga ibu saya meninggal dunia 26 Januari 2007 lalu,” kenang Syamsi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan alasan itu jugalah, laki-laki yang sempat di-PHK beberapa kali dengan alasan tidak jelas ini pun mulai berpikir untuk pindah kewarganegaraan. Belanda dan China adalah dua negara yang diliriknya. “Dengan membawa naskah asli ini, saya ingin pindah ke Belanda dan China. Siapa tahu di sana posisi saya sebagai anak pencipta lagu Genjer-Genjer lebih dihargai,” katanya.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Genjer-genjer, Karya Seni Korban Politik</b></div>
Muchus Budi R. - detikNews<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #666666; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: left;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
Solo - Sebagian orang menuding Lagu Genjer-genjer dicipta PKI untuk menyemangati perjuangan mereka merebut kekuasaan. Tapi sejarah mencatat, inspirasi penciptaan lagu tersebut adalah situasi kehidupan warga Banyuwangi yang teramat menderita di masa penjajahan Jepang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Inilah syair lengkap Lagu Genjer-genjer :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<i>genjer-genjer neng ledhokan pating keleler </i></div>
<i style="text-align: justify;">emake thole teka-teka mbubuti genjer </i><i></i><br />
<i style="text-align: justify;">oleh satenong mungkur sedhot sing tolah-tolih </i><i></i><br />
<i style="text-align: justify;">genjer-genjer saiki wis digawa mulih</i><i></i><br />
<i></i><br />
<div style="text-align: justify;">
<i>gendjer-gendjer esuk-esuk digawa nang pasar </i></div>
<i style="text-align: justify;">dijejer-jejer diuntingi padha didhasar </i><i></i><br />
<i style="text-align: justify;"><i>emake jebeng tuku genjer wadhahi etas </i></i><i></i><br />
<i>
</i>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<i><i>genjer-genjer saiki arep diolah</i></i></div>
<i>
</i>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<i>
</i>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<i><i>genjer-genjer mlebu kendhil wedange umob</i></i></div>
<i>
</i>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<i><i>setengah mateng dientas digawe iwak</i></i></div>
<i>
</i>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<i><i>sega sapiring sambel penjel ndok ngamben</i></i></div>
<i>
</i>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<i><i>genjer-genjer dipangan musuhe sega</i></i></div>
<i>
</i>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<i>
</i>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<i><i>terjemahan:</i></i></div>
<i>
</i>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<i><i>genjer-genjer tumbuh liar di selokan</i></i></div>
<i>
</i>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<i><i>seorang ibu datanglah mencabutinya</i></i></div>
<i>
</i>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<i><i>dapat sebakul dalam memanennya</i></i></div>
<i>
</i>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<i><i>genjer (itu) kini tlah dibawanya pulang</i></i></div>
<i>
</i>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<i>
</i>
<div style="text-align: justify;">
<i><i>genjer-genjer pagi harinya dibawa ke pasar</i></i></div>
<i>
<div style="text-align: justify;">
<i>dijajar, diikat diletakkan di lantai pasar</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>seorang ibu (lain) membelinya dimasukkan tas</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>genjer (itu) kini siap dimasak</i></div>
</i><br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<i style="text-align: justify;">genjer-genjer dimasukkan ke panci (berisi) air panas</i><i></i><br />
<i style="text-align: justify;">setengah matang ditiriskan untuk lauk</i><i></i><br />
<i style="text-align: justify;">nasi sepiring (dan) sambal di dipan</i><i></i><br />
<i style="text-align: justify;">genjer (akhirnya) dimakan bersama nasi</i><i></i><br />
<i></i><br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Konon lagu tersebut diciptakan seorang seniman musik bernama Muhammad Arief ketika melihat situasi warga Banyuwangi yang kesulitan makan saat penjajahan Jepang. Karena situasi terjepit itulah warga Banyuwangi terpaksa mengolah daun genjer (limnocharis flava) atau enceng gondok untuk dimakan sebagai sayuran.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tanaman ini semula hanya dianggap gulma, atau pengganggu. Namun karena kelaparan mendera dan panen sawah tidak mencukupi, akhirnya genjer ini menjadi pilihan dimakan. Jual-beli genjer di pasar juga mulai dilakukan warga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lagu tersebut menjadi populer beberapa tahun berikutnya. Bahkan pada dekade 1960-an lagu tersebut mencapai puncak popularitasnya. RRI dan TVRI, dua media massa utama saat itu, sering memutarnya. Lagu tersebut kemudian menjadi lagu publik yang dinyanyikan oleh siapapun; dari anak-anak hingga orangtua, dari politisi hingga buruh dan kuli.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
PKI, salah satu parpol besar saat itu, termasuk yang sering mempopulerkan lagu tersebut dalam berbagai pertemuan. Mungkin maksudnya adalah untuk menghibur dan mengumpulkan massa. Konon Njoto, salah satu tokoh PKI, adalah penggemar berat lagu Banyuwangi tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi Manteb Sudharsono, dalang kulit ternama, mengatakan bukan hanya PKI yang mempopulerkan lagu itu. Pada tahun-tahun tersebut, dalang legendaris Ki Nartosabdo juga sering menyanyikan Genjer-genjer dalam pementasannya karena memang lagu itu sangat populer. Padahal Ki Nartosabdo adalah seniman yang tergabung dalam Lembaga Kebudayaan Nasional (LKN) yang bernaung di bawah PNI.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat itu Manteb masih menjadi murib Ki Nartosabdo. Dia mengaku pada waktu itu sering mengikuti pementasan Ki Narto di berbagai daerah untuk memperdalam kemampuan seni pedalangan kepada sang maestro pewayangan Jawa asal Semarang itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Popularitas lagu Genjer-genjer mencapi puncak ketika masuk dapur rekaman. Tak tanggung-tanggung, tercatat ada beberapa penyanyi pernah melantunkan lagu untuk diabadikan. Dua di antaranya adalah Lilis Suryani dan Bing Slamet, penyanyi besar pada era tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun masa keemasan Genjer-genjer segera berhenti seiring situasi politik saat itu. Pengganyangan PKI oleh Orde Baru, merembet juga ke lagu rakyat yang sedang populer ini. Dalihnya adalah, lagu tersebut lagu milik PKI dan diciptakan oleh seorang seniman Lekra.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bahkan dalam penulisan sejarah versi Orde Baru, pada malam pembunuhan para jendral TNI AD di Lubang Buaya, para Pemuda Rakyat dan Gerwani (dua organisasi kepemudaan underbouw PKI) berpesta-pora dengan menyanyikan lagu tersebut. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Belakangan data sejarah versi Orde Baru tersebut dibantah oleh Sersan Bungkus, anggota Cakrabirawa. Sekeluar dari penjara, Bungkus mengatakan tidak ada sukarelawan sipil, apalagi pesta-pora di Lubang Buaya pada malam itu. Setelah diambil paksa dari kediaman masing-masing, dalam suasana hening dan tegang Cakrabirawa menyerahkan para jendral itu kepada Garnisun untuk dieksekusi keesokan harinya.</div>
</div>
<div>
<br />
<span style="font-size: x-small;">sumber :</span></div>
<div>
<span style="font-size: x-small;"><a href="http://news.detik.com/read/2009/09/14/133728/1203091/10/genjer-genjer-karya-seni-korban-politik">http://news.detik.com/read/2009/09/14/133728/1203091/10/genjer-genjer-karya-seni-korban-politik</a></span><br />
<br />
<br />
*lagu genjer-genjer versi band dengue fever dalam bahasa khmer<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.youtube.com/embed/5Lgy1p6mdVg?feature=player_embedded' frameborder='0'></iframe></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
*lagu genjer-genjer versi asli oleh bing slamet.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.youtube.com/embed/Kt23kMYyrzo?feature=player_embedded' frameborder='0'></iframe></div>
<br />
<br />
*tanaman genjer<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi15QXyIoJaAoY5vs84zCodPbLy_KyAVA5tFKVVISx4JMO9e2guF6kwXvc3aIah4oJbdNhgvPZIq2Zk4zJlToD97Dh3Zm7zLacK_dW7Xh32Qew4YDH-vOrI_OKey3TXs1Pb4_kPF_P9aGD3/s1600/genjer.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi15QXyIoJaAoY5vs84zCodPbLy_KyAVA5tFKVVISx4JMO9e2guF6kwXvc3aIah4oJbdNhgvPZIq2Zk4zJlToD97Dh3Zm7zLacK_dW7Xh32Qew4YDH-vOrI_OKey3TXs1Pb4_kPF_P9aGD3/s1600/genjer.jpg" /></a></div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2827726599832564787.post-71785357015914941362013-09-29T04:13:00.002+07:002014-01-02T11:17:23.708+07:00Kunto Hartono - Drummer Pemecah Rekor Dunia<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJF5K4Eir-1pZ0BNDQoeX6YiORQKDGnlgHvZ70_ch1046TwBfTGHu9Fg2JCWHPbuHIWIgcdCQmz60GJP5AMvakXE0U_FNh1OvWIaFgF0EQCf9SXtrnsUI6S9TTv1YdWM1lT9xBECYheJCl/s1600/kunto+hartono.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Kunto Hartono - Drummer" border="0" height="192" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJF5K4Eir-1pZ0BNDQoeX6YiORQKDGnlgHvZ70_ch1046TwBfTGHu9Fg2JCWHPbuHIWIgcdCQmz60GJP5AMvakXE0U_FNh1OvWIaFgF0EQCf9SXtrnsUI6S9TTv1YdWM1lT9xBECYheJCl/s320/kunto+hartono.jpg" title="Kunto Hartono - Drummer Pemecah Rekor Dunia" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kunto Hartono</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Kunto Hartono adalah salah satu musisi yang identik dengan rekor. Pria kelahiran Genteng, Banyuwangi, tanggal 27 Maret 1977, pernah beberapa kali tercatat dalam sejarah musik Indonesia sebagai pemecah rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai Penabuh Drum Terlama di Indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rekor pertama yang terpecahkan pada saat itu menabuh drum selama 24 Jam non-stop, yang berlangsung pada tanggal 27 – 28 Oktober 2002 di Plaza Balaikota Bogor.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setahun kemudian Kunto kembali memcahkan rekor menabuh drum selama 61 jam 15 menit, yang berlangsung pada 4 Agustus 2003 pukul 10.00 WIB sampai 6 Agustus 2003 pukul 23.15 WIB, di GOR Padjajaran Bogor. Sebenarnya rekor Kunto ini notabene merupakan rekor dunia yang melampaui rekor dunia saat itu, selama 60 Jam atas nama Alvaro Lopez dari Amerika Latin. Tapi dikarenakan persyaratan Guinness World Recordstidak dipenuhi Kunto, akhirnya rekor Kunto hanya diakui di MURI.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seakan kecewa dengan rekor sebelumnya yang tidak memenuhi persyaratan Guinsess World Records, Kunto hijrah ke Jakarta & kembali memcahkan rekor sebagai penabuh drum terlama di Indonesia & di dunia dengan menabuh Drum selama 74 jam pada tanggal 29 Desember 2003 pukul 09.00 WIB sampai dengan 1 Januari 2004 pukul 11.15 WIB, di Gelanggang Mahasiswa Sumantri Brojonegoro, Kuningan – Jakarta dengan tajuk eventSpectacular Drumming Marathon By Kunto Hartono yang diprakarsai & diselenggarakan oleh salah satu stasiun televisi swasta nasional.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebenarnya, pengajuan waktu yang dicatat Kunto kepada pihak Record Research Service Guinness Book of the Record, hanya 72 jam setelah dikurangi dengan waktu istirahat setiap 8 jam, selama 15 menit. Pihak Guinness ternyata memutuskan bahwa waktu istirahat tetap menjadi waktu yang harus diperhitungkan sehingga Kunto resmi sebagai pemecah rekor dunia baru penabuh drum terlama dalam waktu 74 jam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat ini rekor dunia menabuh drum terlama dipegang oleh Russ Prager dari USA, selama120 jam pada tanggal 9 – 14 Maret 2009 di Sacramento Guitar Center – Sacramento – USA. Kunto sangat berambisi untuk memecahkan kembali rekor tersebut atas nama dirinya dan membuktikan dirinya sebagai Strongest Drummer In The World From Indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Usaha tersebut dimulai pada tanggal 4 – 9 Desember 2009. Kunto menjalani gladi resik sebagai ajang pemanasan menabuh drum secara marathon selama 90 jam di Orentz Studio, Jl. Veteran No. 48 A – Panaragan – Bogor.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya pada tahun 2010, Kunto melakukan usaha pemecahan rekor dunia Drumming Marathon 135 Hours Guinness World Records yang diselenggarakan oleh KAHA Management (Kunto Hartono Management) di Kapas Krampung Plaza Surabaya (KAZA), dimulai pada tanggal 26 Juni 2010 pukul 21.00 WIB.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada hari Rabu, 30 Juni 2010, sekitar pukul 04.00 WIB, listrik area KAZA sebelah barat mati. Detik demi detik berlalu, sampai lebih dari 30 detik listrik belum juga menyala. Padahal, pihak Guinness World Records mensyaratkan rekaman Audio Visual tidak boleh putus dari detik pertama sampai detik terakhir pemecahan rekor dan listrik mati di tengah proses pemecahan rekor hanya boleh terjadi maksimal 30 detik. Baru 30 menit kemudian listrik menyala, dan Kunto tetap duduk di kursi, dan asyik bermain drum di atas panggung.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Memasuki pukul 05.00 WIB, ketukan stik Kunto tak beraturan dan melemah. Sekitar pukul 06.00 WIB, Kunto menghentikan gerakan tangannya dan akhirnya harus dibopong ke posko panitia di backstage. Kondisinya terus menurun, sampai akhirnya tak sadarkan diri. Pukul 06.25 WIB, panitia menghentikan perjuangan Kunto, dan membawanya ke Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSU Dr Soetomo Surabaya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam catatan KAHA Management, Kunto ambruk setelah 82 jam menabuh drum. Artinya, Kunto memecahkan rekornya sendiri pada 2004, namun gagal melampaui rekor dunia Russ Prager.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di penghujung tahun 2011, Kunto kembali melakukan usaha pemecahan rekor dunia dalam event THE LONGEST DRUMMING MARATHON 121 HOURS GUINNESS WORLD RECORDS yang dimulai pada tanggal 27 Desember pukul 20.00 WIB dan berakhir pada tanggal 1 Januari 2012 pukul 06.00 WIB di Balai Kota Malang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berbekal dengan segala persiapan yang matang, Kunto siap kembali melakukan 'balas dendam' atas kegagalan di Surabaya. Dalam kesempatan ini, Kunto menargetkan akan menggebuk drum hingga 121 jam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Selama bermain, saya hanya berhenti selama 15 menit setiap delapan jam, untuk makan, buang air besar atau kecil," kata Kunto</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk menantang acara itu, Kunto juga tak sembarang memilih lagu. Aturannya, ia harus memainkan alat musik pukul itu dengan lagu yang terkenal bukan lagu yang baru.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Jadi sebelum acara itu, beberapa jam sebelumnya aku referensi dulu lagu-lagu yang bsia dikuasai. Untung cukup lagunya, bisa sampai ribuan," ujarnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menjalani kontes tabuh drum itu bagi Kunto banyak pengalaman uniknya. Diakuinya, ia sempat merasakan mati rasa pada bagian tangan kanannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Saat kontes itu berlangsung, saya hanya memukul saja. Sempat pegal-pegal, namun itu dapat saya lewati,” selorohnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Usai menyabet predikat sebagai penabuh drum terlama, Kunto langsung dilarikan ke Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang untuk memulihkan kondisi kesehatannya yang melemah akibat tidak tidur dan istirahat sama sekali selama 121 jam lebih.</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2827726599832564787.post-4644483902668373832013-09-04T19:12:00.000+07:002014-01-02T11:17:37.339+07:00Subandiyono - Direktur PTPN X<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRDBpjUhrKV-tSRH5DtdFlCJ_YvrGrO21cvuaJF1-GN7j9x_HT0-0iHYrJQk9pdWTjazFh7gAF1oW_JgywXlmyuMllR1Al3sVtP5wQ0noMT6n-X_8sxBC7N9IgcOyIQds0l8nY95miqumI/s1600/87dirut_ptpnx.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: justify;"><img alt="Subandiyono - Direktur PTPN X" border="0" height="217" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRDBpjUhrKV-tSRH5DtdFlCJ_YvrGrO21cvuaJF1-GN7j9x_HT0-0iHYrJQk9pdWTjazFh7gAF1oW_JgywXlmyuMllR1Al3sVtP5wQ0noMT6n-X_8sxBC7N9IgcOyIQds0l8nY95miqumI/s320/87dirut_ptpnx.jpg" title="Subandiyono - Direktur PTPN X" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Subandiyono</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Berbuat lebih di manapun dan selalu berpikir besar. Itulah kunci sukses Subiyono dalam menapaki karier. Filosofi itu pula yang turut mewarnai sepak terjang pria kelahiran Banyuwangi, 21 Maret 1951 ini sebagai direktur utama PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X (Persero) dan mengantarkan BUMN gula tersebut meraih berbagai prestasi yang membanggakan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kita tak akan bisa menggapai hal besar jika tidak berpikiran besar. Ini bukan berarti saya ambisius, tapi saya selalu berpikiran bahwa saya harus bisa berbuat lebih di mana pun berada, baik di lingkungan pekerjaan, organisasi, maupun keluarga,” kata Subiyono kepada wartawan Investor Daily Amrozi Amenan di Surabaya, baru-baru ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Subiyono memendam obsesi besar, yakni menjadikan BUMN gula sebagai industri berbasis tebu yang terintegrasi, tak sekadar mengolah tebu petani menjadi gula, tetapi juga menciptakan berbagai produk selain gula yang berbasiskan tebu. “Dengan begitu, ke depan, kinerja BUMN gula seperti PTPN X akan lebih baik dan pada akhirnya juga mampu mengangkat harkat dan martabat para petani,” ujar Subiyono.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rupanya, penggemar rawon dan masakan Jepang ini terinspirasi oleh masa kecilnya saat di desa, seperti bermain di sawah usai jam sekolah, menyaksikan hamparan tanaman padi yang menguning, serta melihat dari dekat kehidupan para petani yang sederhana tapi giat bekerja. Tapi Subiyono sadar betul bahwa untuk meraih cita-cita mulia itu tidak gampang. “Soalnya, industri gula nasional sedang menghadapi seabrek tantangan berat, dari permasalahan di sektor budidaya (on-farm) hingga pengolahan di pabrik gula (off-farm),” papar dia. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Sejak kecil saya selalu berikhtiar untuk memberikan yang terbaik di mana pun saya mengabdi. Saya lahir di desa yang jauh dari pusat ibukota Kabupaten Banyuwangi. Di desa saya, hanya ada SD. Untuk melanjutkan sekolah ke SMP, saya harus ke kota Banyuwangi, mencari pondokan di sana. Kadang untuk berangkat atau pulang ke desa, saya harus berlarian menumpang di bakbak kendaraan terbuka."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7sJ9BZts1SVpfZG6Q6gpiBi5PP9wY_kGxEHH_zzRnc9PAysTNNTTyDcakBGmbGDLT4BS4IAiiu-lrnjK1LuyeW-_6_7U-w99tIjT5dY_b4IxXeQ2ZVdQ9zPs0qq5PXWqCIlshAG2OmWdV/s1600/20130325124854251.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Subandiyono - Direktur PTPN X" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7sJ9BZts1SVpfZG6Q6gpiBi5PP9wY_kGxEHH_zzRnc9PAysTNNTTyDcakBGmbGDLT4BS4IAiiu-lrnjK1LuyeW-_6_7U-w99tIjT5dY_b4IxXeQ2ZVdQ9zPs0qq5PXWqCIlshAG2OmWdV/s1600/20130325124854251.jpg" title="Subandiyono - Direktur PTPN X" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4XUTjf7YLhwOoIrDDYL6bGU-ayjdpgfdFrTs3UL6ZYR7E-SpO8PfKDrXmVhfGdSpeKFuwsIyojiGZ_ZFm6pSwbp10i2WRJ5LOqQltfPWyoW9uyEcKVe0_gJR3iUvW_8zZgV5ygQwrM6se/s1600/ultah_ptpn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Subandiyono - Direktur PTPN X" border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4XUTjf7YLhwOoIrDDYL6bGU-ayjdpgfdFrTs3UL6ZYR7E-SpO8PfKDrXmVhfGdSpeKFuwsIyojiGZ_ZFm6pSwbp10i2WRJ5LOqQltfPWyoW9uyEcKVe0_gJR3iUvW_8zZgV5ygQwrM6se/s320/ultah_ptpn.jpg" title="Subandiyono - Direktur PTPN X" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jajaran direksi PT Perkebunan Nusantara X (Persero) melaksanakan Gerakan Direksi Mengajar untuk memperingati Hari Kebangkitan Nasional. Gerakan itu dicanangkan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jajaran direksi PTPN X mengajar dan berdiskusi dengan para pelajar di sejumlah SMA. Direktur Utama PTPN X Subiyono mengajar di SMAK Hikmah Mandala, Banyuwangi. Direktur Pemasaran dan Perencanaan Pengembangan M. Sulton di SMA 10 November Jember.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Adapun Direktur Keuangan Dolly P. Pulungan di SMAN 10 Surabaya Direktur Produksi T. Sutaryanto di SMA Seminari Mertoyudan Magelang. Sedangkan Direktur SDM Djoko Santoso mengajar di SMAN 1 Malang</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dirut PTPN X Subiyono menuturkan, kehadiran jajaran direksi perusahaan pergulaan terbesar di Indonesia tersebut diharapkan bisa semakin memotivasi para pelajar SMA untuk terus giat belajar dalam meraih cita-cita.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Kami gembira bisa berbagi pengalaman dengan para pelajar. Masa depan berangkat dari masa kini. Karena itu, generasi muda harus mempersiapkan diri untuk menggapai masa depan yang lebih baik," ujar Dirut Subiyono saat mengajar di SMAK Hikmah Mandala, Banyuwangi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Subiyono yakin, para pelajar dan anak muda di Banyuwangi punya potensi besar untuk terus berkembang menjadi generasi andal yang punya kontribusi besar bagi kemajuan bangsa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dia berpesan agar para pelajar SMA kukuh dan tangguh dalam memperjuangkan cita-cita. Subiyono menceritakan, ketika masa mudanya, ia kukuh bersekolah meski dihadang keterbatasan. Lulus SD, Subiyono memutuskan bersekolah ke kota. Jarak rumahnya di Parangharjo, Kecamatan Songgon, dengan SMP di pusat Banyuwangi mencapai puluhan kilometer. Angkutan umum sulit. ”Untuk bisa ke kota, saya kadang harus berjalan kaki sekitar satu jam menuju Kecamatan Rogojampi. Dari sana saya baru menaiki angkutan menuju kota Banyuwangi. Kadang saya harus menantang bahaya dengan menumpang truk-truk yang melintas hanya karena ingin berhemat,” ujarnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lulus dari SMAK, meski dihadang banyak keterbatasan, Subiyono bersikeras melanjutkan studi. Dia akhirnya kuliah di Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang. Di sana dia menimba ilmu dan aktif berorgranisasi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena saudaranya banyak dan ikut kuliah ke Malang, Subiyono harus pandai berhemat. Kadang dia berbagi makanan satu piring dengan saudara lainnya. Merantau memberinya banyak pelajaran hidup. ”Merantau dengan segala konsekuensinya adalah perjuangan hidup yang tak akan terlupakan,” ujarnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berkat kegigihannya itulah, Subiyono berhasil merintis karir dengan baik. Mulai dari kepala Dinas Perkebunan Jawa Timur hingga sekarang menjadi dirut PTPN X sekaligus ketua umum Ikatan Ahli Gula Indonesia (Ikagi). Di posisi ini, Subiyono juga tak lelah berinovasi. Berkat tangan dinginnya, PTPN X bisa terus menjadi market leader di industri gula nasional. PTPN X juga menjadi BUMN gula pertama yang serius menggarap produk hilir tebu non-gula dengan mendirikan pabrik bioetanol berkapasitas 30 juta liter yang mulai beroperasi akhir tahun ini. (Wastit Putri Akmal)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2827726599832564787.post-10648834666690266172013-09-03T17:01:00.002+07:002014-01-02T11:04:06.335+07:00Lucky Perdana - Aktor<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtsTwwL-jrpYtIOp3nUMYZFB-JqqsDvQ1fUSzXcYDHwTebwKjWC0_wiPPJpRPPHjOhHcDzkhuam9rBU88qG5NytMkQXDVmSNwY9-ORwTqtDJuzJCJMeusXSNga6RUZTqKA7XSgEHnRQ50T/s1600/lucky-perdana.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Lucky Perdana" border="0" height="115" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtsTwwL-jrpYtIOp3nUMYZFB-JqqsDvQ1fUSzXcYDHwTebwKjWC0_wiPPJpRPPHjOhHcDzkhuam9rBU88qG5NytMkQXDVmSNwY9-ORwTqtDJuzJCJMeusXSNga6RUZTqKA7XSgEHnRQ50T/s200/lucky-perdana.jpg" title="Lucky Perdana - Aktor" width="200" /></a></div>
Lucky Perdana lahir di Banyuwangi, Jawa Timur, 8 April 1986 adalah pemeran Indonesia. Meskipun ia sudah beberapa kali bermain sinetron, namanya baru dikenal publik sekitar tahun 2006.<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Lucky Perdana lahir dari pasangan Bambang (almarhum) dan Puji K sebagai anak pertama dari tiga bersaudara. Kariernya di bidang modeling dan akting, diawali saat pertama kali atas dorongan ibunya, Lucky mendaftarkan diri sebagai model pada salah satu majalah remaja di Indonesia. Setelah memenangkan Top Guest tahun 2002, Lucky yang awalnya berkeinginan menjadi pemain bola profesional ini mulai kebanjiran tawaran untuk bermain di sinetron. Puluhan sinetron dan FTV yang diikutinya diantaranya adalah Kiamat Sudah Dekat 2, Cowok Impian, Pangeran Penggoda, Candy, Ratu, Safira, Upik Abu & Laura, dan lain-lain. Sinetron "Candy" yang dibintanginya bersama Rachel Amanda berhasil menang sebagai sinetron terfavorit pada ajang Panasonic Global Awards pada tahun 2007(PGA) dan Lucky juga masuk dalam jajaran artis "The Most Teen Licious Star of The Year 2007" versi majalah Teen. Akhir tahun 2010 sampai dengan saat ini, Lucky aktif berakting sebagai tokoh Tirta di sinetron Putri Yang Ditukar yang tayang di salah satu stasiun televisi swasta Indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/8/8b/Lucky5.jpg/220px-Lucky5.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em; text-align: center;"><img alt="Lucky Perdana" border="0" height="200" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/8/8b/Lucky5.jpg/220px-Lucky5.jpg" title="Lucky Perdana - Aktor" width="132" /></a>Selain akting, aktor yang juga bisa Pencak Silat ini mampu memainkan beberapa alat musik terutama Drum. Sebelumnya pada tahun 2009 Lucky dan beberapa teman lainnya membentuk band yang dinamakan Banyoo. Beranggotakan Tendy Yan sebagai vokalis,Ananda sebagai gitaris, Ronny sebagai gitaris dan Lucky sendiri sebagai drummernya. Single mereka berjudul Lelah Hati.bergenre sedikit 'dark' pop rock tersebut kurang berhasil menembus pasar musik Indonesia yang saat ini lebih menyukai jenis musik simple.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di tengah kesibukannya syuting sinetron kejar tayang, tahun ini Lucky Perdana dan dua sahabatnya, Deta Putra dan Michael G. Prathama, kembali membentuk band dengan format baru bernama Live Project Band. Band ini masih mengusung genre Pop Rock dan posisi Lucky tetap sebagai Drummer. Live Project Band akan merelease single dalam waktu dekat. Single Live Project Band berjudul "Jauh" (Saat Kau Jauh atau Sunshine) saat ini masih mengalami proses revisi. Versi awal lagu "Jauh" yang awalnya berjudul "Saat Kau Jauh ini" sudah bisa di download di layanan tertentu sejak Mei 2011. Meskipun band ini sebenarnya belum resmi dilaunching tapi pertengahan Juni 2011, single "Jauh" versi revisinya sudah tersedia dalam bentuk Ring Back Tone di semua provider layanan telekomunikasi dan untuk video clip band Live Project juga sudah bisa dinikmati di layanan youtube dalam bentuk teaser mulai 18 Agustus 2011.</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2827726599832564787.post-73791373590563940552013-09-02T17:28:00.000+07:002014-01-02T11:03:40.843+07:00Fitri Carlina - Penyanyi Dangdut<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmSsA3bFksVjeC92D5I-vfamZCOsvJBVxmamnqRA3c0-nymNl_XYeWKPNA-lQ_BbcjYgba93pDiwM9Zs0zi-58NDPyhPl998xHB7hgqhdUdovAf4hTcQZiTLAIWkahVQYHpQ71jDdj9CmH/s1600/fitri+carlina.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Fitri Carlina" border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmSsA3bFksVjeC92D5I-vfamZCOsvJBVxmamnqRA3c0-nymNl_XYeWKPNA-lQ_BbcjYgba93pDiwM9Zs0zi-58NDPyhPl998xHB7hgqhdUdovAf4hTcQZiTLAIWkahVQYHpQ71jDdj9CmH/s200/fitri+carlina.jpg" title="Fitri Carlina - Penyanyi Dangdut" width="200" /></a></div>
Fitri Carlina yang memiliki nama panjang Fitri Dian Puspita lahir di Banyuwangi, 29 Mei 1987 adalah penyanyi dangdut yang juga adik dari Nini Carlina. Nama Fitri mulai melejit pada tahun 2012 sejak menyanyikan lagu "ABG Tua" dengan versi bahasa Betawi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bungsu dari 4 bersaudara ini telah berkenalan dengan musik sejak kecil. Fitri dan saudara-saudaranya dibesarkan dalam keluarga yang sangat perduli dengan pendidikan dan kesenian. Maklum ayah mereka, Drs. H. Taserun Hadinata adalah pensiunan Kepala Seksi Kebudayaan Dinas P&K, sedang ibu mereka, Hj. Sukesi Purwanti adalah pensiunan Kepala Sekolah Dasar di Banyuwangi. Fitri mengawali karier di dunia musik sejak masih duduk di bangku SD. Pada mulanya Fitri kerap mengisi acara-acara yang diadakan keluarga kemudian acara 17 Agustus-an. Walau baru kelas 1 SMP, Fitri telah menjadi penyanyi panggung profesional. Dia kerap tampil di desa-desa lain, bahkan luar kota. Mengikuti jejak kedua kakak perempuannya, Nini Carlina dan Wiwi Carlina, yang juga penyanyi dangdut, Fitri berhasil menelurkan album perdana pada tahun 2001 bertajuk Kompilasi New Joged Blambangan dan Padang Ulan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Meski sibuk menyanyi dan show, Fitri tetap memperhatikan pendidikannya. Sejak SD hingga SMP, dia selalu menduduki rangking pertama. Bahkan pernah menyandang gelar sebagai siswa teladan tahun 2002 dalam seleksi Siswa Teladan SLTP/MTs Negeri dan Swasta se-Kabupaten Banyuwangi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Fitri memutuskan untuk hijrah ke Jakarta pada tahun ajaran 2003/2004 dan masuk ke SMA Negeri 78 Jakarta. Dengan bimbingan kakaknya, Nini Carlina, dalam waktu satu tahun, Fitri berhasil merilis lagu "ABG Tua" meledak, Fitri turut menyanyikan dalam versi bahasa Betawi. Tak dinyana justru lagu itulah yang memopulerkan namanya.</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2827726599832564787.post-60906156963964661312013-08-23T17:29:00.002+07:002014-01-02T11:03:20.571+07:00Iwan Subekti - Ahli Kopi Internasional<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-eQ7Xp2l9cr4o0pAeXK1l0xDAY5PnG9K5jNM10vhOVEakBVvCa1EtxMEK9cADrlOSGqgJ5IFSgvT94vEtAddFemv4_8wBSS7MkFDQSVid_JMkAeZEAopFOn1LOB3CN20LjWQ2Uy7FI-oH/s1600/setiawan-subekti-di-indonesiaproud-wordpress-com.gif" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Ahli Kopi Iwan Subekti" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-eQ7Xp2l9cr4o0pAeXK1l0xDAY5PnG9K5jNM10vhOVEakBVvCa1EtxMEK9cADrlOSGqgJ5IFSgvT94vEtAddFemv4_8wBSS7MkFDQSVid_JMkAeZEAopFOn1LOB3CN20LjWQ2Uy7FI-oH/s1600/setiawan-subekti-di-indonesiaproud-wordpress-com.gif" title="Iwan Subekti - Ahli Kopi Internasional" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika Anda penikmat kopi, sempatkan berkunjung ke Sanggar Genjah Arum di Banyuwangi, Jatim, milik Setiawan Subekti. Di sana, Anda akan disuguhi kopi sekaligus diajari cara memperlakukan kopi oleh Setiawan, tester kopi yang namanya sudah mendunia. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lamat-lamat suara angklung menyapa telinga. Iramanya terdengar makin nyaring ketika mendekati pelataran Sanggar Genjah Arum milik Setiawan Subekti di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Jatim. Ternyata, suara angklung itu bersumber dari sepasang angklung. Angklung lanang (lelaki) dan angklung wadon (perempuan) yang dimainkan penabuh di puncak paglak. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Paglak adalah gubuk (bangunan sederhana) tanpa dinding yang terbuat dari bambu. Gubuk beratap ijuk atau anyaman daun kelapa itu biasanya didirikan di tengah sawah atau dekat perkampungan. Ukuran paglak umumnya hanya 2 x 3 meter. Meski begitu, paglak tidak makan banyak tempat. Sebab, lantainya tidak menyentuh tanah, melainkan menjulang tinggi sekitar 15 meter yang ditopang empat bambu utuh sebagai kaki penyangga. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dulu, paglak berfungsi sebagai tempat untuk mengusir burung-burung yang hendak makan padi. Para petani Using (sebutan untuk penduduk asli Banyuwangi) menjaga tanaman padinya yang mulai menguning dari serangan gerombolan burung sambil memainkan angklung. Karena dimainkan di atas paglak, jenis angklung itu dinamakan angklung paglak. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Paglak pun mengalami transformasi dari yang dulu didirikan di sawah untuk mengusir burung berubah menjadi aksesori budaya di halaman rumah atau perkantoran. Paglak di Sanggar Genjah Arum milik Setiawan Subekti itu berdiri di balik pintu gerbang barat. Tingginya sekitar 15 meter. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Suara angklung paglak terus mengalun. Suaranya makin ritmis setelah ditimpali bunyi tetabuhan dari lesung (alat tradisional untuk menumbuk padi). Tepatnya dari lima lesung yang berjajar di samping gerbang timur. Sekelompok nenek dengan balutan pakaian khas Using dengan lincah memainkan alu (penumbuk padi) di tangannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Meski usianya terbilang sudah uzur, mereka tampak bersemangat memainkan instrumentalia beberapa lagu Banyuwangen sambil sesekali membetulkan posisi susur (campuran tembakau, buah pinang, dan kapur) yang bertengger di mulutnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Begitulah cara Iwan (panggilan akrab Setiawan Subekti) menyambut para tamunya. "Ini merupakan salah satu cara untuk ikut nguri-nguri warisan budaya Using," kata Iwan yang sudah berkeliling ke berbagai negara untuk menjadi juri kontes dan festival kopi dunia itu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dia menyatakan prihatin terhadap heritage Using yang mulai ditinggalkan warganya. Meski matanya sipit dan kulitnya kuning, Iwan dinilai lebih Using daripada orang Using. Selain angklung paglak dan musik lesung, Iwan melestarikan kelompok mocoan lontar Yusuf, yakni membaca lontar kuno yang mengisahkan epos Nabi Yusuf secara bergiliran. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Alunan musik lesung terus mengalun mengiringi para tamu menyeruput secangkir kopi yang diseduh sendiri oleh Iwan. Kopi yang disuguhkan itu sangat spesial. Sebab, disangrai dan diblender sendiri oleh Iwan. Tak ayal, semua tamu merasa sangat senang punya kesempatan menikmati suguhan kopi di sanggar Genjah Arum yang terdiri atas beberapa rumah joglo asli Using. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Kita tidak akan bisa menemukan kopi dengan taste seperti di sini di tempat lain, di kedai-kedai kopi ternama di dunia sekalipun," tutur Ir Cahya Ismayadi dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslit Kakao) Indonesia, kepada Jawa Pos pada Sabtu lalu (10/12). Hari itu, Cahya menjadi juri dalam Festival Sangrai Kopi Massal di Sanggar Genjah Arum Kemiren bersama Iwan dan juri kehormatan yang terdiri atas para muspida Banyuwangi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Salah satu faktor yang memengaruhi taste kopi, papar Cahya, adalah memang proses pembuatannya. Kopi Iwan terasa nikmat karena diproses oleh master kopi. Iwan saat ini memang tercatat sebagai salah seorang tester kopi kelas dunia yang dimiliki Indonesia. Konon, Indonesia baru memiliki lima tester kopi kelas dunia. Nama Iwan pun cukup populer dalam percaturan kopi dunia. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pria kelahiran 1957 itu setiap tahun sibuk menjadi juri kontes kopi di berbagai negara. Mulai Brazil, Kolombia, Amerika Serikat, dan sejumlah negara Asia seperti Jepang, Vietnam, Malaysia, serta Singapura. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun, nama besar itu tidak mengubah watak asli Iwan. Sarjana Pertanian Universitas Satya Wacana tersebut tetap membuka pintu selebar-lebarnya bagi mereka yang ingin berkunjung ke sanggar miliknya. Kepada para tamu, selain menyuguhkan kopi yang diseduh sendiri, jika waktunya memungkinkan, Iwan mengajarkan tata cara memproses kopi yang benar. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Biasanya, sebelum menyeduh kopi, para tamu di ajak ke dapur. Di sana sudah ada dua bengahan (tungku) besar, lengkap dengan kayu dan gerabah. Setelah panas gerabah dinilai cukup (suhunya 250?300 derajat Celsius), Iwan menuang setengah kilogram biji kopi. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dia mempersilakan para tamu mencoba menyangrai. Sesi itu sangat disukai para tamu asing. Tak pelak, mereka langsung mengabadikannya dalam kamera maupun handycam. Selesai dari dapur, giliran menggiling atau memblender kopi yang sudah disangrai. Setelah itu, Iwan menuangkan kopi ke beberapa cangkir kopi. Lalu, mengajarkan cara menyeduh kopi yang benar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebelum meminum, hidung harus didekatkan pada bibir cangkir. Setelah aroma kopinya merasuk ke hidung, baru diseruput. "Harus sampai bunyi sruuuut. Sebelum ditelan, tahan dulu di mulut sampai rasanya menempel di lidah," papar Iwan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dia merasa tidak bersalah telah membuka rahasia tentang kopi. Yang justru dia rasakan adalah kepuasan. Sebab, dirinya telah mengedukasi banyak tamu tentang memproses dan menikmati kopi yang benar. Iwan merasa yakin, penularan keahliannya tentang kopi akan bisa menambah saudara sebanyak-banyaknya. Seperti slogannya yang terus dia kampanyekan: sekali seduh, kita bersaudara. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Iwan sama sekali tidak berkeberatan slogan tersebut dipakai Pemkab Banyuwangi untuk mengukuhkan Banyuwangi sebagai daerah tujuan wisata kuliner minum kopi di Indonesia. Pengukuhan itu dilakukan Sabtu lalu yang ditandai dengan lomba Sangrai Kopi Massal yang melibatkan 270 peserta. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Iwan tercatat sebagai salah seorang penggagas acara yang tercatat dalam Museum Rekor Indonesia (Muri) itu. Sebelum mengikuti festival, para peserta diajari cara yang benar menyangrai kopi oleh Iwan. Hal yang sama akan terus dilakukan terhadap para tamu yang bertandang ke sanggarnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sudah tidak terhitung tamu Iwan. Tidak hanya dari Indonesia, tapi juga dari berbagai negara. Khusus tamu dari dalam negeri berasal dari kalangan ahli kopi, penikmat kopi, hingga pejabat tinggi. Maklum, muspida Banyuwangi selalu mengajak para tamunya bersantai sambil menyeruput kopi di sanggar Iwan. Terakhir, sekitar sebulan lalu, tercatat Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Gatot Nurmantyo yang baru saja mengakhiri tugasnya di Jatim menyempatkan diri menikmati kopi suguhan Iwan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara itu, tamu dari mancanegara terdiri atas wisatawan yang baru turun dari Kawah Ijen hingga beberapa owner pabrik kopi dari Jepang, Korea Selatan, serta Prancis. Bahkan, setelah melihat Iwan menyangrai kopi dengan gerabah dan ternyata rasanya sangat enak, seorang penulis spesial kopi dari AS, Kennit David, sampai membeli dua gerabah. Kareta takut pecah, gerabah itu tidak dia masukkan ke bagasi. Melainkan, dia pangku mulai Bandara Changi, Singapura. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Sampai di Amerika, dia telepon, katanya satu gerabah yang dipangkunya mulai Singapura pecah, hahaha...," ungkap pengelola perkebunan Kalibendo, Banyuwangi, yang kopi robustanya menjadi juarai pertama nasional dalam kontes kopi nasional di Jakarta pada 15?16 November lalu tersebut.(jpnn/c5/kum)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">sumber :</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><a href="http://www.jpnn.com/read/2011/12/13/111120/Ke-Sanggar-Setiawan-Subekti,-Tester-Kopi-Kelas-Dunia-dari-Banyuwangi-">http://www.jpnn.com/read/2011/12/13/111120/Ke-Sanggar-Setiawan-Subekti,-Tester-Kopi-Kelas-Dunia-dari-Banyuwangi-</a></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Bersaudara Dalam Secangkir Kopi </b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beginilah cara Setiawan Subekti (55) menyambut tamunya: dia menyodorkan secangkir kopi racikannya sendiri dan aneka kesenian tradisi Banyuwangi. ”Silakan minum kopi sepuasnya. Yang jelas, sekali seduh, kita bersaudara,” katanya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Malam seolah datang lebih cepat di Desa Adat Using Kemiren, Banyuwangi, Jawa Timur. Jam baru menunjukkan pukul 18.30, tetapi langit telah hitam pekat. Di pinggir jalan desa, sebuah kompleks rumah besar memancarkan cahaya seperti jutaan kunang-kunang di kegelapan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari rumah berpagar tinggi itu terdengar bunyi ketukan ritmis menyelip di antara desau angin. Ternyata suara itu bersumber dari lesung yang diketuk bergantian oleh sekelompok ibu paruh baya berkebaya hitam. Sekilas mereka seperti menumbuk padi. Namun, sesungguhnya mereka sedang memainkan musik lesung. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat itu, ada beberapa warga adat dari sejumlah daerah di Indonesia yang sedang bertamu. Dari mereka, kami mengetahui, pemilik rumah itu adalah seorang laki-laki sederhana bernama Setiawan Subekti. Dia seorang pengusaha perkebunan kopi di Banyuwangi, yang juga juri kompetisi kopi tingkat dunia. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Malam itu, Setiawan yang akrab disapa Iwan bercengkerama dengan sejumlah orang di beranda rumah sambil menikmati alunan gamelan Banyuwangi yang dimainkan secara langsung oleh empat seniman. Sesekali Iwan beranjak dari tempat duduknya untuk menyapa tetamu dan membuatkan kopi. Di antara mereka ada penyanyi jazz dan penikmat kopi, Syaharani. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
”Saya senang membuatkan kopi untuk orang lain,” ujar Iwan sambil menyodori kami dua cangkir kopi luwak sebagai tanda perkenalan. ”Setelah mencicipi kopi ini, tolong ceritakan rasanya,” pesan Iwan, Jumat (16/11), sambil mengingatkan bahwa orang Banyuwangi menyebut kopi dengan istilah kopai.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika kami menyesap kopai yang jejaknya begitu halus di lidah, suguhan tarian gandrung disodorkan. Sejumlah orang yang bertamu ke rumah Iwan pun melebur dalam sensasi aroma kopi luwak, pesona gandrung, dan suasana desa yang tenang. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ratusan tahun</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami bertandang lagi ke rumah Iwan Senin (19/11) sore. Siang membuat keseluruhan rumah itu lebih jelas. Rumah Iwan terdiri atas sembilan rumah khas orang Using berbahan kayu bendo dan tanjang. Sekadar catatan, Using adalah subkultur terbesar yang hidup di Banyuwangi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setiap rumah memiliki fungsi berbeda. Ada yang dibuat sebagai gudang penyimpan kopi, tempat istirahat, tempat makan, dan tempat pertunjukan. Satu rumah dirancang seperti kedai kopi, lengkap dengan meja bar tempat Iwan menyeduh kopi untuk tetamunya. Di atas meja terdapat aneka alat untuk memproses biji kopi menjadi secangkir kopi yang nikmat dan beberapa penggiling kopi. Di belakang meja bar terdapat rak kayu berisi aneka cangkir dan alat untuk menyajikan kopi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sambil menyeduh kopi, Iwan bercerita, ”Ini semua rumah tua. Rata-rata telah diwariskan hingga generasi ketiga. Rumah yang paling besar sudah berumur 100 tahun ketika saya beli.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rumah-rumah kayu itu merupakan hasil perburuan Iwan selama 15 tahun di dusun-dusun di Desa Kemiren. Dia terdorong mengoleksi lantaran melihat turis asing rebutan membeli rumah Using untuk diambil kayunya sebagai bahan mebel. ”Kan, sayang banget, padahal itu warisan orang Using. Daripada habis diborong orang asing, lebih baik saya selamatkan,” kata Iwan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain rumah, Iwan juga mengumpulkan aneka peralatan orang Using, mulai lesung, lemari, gebyok, mebel, alat pertanian, alat pengusir burung, hingga menara untuk memainkan angklung paglak. Menara dari bambu setinggi lebih kurang 15 meter itu dibangun di halaman depan. Sore itu, seniman Haidi Bing Slamet (31) memainkan angklung yang suaranya lamat-lamat ditelan angin.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah koleksinya cukup banyak, Iwan merakit dan membangun kembali rumah Using di lahan seluas 4.000 meter persegi di Desa Kemiren. ”Semua rumah yang saya beli di Kemiren saya bangun lagi di Kemiren. Tidak ada yang saya bawa ke luar,” katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kini, rumah milik Iwan menjadi seperti museum Using di tengah desa adat Using. Rumah itu juga menjadi salah satu pusat kegiatan seniman Using. Mereka nongkrong, kadang latihan, dan tampil di depan tamu yang datang ke rumah itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Iwan sendiri tidak menetap di rumah itu, tetapi setiap hari sedapat mungkin ia kunjungi. ”Pulang dari kebun (kopi) sekitar pukul 15.00, saya mampir ke sini. Sore saya pulang ke rumah. Malam mulai pukul 20.00 saya nongkrong lagi di sini, kadang sampai pukul 02.00. Istri sudah bosan protes,” tutur Iwan, yang rumah tinggalnya sekitar 3 kilometer dari Desa Kemiren.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rumah itu, lanjut Iwan, dijuluki sebagai tempat tetirah orang Using Kemiren. ”Kami nongkrong dan ngobrol seenaknya sambil menyeruput kopi. Orang waras masuk ke sini jadi gila, orang gila jadi waras. Orang sakit jadi sembuh, orang sehat jadi sakit, ha-ha-ha,” ujarnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Semua tamu yang datang ke rumah itu, tidak peduli pangkat dan jabatannya, lanjut Iwan, diperlakukan sebagai sahabat. ”Silakan nongkrong dan nikmati kopi sepuasnya. Sekali seduh (kopi), kita bersaudara,” kata Iwan. Slrrrp... aaah...!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">sumber :</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://internasional.kompas.com/read/2012/12/02/03054119/Bersaudara.Dalam.Secangkir.Kopi"><span style="font-size: x-small;">http://internasional.kompas.com/read/2012/12/02/03054119/Bersaudara.Dalam.Secangkir.Kopi</span></a>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2827726599832564787.post-46323977893191837582013-08-22T15:42:00.002+07:002014-01-02T11:02:20.278+07:00Hendro Kartiko - Kiper Timnas Indonesia<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBUXUdf2uOrpfyrV2vi0Fwo3KUikiaQH7xs1RSuN52KEJOqVVHelCRKdGIWHhXX0oiIELgvuX7Km5rm_tExlp7miHdCDNIlySdWdPCS6YUkPv1Cjsin97Ho-nvq7UNWXHbfvx9fxfCe-RL/s1600/hendro+kartiko.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kiper Hendro Kartiko" border="0" height="193" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBUXUdf2uOrpfyrV2vi0Fwo3KUikiaQH7xs1RSuN52KEJOqVVHelCRKdGIWHhXX0oiIELgvuX7Km5rm_tExlp7miHdCDNIlySdWdPCS6YUkPv1Cjsin97Ho-nvq7UNWXHbfvx9fxfCe-RL/s200/hendro+kartiko.jpg" title="Hendro Kartiko - Kiper Timnas Indonesia" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Hendro Kartiko lahir di Banyuwangi, 24 April 1973 adalah seorang pemain sepak bola Indonesia. Berposisi sebagai penjaga gawang, Kartiko sering disebut "Fabien Barthez Indonesia" karena kepalanya yang plontos. Ia telah lebih dari 50 kali memperkuat tim nasional sepak bola Indonesia sejak tahun 1996 dan merupakan salah satu pemain dengan penampilan terbanyak.[1] Antara kejuaraan yang pernah diikutinya adalah Piala Asia 1996 dan Piala Asia 2000 di mana penampilannya membuatnya ditetapkan sebagai kiper utama tim bintang Asia 2000 oleh AFC. Di tingkat klub sejak tahun 2005 ia memperkuat Persija Jakarta. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karir Junior: </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1989 : Porsela Treblasala </div>
<div style="text-align: justify;">
1989 : Glemore Banyuwangi</div>
<div style="text-align: justify;">
1990-1991 : Persewangi Banyuwangi</div>
<div style="text-align: justify;">
1992-1994 : PS Unmuh Jember</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karir Senior:</div>
<div style="text-align: justify;">
1994-1995 : Persid Jember</div>
<div style="text-align: justify;">
1995-1998 : Mitra Surabaya</div>
<div style="text-align: justify;">
1998-2000 : Persebaya Surabaya</div>
<div style="text-align: justify;">
2000-2002 : PSM Makassar</div>
<div style="text-align: justify;">
2002-2003 : PSPS Pekanbaru</div>
<div style="text-align: justify;">
2003-2004 : Persebaya Surabaya</div>
<div style="text-align: justify;">
2005-2006 : Perssija Jakrata</div>
<div style="text-align: justify;">
2007-2008 : Arema Malang</div>
<div style="text-align: justify;">
2008-2009 : Persija Jakarta</div>
<div style="text-align: justify;">
2009-2010 : Sriwijaya FC</div>
<div style="text-align: justify;">
2010-Sekarang : Persija Jakarta</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karir timnas:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1996-2007 : Indonesia </div>
Unknownnoreply@blogger.com13tag:blogger.com,1999:blog-2827726599832564787.post-1960026931372699312013-08-15T20:21:00.002+07:002014-01-02T11:02:01.132+07:00Cahyono - Aktor dan Pelawak Indonesia<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifCRPhtDPzYt3oy0U_QT1yoejBXYc3sWlBxmteZmz5G7JfRtI7NIQr7TelOjkywInc7GNfxzsS88azdUwYfonYgUEsJYs3RMsY-YI4mCvAFpoTfjj8Hn5tTxYmF58jJv0UrpCEMn1Xb56i/s1600/94046_pelawak-cahyono_663_382.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Cahyono Pelawak" border="0" height="184" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifCRPhtDPzYt3oy0U_QT1yoejBXYc3sWlBxmteZmz5G7JfRtI7NIQr7TelOjkywInc7GNfxzsS88azdUwYfonYgUEsJYs3RMsY-YI4mCvAFpoTfjj8Hn5tTxYmF58jJv0UrpCEMn1Xb56i/s320/94046_pelawak-cahyono_663_382.jpg" title="Cahyono - Aktor dan Pelawak Indonesia" width="320" /></a></div>
Cahyono lahir dusun Pandan, Desa Kembiritan, Kec. Genteng, Banyuwangi, 26 Desember 1951 adalah seorang aktor dan pelawak Indonesia. Tahun 1971, berperan di film Lantai Berdarah; Reo Manusia Srigala; Pulau Cinta; Raja Copet serta Gara-Gara Janda Kaya.<br />
<br />
Tahun 1972, pada usia 21 tahun hijrah ke Jakarta bergabung dengan group komedi Jawa Timur. Dua tahun kemudian bertemu dengan Jojon yang saat itu aktif di group kesenian Jawa Barat, dari hasil bincang-bincang, bersepakat membentuk group lawak dengan nama Jayakarta Group. Bersama dengan Uuk, almarhum Joni Gudel, dan Jojon, kami anggung untuk pertama kalinya di Jakarta Fair..<br />
<div>
<br />
<div>
Tahun 1978, berperan di film Gudang Uang ; Remaja Pulang Pagi; Saritem Penjual Jamudan Dukun Kota.<br />
Tahun 1980-1990-an merupakan masa jaya Jayakarta Grup.<br />
Tahun 1981, berperan di film Apa Ini Apa Itu serta film Okey Boss.<br />
Tahun 1983, berperan di film Barang Antik.</div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2827726599832564787.post-76790117648535784232013-08-15T11:22:00.000+07:002014-01-02T11:01:40.369+07:00Agus Dermawan T - Kritikus dan Kurator Seni Rupa<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbN_83Kp8LAj7YHIw5nZKKNVsRIZangeSgEtzRdNBvurrjNRqu1huGmxXaSXYev7o6B2GP5l545pPJrqlH01VpJtnF2GW7VWZDV3yHyzz8g4gTS8O6XTOBxe9SE7JML1MIWTlbx4lpLJau/s1600/up+p28-d_344.img_assist_custom-400x267.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Agus Dermawan T" border="0" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbN_83Kp8LAj7YHIw5nZKKNVsRIZangeSgEtzRdNBvurrjNRqu1huGmxXaSXYev7o6B2GP5l545pPJrqlH01VpJtnF2GW7VWZDV3yHyzz8g4gTS8O6XTOBxe9SE7JML1MIWTlbx4lpLJau/s320/up+p28-d_344.img_assist_custom-400x267.jpg" title="Agus Dermawan T - Kritikus dan Kurator Seni Rupa" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Kritikus dan kurator seni rupa. Lahir di Rogojampi, Jawa Timur, 29 April 1952. Menempuh pendidikan terakhir di Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta, jurusan seni lukis. Tahun 1977 berhenti melukis dan total terjun sebagai penulis seni rupa professional. Dalam bidang penulisan memperoleh 14 penghargaan dalam bidang seni rupa dan sastra.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejak tahun 1974, lebih dari 1000 judul tulisannya telah dipublikasikan di Kompas, Sinar Harapan, Suara Pembaharuan, Media Indonesia, Tempo, Gatra, Femina, Editor, Horison, Republika, dll. Belasan buku monografinya telah terbit, diantaranya tentang pelukis Widajat, Basoeki Abdullah, Dullah, Dede Eri Supria, Hendra Gunawan, Nyoman Gunarsa, Arie Smit, Krijono, Koempoel. Juga tentang Rearngsak Boonuyavanishkul (Muangthai), Shi Hu (Cina), Li Shuji (Cina), Choo Keng Kwang (Singapura). Ia juga menyusun kitab Koleksi Istana Kepresidenan Republik Indonesia dan Antologi Seni 2003. dan melakukan kunjungan dan pengamatan senirupa di berbagai museum dan galeri, di hampir seluruh penjuru Eropa, Amerika dan Asia yang memiliki percaturan dan khazanah seni rupa modern. Juga bekerja sebagai konsultan dan kurator pameran seni lukis, khususnya proyek-proyek Yayasan Seni Rupa Indonesia (YSRI) dan Balai Lelang Christies Internasional.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">sumber :</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><a href="http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/707/Agus-Dermawan-T">http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/707/Agus-Dermawan-T</a></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Pengalaman Agus Dermawan T. Menilai Harga Benda-Benda Seni Istana Kepresidenan</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIXSde4JPI0OkVsY56XbQ4D1F627T84ExFdbo5dRcTG1Pc_9AelGMGDAjZ6BXCF2lnMBaPokO-cmyT46xqfEZPdhRIA7LMVvO5xBrXYM_KCjeqVG2jaqiFd85Elnn8liRjOaBOPDcshyUK/s1600/171622_291021_boks_seni.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Agus Dermawan T" border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIXSde4JPI0OkVsY56XbQ4D1F627T84ExFdbo5dRcTG1Pc_9AelGMGDAjZ6BXCF2lnMBaPokO-cmyT46xqfEZPdhRIA7LMVvO5xBrXYM_KCjeqVG2jaqiFd85Elnn8liRjOaBOPDcshyUK/s320/171622_291021_boks_seni.jpg" title="Agus Dermawan T - Kritikus dan Kurator Seni Rupa" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Ada lebih dari 15 ribu koleksi benda seni di istana-istana negara/kepresidenan di Jakarta, Bogor, Bali, dan Jogja. Setelah dihitung, nilai barang-barang berharga itu mencapai Rp 2 triliun. Kritikus seni rupa Agus Dermawan T. menceritakan pengalamannya meneliti koleksi seni istana tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
SOFYAN HENDRA, Jakarta</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
DI tengah gemericik air sungai yang bening, enam gadis cantik tengah mandi dan bermain air. Tentu tanpa busana. Dari pinggir kali, seorang pemuda tergopoh menunjukkan selendang milik salah seorang gadis yang semua berambut panjang itu. Seorang di antara gadis-gadis tersebut mungkin malu sambil menutup buah dadanya dengan jemari.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Itulah potret yang tergambar dalam lukisan Jaka Tarub karya pelukis tersohor Basoeki Abdullah. Lho, bukankah dalam dongeng yang kita kenal selama ini ada tujuh bidadari, bukan enam bidadari seperti dalam lukisan Basoeki?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kata banyak orang, yang satu dibawa Bung Karno, ujar Agus Dermawan T., kurator sekaligus pengamat seni rupa, lantas tersenyum saat ditemui Jawa Pos di rumahnya, kawasan Kelapa Gading, Rabu (13/6) pekan lalu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jaka Tarub memang menjadi salah satu lukisan favorit Presiden Soekarno. Lukisan Basoeki Abdullah lain yang dipuja Soekarno adalah Gatotkaca dengan Pergiwa dan Pergiwati. Lukisan yang ceritanya diambil dari kisah Mahabharata itu menggambarkan Pergiwa tengah terpesona memandang Gatotkaca yang terbang gagah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bung Karno sangat membanggakan lukisan itu karena menganggap dirinya sama dengan sosok Gatotkaca itu, kata Agus. Hampir setiap ada tamu kehormatan, Bung Karno menunjukkan lukisan kebanggaannya tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada era Soekarno, dua lukisan berukuran 255 x 170 cm itu mendapat tempat strategis di Istana Merdeka, yakni di ruang resepsi. Itu bukan ruang tamu biasa. Itu adalah ruang tempat para presiden menerima tamu-tamu kenegaraan. Pada masa Presiden Habibie, dua lukisan tersebut diturunkan dan dikirim ke Istana Bogor. Tapi, Presiden Megawati mengembalikan dua lukisan itu di tempatnya semula.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masih banyak lukisan dan benda seni lain yang menjadi koleksi Istana Kepresidenan. Menurut Agus, sejauh ini Istana Merdeka dan Istana Negara, Jakarta, menyimpan 582 lukisan, 303 patung, serta 3.003 benda seni kriya atau kerajinan. Lalu, Istana Bogor: 694 lukisan, 366 patung, dan 2.282 seni kriya. Istana Cipanas: 335 lukisan, 264 patung, dan 423 seni kriya. Istana Jogjakarta (Gedung Agung): 740 lukisan, 354 patung, dan 5.850 seni kriya. Istana Tampaksiring Bali: 291 lukisan, 278 seni patung, dan 210 seni kriya. Pesanggrahan Tenjoresmi Pelabuhan Ratu: 12 lukisan, 2 patung, dan 2 seni kriya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Banyak koleksi yang menarik. Selain lukisan Basoeki Abdullah, ada karya maestro pelukis lainnya seperti puluhan lukisan Dullah serta belasan karya S. Sudjojono dan Affandi. Ada pula sejumlah lukisan Walter Spies dengan kualitas amat menggoda.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Juga, lukisan Theo Meier dalam ukuran mukibat dengan kualitas hebat. Ada lukisan Fernando Amorsolo. Ada lukisan seniman Meksiko legenda dunia, Diego Rivera. Tentu ada pula beberapa karya Raden Saleh, beber pria kelahiran Rogojampi, Banyuwangi, 29 April 1952, itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain itu, ada ratusan patung karya seniman mancanegara, ratusan guci antik dari Tiongkok, serta ratusan art work adiluhung kenang-kenangan dari Robert F. Kennedy dari AS hingga Ali Abdullah Saleh dari Yaman.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Agus bersama timnya sejak Maret 2011 hingga Maret 2012 menjadi narasumber ahli Panitia Uji Petik yang bertugas menominalisasi setiap benda seni koleksi Istana Kepresidenan. Tugas tim itu tidak ringan. Mereka harus mendata dan menilai setiap item benda seni yang menghias sudut-sudut Istana Kepresidenan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika tidak akan dijual, mengapa harga benda-benda seni itu perlu ditaksir Menurut Agus, selama ini nilai rupiah benda-benda seni tersebut tidak pernah diestimasi. Sesuai peraturan negara, benda-benda seni tersebut dianggap tidak ada harganya. Dalam neraca di laporan keuangan pemerintah pusat (LKPP), masing-masing koleksi seni itu hanya dinilai Rp 1 (satu rupiah) atau sekadar memenuhi standar pelaporan akuntansi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Buntutnya, karena tidak dianggap sebagai aset negara berharga oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan, tidak akan ada dana pemeliharaan, penjagaan, perawatan, restorasi, dan pemajangan. Akibatnya, tak sedikit benda seni yang rusak karena tak ada dana untuk perawatan dan restorasi. Padahal, banyak benda seni yang bernilai tinggi hingga miliaran rupiah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Agus mencontohkan lukisan Konstantin Egrovich Makovsky dari Rusia yang sempat rusak parah. Menurut dia, lukisan berukuran 3 x 4 meter yang bercerita tentang sebuah pesta itu bernilai lebih dari Rp 10 miliar. Butuh biaya besar untuk merestorasi dan membutuhkan teknik tinggi. Akhirnya, lukisan tersebut direstorasi para ahli dari Rusia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Catnya juga harus dari Rusia. Dicarikan yang jenis dan kualitasnya paling mirip, ungkap pria yang telah menulis 31 buku seni rupa itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Agus menyebutkan, kualitas lukisan Rusia itu tak kalah oleh The Night Watch karya pelukis masyhur Rembrandt van Rijn.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebelum dinominalisasi, anggaran perawatan benda-benda seni tersebut tidak terlalu jelas. Menurut Agus, kebanyakan dititipkan ke sejumlah pos anggaran di Sekretariat Negara. Tentu saja tidak cukup. Untuk restorasi, misalnya, sejak Presiden Soeharto, istana menyiasatinya dengan melelang sumbangan kepada orang-orang kaya yang dekat istana.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Agus bercerita, selama setahun dirinya harus menginap di istana. Saya beserta tim harus menghitung semua itu di istana masing-masing, ungkap alumnus ASRI (kini ISI) Jogjakarta tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat bertandang ke istana, Agus selalu mengajak istri tercintanya, Iliana Lie. Perempuan yang memberinya seorang putra semata wayang itu juga menemani Agus saat diwawancarai Jawa Pos di kediamannya yang anggun di kawasan Kelapa Gading, Jakarta, pekan lalu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk menaksir nilai yang tepat, Agus menggunakan acuan nilai artistik dan nilai historis. Juga, dibandingkan dengan nilai pasar. Semua nilai itu lantas dirujuk pada kondisi karya, jelas kurator berbagai pameran seni rupa Indonesia tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cerita-cerita seputar benda seni juga memengaruhi harga. Agus mencontohkan lukisan Jendral Sudirman karya Yoes Soepadyo. Menurut dia, lukisan itu sebenarnya tidak terlalu istimewa. Namun, karena selalu menjadi favorit Soekarno hingga Soeharto, harganya bisa melambung menjadi miliaran rupiah. Soeharto selalu menempatkan lukisan tersebut di belakang meja kerjanya. Jika dipotret oleh media, lukisan itu selalu tampak di belakang Pak Harto, cerita dia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lukisan Gatotkaca dengan Pergiwa dan Pergiwati juga menjadi semakin bernilai karena kisahnya di kehidupan Soekarno. Agus memaparkan, Istana Bogor menyimpan koleksi yang paling menarik dan berharga. Di kompleks istana yang bersambungan dengan Kebun Raya Bogor itu, ada lebih dari seratus lukisan Basoeki Abdullah. Di situ pula ada puluhan lukisan berobjek perempuan telanjang warisan Soekarno dengan nilai istimewa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada era Soeharto, koleksi itu dimasukkan kamar khusus oleh Ibu Tien Soeharto. Mungkin takut dilihat Pak Harto. Hehehe…, canda Agus.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejak 1980-an, Agus memang sudah mengamati koleksi benda-benda seni istana tersebut. Sampai akhirnya, dia berhasil masuk Istana Negara pada 1981. Kala itu, dia sangat bergembira karena bisa melihat langsung ratusan lukisan karya seniman-seniman besar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perjumpaan itu merupakan hal istimewa bagi saya. Sebab, sebelumnya saya hanya bisa melihat reproduksinya dalam buku koleksi lukisan Presiden Soekarno yang saya miliki sejak 1965, ungkapnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejak kecil Agus memang gemar melukis. Dia pernah beberapa kali turut serta dalam pameran bersama. Pameran terakhir yang diikuti adalah Biennale Seni Lukis Indonesia 1976 yang diselenggarakan Dewan Kesenian Jakarta di TIM. Teman-temannya berujar kepada dia bahwa sudah terlalu banyak pelukis, namun tak banyak yang menulis tentang lukisan. Sejak itu, saya meninggalkan kuas dan kanvas dan terus menulis hingga sekarang, kenang Agus.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain menyusun 31 buku, Agus telah menyiarkan 2.300 judul tulisan seni rupa yang dimuat di sekitar 40 media cetak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perjumpaan Agus dengan lukisan-lukisan istana bahkan dimulai saat dirinya masih duduk di bangku SMP. Pada 1965, dia sudah mempunyai satu di antara lima jilid buku koleksi lukisan Presiden Soekarno. Itu merupakan hadiah dari ayahnya, Goentoro Tantono, yang menghendaki dirinya menjadi pelukis.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ayah hanya mampu membeli satu jilid karena harganya mahal. Waktu itu, harga satu buku seharga dua ban truk, kenang Agus yang ayahnya merupakan pengusaha truk itu.(*/c5/ari)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">sumber :</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://www.detiknews.net/read/2012/06/21/pengalaman-agus-dermawan-t-menilai-harga-benda-benda-seni-istana-kepresidenan/"><span style="font-size: x-small;">http://www.detiknews.net/read/2012/06/21/pengalaman-agus-dermawan-t-menilai-harga-benda-benda-seni-istana-kepresidenan/</span></a>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2827726599832564787.post-57660082656836814682013-08-14T22:32:00.004+07:002014-01-02T11:01:12.080+07:00Neno Warisman - Aktris dan Penyanyi<br />
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgshYcNE_i173UmcAHf3jiNPoFtYW7qRRySuwPiz_cpmyhjKVn9NnU_CgphjPpdBDx_hlaQ7bxVtrvHBJ9crvtDfBifJwm-Udf0k2xj_6TqOui8ASA-VfNuc7U6GF0aVngVILHc_cobzEb_/s1600/neno-warisman2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Neno Warisman" border="0" height="133" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgshYcNE_i173UmcAHf3jiNPoFtYW7qRRySuwPiz_cpmyhjKVn9NnU_CgphjPpdBDx_hlaQ7bxVtrvHBJ9crvtDfBifJwm-Udf0k2xj_6TqOui8ASA-VfNuc7U6GF0aVngVILHc_cobzEb_/s200/neno-warisman2.jpg" title="Neno Warisman - Aktris dan Penyanyi" width="200" /></a></div>
Hj. Titi Widoretno Warisman lebih akrab dipanggil Neno Warisman (lahir di Banyuwangi, Jawa Timur, 21 Juni 1964; umur 48 tahun) dulunya adalah penyanyi dan bintang film era 1980-an. Sekarang, Neno aktif di dunia sosial dan pendidikan, terutama pengasuhan, peran ibu dan peran keayahan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejak kecil Neno telah menunjukkan kesukaannya pada puisi dan deklamasi. Bahkan pada tahun 1978, Neno terpilih sebagai juara baca puisi se-Jakarta. Neno pun melanjutkan kuliah di Fakultas Sastra Perancis Universitas Indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Neno terkenal sebagai penyanyi di era 80-an. Lagu Neno banyak yang terkenal hingga kini, seperti lagu "Matahariku", begitu pun duetnya dengan Fariz RM, "'Nada Kasih", dan juga lagu religi "A Ba Ta Tsa".</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai pemain film, Neno terkenal karena aktingnya sebagai Sayekti di film Sayekti dan Hanafi yang ditayangkan TVRI dan disutradarai oleh Irwinsyah. Selain itu, Neno juga pernah bermain dalam film Semua Sayang Kamu (1989) yang masuk dalam nominasi Aktris Terbaik Festival Film Indonesia 1989. Tahun 2005, Neno bermain dalam film garapan Garin Nugroho Rindu Kami PadaMu (2005). Film ini meraih penghargaan sebagai film terbaik Asia di Osian’s Cinefan Festival ke-7 diNew Delhi, India, yang berlangsung 16-24 Juli 2005.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada tahun 1991, Neno memutuskan untuk memakai jilbab dan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk dunia sosial dan pendidikan serta aktif membantu sosialisasi program Pendidikan Anak Dini Usia (PAUD) Departemen Pendidikan Nasional. Sering diundang untuk berbicara di seminar-seminar para ibu. Berbicara terutama tentang pengasuhan anak yang benar, pendidikan negeri, dan kesehatan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada ulang tahunnya yang ke-40, 21 Juni 2004, Penerbit Syaamil menerbitkan buku Neno bertajuk Izinkan Aku Bertutur. Tahun 2006, dengan penerbit yang sama, Neno merilis buku berjudul Matahari Odi Bersinar Karena Maghfi. Buku pertama dari trilogi opera keluarga ini adalah sebuah refleksi batin yang tulus dan amat mendalam dari seorang Neno Warisman tentang keajaiban keajaiban jiwa yang ia alami dan saksikan dari anak anaknya yang menggemaskan, smart, aktif dan shalih.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada bulan juni 2008 memulai kampanye "PMM", pola makan yang menyelamatkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Neno menikah dengan Ahmad Widiono Doni Wiratmoko dan memiliki 3 orang anak; Zaka, Maghfira, dan Ramadhani.<br />
<br />
<span style="font-size: x-small;">sumber :</span><br />
<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Neno_warisman"><span style="font-size: x-small;">http://id.wikipedia.org/wiki/Neno_warisman</span></a></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2827726599832564787.post-16527305935756048342013-07-14T22:00:00.000+07:002014-01-02T11:00:52.553+07:00Agung Kuswandono - Direktur Jenderal Bea Cukai<div style="text-align: justify;">
<div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMQomCr17KHMSIhXKVQQ0mkLK5ZmHX3IMpCH2CmR4WgOQf-A_IGhg16-uC6f2LvJzFsm03PkYggxuKnzsIliAg33K-fh8v7mucS8qAqR5t8FaO5aIm1PVeZx25xx7gag_-lw3zh1I41Zdj/s1600/agung.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Agung Kuswandono" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMQomCr17KHMSIhXKVQQ0mkLK5ZmHX3IMpCH2CmR4WgOQf-A_IGhg16-uC6f2LvJzFsm03PkYggxuKnzsIliAg33K-fh8v7mucS8qAqR5t8FaO5aIm1PVeZx25xx7gag_-lw3zh1I41Zdj/s1600/agung.jpg" title="Agung Kuswandono - Direktur Jenderal Bea Cukai" /></a></div>
Agung Kuswandono menjabat Direktur Jenderal (Dirjen) Bea Cukai dalam usia yang cukup muda, 44 tahun. Ia mengaku sempat khawatir jika suatu saat jabatan tertinggi di Bea Cukai tidak diembannya lagi meski usia produktifnya masih panjang.<br />
<br />
"Siapa bilang nggak khawatir. Tapi jabatan itu amanah, mau sekarang diangkat, diturunkan itu biasa-biasa saja, tapi kalau diangkat, wajib bekerja sekeras-kerasnya menggunakan otaknya, talentanya untuk melakukan yang terbaik bagi bangsa dan negara," ujarnya ketika ditanya masa depan karirnya usai menjabat menjadi Dirjen Bea Cukai.<br />
<br style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: left;" />
Hal tersebut disampaikan Agung saat berbincang dengandetikFinance di kantornya, Jalan Jend. Ahmad Yani, Jakarta, Senin (8/8/2011). Seperti diketahui, Agung yang merupakan kelahiran Banyuwangi, 29 Maret 1967 itu diangkat menjadi Dirjen Bea Cukai pada 25 April 2011.<br />
<br />
Namun jika memang jabatan itu tidak diembannya lagi, Agung mengaku sudah mempersiapkan diri. Menurut Agung, dirinya akan beralih profesi menjadi dosen dengan bekal yang diperolehnya sekitar 20 tahun berada dalam lingkup Dirjen Bea Cukai.<br />
<br />
"Saya jadi dirjen paling lama sampai 2014, nothing to lose, kan bisa jadi dosen di sini. Saya kan S2, jadi tidak kaget-kaget amat kalau berhenti," curhat lulusan Master of Arts-Economics University of Colorado tahun 1997 ini.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAYTT6sERbpXl6aPEg7Z9epeMgLt-THUSZQR_ILByZ78q0J0IJpgNJ0wniGYbnbVxVFUnSH_ZyFd9KFuK0SN5mpaAbNL3AfVrqf7ISX0Xwpof_aeZXFnh-IkaQuKh2JxziEYZQhK_N-cMK/s1600/Dirjen-Bea-Cukai-OKE.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><br /></a></div>
Agung pun mengaku siap jika nanti pendapatannya akan jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan saat dirinya menjabat menjadi dirjen.<br />
<br />
"Saya itu pernah digaji Rp 300 ribu, kalau kembali ke situ (bukan dirjen lagi) ya nggak miskin-miskin amat, kan sudah ada tabungan, lagian bisa bisnis, jualan kambing. Rezeki itu sudah dikavling-kavling, tinggal nyarisaja," ujarnya sambil tertawa.<br />
<br />
Sebagai Dirjen, Agung mengaku membawahi banyak senior namun ia mengaku diterima dengan baik. Dia pun menyadari posisinya sehingga dirinya tidak sungkan jika harus mendatangi seniornya terlebih dahulu.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
"Kalau ditanya soal muda atau tua, Alhamdulillah, senior-senior saya sangat profesional bekerja sehingga sampai saat ini saya belum mengalami kesulitan untuk memasuki wilayah-wilayah para senior karena semuanya welcome. Itu merupakan suatu blessing buat saya. Bagi saya itu sudah cukup," ungkapnya. <br />
<br />
Agung merasa dukungan dari seniornya sudah cukup. Ia merasa yang penting ada konsolidasi internal sehingga bisa tercipta suasana yang kondusif untuk semua pihak.<br />
<br />
"Kalau merasa pimpinannya terlalu muda, maka saya yang datang ke beliau-beliau, saya kulonuwon, saya sampaikan bahwa sekarang saya ditugaskan untuk memimpin, mohon saya diberikan kesempatan memimpin Bapak-Bapak dan diterima. Alhamdulillah, tidak ada masalah sampai sekarang," tutup Agung.</div>
<div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLnrN_S7AbdZuwYgHgO-_hR3rxIYe0pj4BsnghfVKBvH_P4iKZxGB6Td27uQN2H7PUJLJ1cbdozP_2tiWpNGs5k4izLZcXGRtr3z-I7-hUQbwSiFqpO1r0uQ9sVvMyR-sme22xRNGTdV03/s1600/Dirjen-Bea-Cukai-OKE.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><br /></a></div>
Pada Maret 2007, saat menjabat Kepala Bea-Cukai Bandara Soekarno-Hatta publik terhenyak oleh langkah Agung. Ia memerintahkan penyegelan 12 helikopter bekas milik PT Air Transport Services karena perusahaan milik Bukaka ini belum menyertakan sertifikat kelayakan dan izin Bea Cukai. Jusuf Kalla yang saat itu menjabat sebagai Wakil Presiden pun sempat marah.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Tapi, lantaran jaminan kepabeanan Rp 9 miliar tak kunjung cair, heli yang digunakan oleh Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi itu tetap dibeslah. Berikut profil singkat Agung Kuswandono: </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Nama : Agung Kuswandono</div>
<div>
Lahir : Banyuwangi, 29 Maret 1967</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Karier:</div>
<div>
Kepala Bea-Cukai Soekarno-Hatta (Januari-Mei 2007)</div>
<div>
Kepala Kantor Pelayanan Utama Bea-Cukai Tanjung Priok (Mei 2007-2008)</div>
<div>
Pejabat Direktur Teknis Kepabeanan ( Februari 2008-2010)</div>
<div>
Direktur Fasilitas Kepabeanan (Maret 2010-2011)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Pendidikan:</div>
<div>
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (1985-1990)</div>
<div>
Universitas Colorado, Amerika Serikat (1995-1997)</div>
<div>
Kekayaan tercatat tahun 2007: Rp 896,8 juta juta dan US$ 1.000</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Gebrakan Agung:</div>
<div>
Maret 2007 : Menyita 12 helikopter milik PT Air Transport Services milik Bukaka-perusahaan kepunyaan Wakil Presiden Jusuf Kalla-di Bandara Soekarno-Hatta.</div>
<div>
<br />
Akhir Maret 2007 : Membeslah peti kemas berisi 36 ribu pasang sepatu merek Yonex milik PT Nagasakti Paramashoes Industry, kepunyaan Siti Hartati Murdaya, yang keluar dari kawasan berikat tanpa izin.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Pada 10 Agustus 2007: Bersama polisi menyita 8 kapal pengangkut kru pengeboran minyak lepas pantai yang tidak memiliki surat izin impor.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Akhir Oktober 2007: Menggagalkan masuknya 395 ribu tabung gas impor tak berizin dari Cina di Pelabuhan Tanjung Priok.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
11 November 2007: Menahan tiga sedan supermewah-Ferrari, Lamborghini, dan Rolls-Royce-berdokumen palsu senilai miliaran rupiah di Pelabuhan Tanjung Priok.<br />
<br />
sumber :<br />
<a href="http://finance.detik.com/read/2011/08/10/073511/1700453/68/agung-kuswandono-sempat-was-was-pensiun-di-usia-muda">http://finance.detik.com/read/2011/08/10/073511/1700453/68/agung-kuswandono-sempat-was-was-pensiun-di-usia-muda</a>
<br />
<br />
<a href="http://www.tempo.co/read/news/2011/04/25/090329792/Inilah-Profil-Direktur-Bea-Cukai-Baru-Agung-Kuswandono">http://www.tempo.co/read/news/2011/04/25/090329792/Inilah-Profil-Direktur-Bea-Cukai-Baru-Agung-Kuswandono</a>
</div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2827726599832564787.post-44575309659160457242013-07-12T05:16:00.001+07:002014-01-02T11:00:19.134+07:00Akhudiat - Penyair, Budayawan<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; font-style: italic; line-height: 18px; text-align: justify;">bencana dan keberuntungan silih berganti</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; font-style: italic; line-height: 18px; text-align: justify;">jangan menangis, indonesia</span><span style="background-color: white;"></span><br />
<span style="background-color: white;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; font-style: italic; line-height: 18px;"><br /></span></span></div>
<span style="background-color: white;">
<span style="color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; font-style: italic; line-height: 18px;"></span></span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; font-style: italic; line-height: 18px;">malang dan mujur silih berganti</span></span></div>
<span style="background-color: white;"><span style="color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; font-style: italic; line-height: 18px;">
</span><span style="color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; font-style: italic; line-height: 18px;"></span></span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; font-style: italic; line-height: 18px;">jangan menangis, indonesia</span></span></div>
<span style="background-color: white;"><span style="color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; font-style: italic; line-height: 18px;">
</span></span>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><br /></span></div>
<span style="background-color: white;">
<span style="color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; font-style: italic; line-height: 18px;"><div style="text-align: justify;">
kejayaan dan keruntuhan silih berganti</div>
</span><span style="color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; font-style: italic; line-height: 18px;"><div style="text-align: justify;">
jangan menangis, indonesia</div>
</span><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; font-style: italic; line-height: 18px;"><div style="text-align: justify;">
manis dan pahit</div>
</span><span style="color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; font-style: italic; line-height: 18px;"><div style="text-align: justify;">
susah dan senang</div>
</span><span style="color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; font-style: italic; line-height: 18px;"><div style="text-align: justify;">
sakit dan bahagia</div>
</span><span style="color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; font-style: italic; line-height: 18px;"><div style="text-align: justify;">
lapar dan kenyang</div>
</span><span style="color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; font-style: italic; line-height: 18px;"><div style="text-align: justify;">
silih berganti</div>
</span><span style="color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; font-style: italic; line-height: 18px;"><div style="text-align: justify;">
jangan menangis, indonesia</div>
</span><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; font-style: italic; line-height: 18px;"><div style="text-align: justify;">
tak ada puasa terus-menerus</div>
</span><span style="color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; font-style: italic; line-height: 18px;"><div style="text-align: justify;">
tak ada pesta terus-menerus</div>
</span><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; font-style: italic; line-height: 18px;"><div style="text-align: justify;">
pesta akan ditagih ongkos kenikmatan</div>
</span><span style="color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; font-style: italic; line-height: 18px;"><div style="text-align: justify;">
puasa akan temukan hari lebaran</div>
</span><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; font-style: italic; line-height: 18px;"><div style="text-align: justify;">
jangan menangis, indonesia</div>
</span><span style="color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; font-style: italic; line-height: 18px;"><div style="text-align: justify;">
tawa dan tangis silih berganti</div>
</span><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTBZ0yUwxcpEk-mZX4XKGcfA34DiyqYNhyphenhyphenCO4ypHAFjbb1S2Pd7CTsUQLv56pskVHd41kbvM_N3qoowVJVp5XIzidYXdTkTrcQbMHiUh8OmdObeW7cyJ28vV6Ja4Pmdo8w4oilH1Pm3JFK/s1600/Akhudiat.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Akhudiat " border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTBZ0yUwxcpEk-mZX4XKGcfA34DiyqYNhyphenhyphenCO4ypHAFjbb1S2Pd7CTsUQLv56pskVHd41kbvM_N3qoowVJVp5XIzidYXdTkTrcQbMHiUh8OmdObeW7cyJ28vV6Ja4Pmdo8w4oilH1Pm3JFK/s1600/Akhudiat.jpg" title="Akhudiat - Penyair, Budayawan" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Puisi di atas adalah puisi Akhudiat, yang termuat di antologi puisi dan geguritan ‘Malsasa’ 2005, dengan judul ‘Jangan Menangis Indonesia. Ia tidak hanya menulis puisi dan cerpen, sebagai sastrawan; tapi juga menulis naskah drama dan kerapkali memenangkan di tingkat nasional.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diat, demikian nama panggilannya. Akhudiat, lahir di Rogojampi, Banyuwangi, Jawa Timur, pada tanggal 5 Mei 1946. Ayahnya, Akwan (lahir tahun 1925), adalah seorang petani yang tekun di desa Karanganyar, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi. Sedangkan ibunya, bernama Musarapah (kelahiran tahun 1930).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menikah dengan Mulyani pada tanggal 4 November 1974. Bersama istrinya ini, Akhudiat, mempunyai tiga anak, yaitu: Ayesha Mutiara Diat (perempuan, lahir tahun 1975), Andre Muhammad Diat (laki-laki, lahir tahun 1976), dan Yasmin Fitrida Diat (perempuan, lahir tahun 1978). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bersama keluarganya, sekarang Akhudiat beralamat di Jalan Gayungan PTT 51-E Surabaya. Budaya pesantren yang kental dan dikenal oleh Diat sejak kecil, membentuk pribadi seorang Akhudiat yang bersahaja. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sekolah dan Bekerja</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sekolah awalnya, Diat memasuki Sekolah Rakyat (SR) Rogojampi, Banyuwangi dan lulus pada tahun 1958. Setelah itu, dengan penghasilan dari sawah dan kebun kelapa warisan kakek-nenek, ia melanjutkan sekolah di Pendidikan Guru Agama Pertama Negeri (PGAPN) IV Jember. Di sekolah ini, Diat lulus tahun 1962. Dari PGAPN Jember, Akhudiat melanjutkan sekolah di PGAA Malang. Hal tersebut dilakukannya sambil mengajar di beberapa SMP/SMA, serta madrasah tsanawiyah/aliyah. Selepas itu, Diat belajar di Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN) III Yogyakarta, dan mengantongi ijazah tahun 1965. Tidak hanya itu, pada sekitar tahun 1972—1973, Akhudiat, pernah kuliah di Akademi Wartawan Surabaya (AWS), namun tidak diselesaikannya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhudiat juga ikut kursus Bahasa Inggris di Lembaga Indonesia Amerika (LIA) Jalan Dr. Soetomo Surabaya, hingga tingkat advance. Gelar sarjananya didapatkan pada tahun 1992 dari Universitas Terbuka (UT) Fakultas Ilmu Sosial (FISIPOL). Sebagai seorang sastrawan, Akhudiat, tidak hanya sekolah formal seperti tersebut di atas, tapi juga mengikuti: International Writing Program, University of Iowa, Iowa City, USA, pada tahun 1975. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sewaktu masih sekolah di PGAA Malang, Diat pernah mengajar di beberapa SMP/SMA, Madrasah Tsanawiyah/Aliyah. Menurut catatan Akhudiat, bahwa lulusan SHD (Sekolah Hakim Djaksa) akan menjadi panitera pengadilan negeri, sedangan lulusan PHIN (Pendidikan Hakim Islam Negeri) akan menjadi panitera pengadilan agama. Tapi apa yang terjadi? Akhudiat, yang lulusan PHIN Yogyakarta itu, mendapatkan Surat Keputusan Menteri Agama RI yang berisi pengangkatan sebagai pegawai negeri sipil di Kantor Pusat Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya, sejak tahun 1970. Jabatan terakhir yang disandang Akhudiat adalah Kepala Bagian Kemahasiswaan, Kantor Pusat IAIN Sunan Ampel Surabaya, dan pensiun pada tahun 2002. Setelah pensiun, sejak tahun 2002 hingga sekarang ini, ia menjadi Dosen Luar Biasa pada Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya. </div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Aktivitas dalam dunia seni dan budaya, utamanya sastra dan teater, mengantarkan Akhudiat untuk dapat kepercayaan menjabat sebagai Komite Sastra dan Teater pada Dewan Kesenian Surabaya tahun 1972—1982. Pada tahun yang sama (1972—1982) sebagai sutradara dan penulis naskah teater di komunitas Bengkel Muda Surabaya (BMS). Jabatan lainnya, ia anggota pleno di Dewan Kesenian Jawa Timur (DKJT), dari tahun 1999 hingga sekarang. Menjabat sebagai steering committee Festival Seni Surabaya (FSS) dari tahun 2000 hingga sekarang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dunia Sastra</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seperti yang telah dikemukakan di atas, bahwa Akhudiat adalah anak desa yang lahir di Rogojampi, Banyuwangi. Sejak masih sekolah di tingkat Sekolah Rakyat (SR) —sekarang Sekolah Dasar (SD)— ia sudah sangat gemar membaca. Segala buku dibacanya, dari bacaan komik Gareng-Petruk, hingga ensiklopedia kesehatan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menarik sekali, ketika di depan sekolahnya terdapat kedai/toko buku yang sekaligus merangkap agen koran dan majalah; sehingga Akhudiat kecil bisa mengintip/mencuri-curi baca saat istirahat sekolah. Bahkan di rumah Pakdenya yang Jururawat, banyak sekali tumpukan koran dan majalah terbitan Surabaya dan Yogya, sehingga ia dengan leluasa bisa membacanya. Diantaranya ada Minggu Pagi (Yogya), Terang Bulan (Surabaya), serta buku-buku tebal tentang kesehatan. Di rumah pamannya yang lain, bernama Paman Ahim, Akhudiat, membaca majalah Indian Film (Surabaya), lantas di rumah Guru Rasad membaca habis majalah Wijaya (Surabaya), buku-buku serial Naga Mas (Surabaya), dan Serikat 17 (Jakarta). Di rumah teman mainnya yang terbuka siang dan malam, Diat bisa membaca habis konik Mahabarata dan Ramayana karya Kosasih. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut pengakuan Akhudiat, buku yang sangat menarik perhatiannya sewaktu usia SR adalah buku-buku karya Motinggo Bosye (1937—1999) pada koran Minggu Pagi, dan Supriyadi Tomodihardjo (kini di Belanda) pada koran Terompet Masyarakat. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain bacaan yang banyak, kepekaan Diat diperkaya juga dengan pengalaman masa kecilnya yang suka menonton bioskop, sandiwara keliling berbahasa Indonesia, seperti: Bintang Surabaya, Gema Masa, Kintamani, Opera Melayu, Ketoprak, Wayang Orang, dan Ludruk. Dia, Akhudiat, juga menonton Kentrung Trenggalek, Rengganis, yakni sejenis wayang menak dengan tokoh Amir Ambyah, Umarmoyo, Umarmadi, Putri, China, Jin Baghdad, Lamdahur. Tidak itu saja, ia menonton juga Orkes Melayu, Wayang Potehi, Sandiwara Misri, dan banyak lagi. Itulah yang kemudian menjadikan Akhudiat kaya referensi tentang seni dan budaya, dan bahkan ia bisa menulis cerpen, puisi, dan naskah drama. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sewaktu masih di Yogyakarta, sekitar tahun 1962—1965, ia lebih sering keluyuran ke perpustakaan, toko-toko buku, pasar loak buku, melihat pementasan drama dan pameran lukisan. Lukisan yang paling ia sukai adalah karya Isnaeni, pelukis Sanggar Bambu yang selalu memakai celana pendek. Pementasan drama yang pernah ia saksikan dan masih berkesan adalah Iblis (Mohammad Diponegoro), Setan-setan Tua (Arifin C. Noer), Hai yang di Luar Itu (terjemahan William Saroyan) yang dimainkan mahasiswa UGM, dengan sutradara WS Rendra, sebelum berangkat ke New York, Amerika Serikat. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhudiat juga mengaku pernah ikut kursus akting di Teater Muslim pimpinan Mohamad Diponegoro dan juga berguru pada teater milik Arifien C. Noer. Menurut pengakuannya, Yogyakarta merupakan kota yang membekalinya dengan kosakata teater. Ucapan Arifien C. Noer yang selalu dia ingat adalah, “Bacalah naskah drama, pelajari dialog-dialognya, kamu akan bisa menulis naskah sendiri.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejak saat itu, Akhudiat ingin belajar menulis drama dengan langsung belajar dari naskah jadi yang dipunyainya. Di samping itu, ia juga belajar dengan cara membaca naskah, seperti Malam Jahanam (tragedi), Nyonya dan Nyonya (farce-play, banyolan), Iblis, Timadar, dan banyak lagi. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di kampungnya sendiri, Rogojampi, ia mengaku pernah mementaskan drama Jebakan Maut (sayang, ia lupa nama pengarangnya), dan Akhudiat bahkan jadi aktor, yang berperan sebagai dokter, dengan menutup lakon dengan teriakan’ “Vox populi vox Dei” (suara rakyat adalah suara Tuhan.)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
sumber : <a href="http://malsasaakbar.blogspot.com/2009/02/biodata-akhudiat.html">http://malsasaakbar.blogspot.com/2009/02/biodata-akhudiat.html</a></div>
<div style="background-color: white;">
<span style="color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif;">
</span>
<br />
<div style="font-size: 13px; line-height: 18px;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif;"><br /></span></div>
</div>
<span style="color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif;">
</span></div>
<span style="color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif;">
</span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2827726599832564787.post-23180578649379651772013-06-30T21:47:00.004+07:002014-01-02T10:59:28.939+07:00Arief Yahya - Direktur PT TELKOM<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_GID-AObCz2Oz9owyVe_6BW9ZGI7As8pik7TK_RDDu7U2EGZghtHLku4mUFJ29DKHVTb5rJPU1HDPyQDx1O1M_2MOc4OV12KQClLNg6wX6VVGnfq19saZuj4UiHdVtg5HBcsG1AzLovjc/s1600/Arief-Yahya.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><br /><img alt="Arief Yahya" border="0" height="227" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_GID-AObCz2Oz9owyVe_6BW9ZGI7As8pik7TK_RDDu7U2EGZghtHLku4mUFJ29DKHVTb5rJPU1HDPyQDx1O1M_2MOc4OV12KQClLNg6wX6VVGnfq19saZuj4UiHdVtg5HBcsG1AzLovjc/s320/Arief-Yahya.jpg" title="Arief Yahya - Direktur PT TELKOM" width="320" /></a></div>
<br />
PT Telkom Indonesia adalah salah satu BUMN yang memiliki aset terbesar diantara BUMN yang Go Public, sahamnya telah dipasarkan di bursa New York, London,dan merupakan salah satu saham BLUE CHIP di Indonesia. Arief Yahya yang lahir di Banyuwangi, 2 April 1961 dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa P.T TELKOM INDONESIA, pada tanggal 11/5/2012 telah ditetapkan sebagai Direktur Utama PT TELKOM INDONESIA untuk periode 2012 sd 2017. Suatu prestasi yang amat membanggakan bagi putra daerah di ujung timur Pulau Jawa, Banyuwangi. Di kota ini Arief Yahya dikenal dengan nama panggilan Yoyok. Kepercayaan ini adalah amanah baginya. Hanya dalam lima bulan saham Telkom melesat tinggi, dan dalam waktu 7 (tujuh) bulan , Arief Yahya telah terpilih menjadi CEO BUMN Terbaik tahun 2012, dan PT Telekom mendapat tiga anugerah Inovasi GCG Terbaik, Inovasi Aplikasi Technology Terbaik, dan Inovasi Sumberdaya Manusia Terbaik.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ritual Tahunan pulang Ke Banyuwangi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Banyuwangi adalah kota yang penuh kenangan, dan melekat dalam hati sanubari Arief Yahya. Di Banyuwangi yang exotic, dimana matahari terbit dengan megah dari pulau Bali, dan ketika sinarnya jatuh kelaut , maka lautpun berwarna merah. Dan pada cuaca yang seindah itu, di barat, gunung Raung megah berwarna biru. Di daerah yang indah itu Arief Yahya dibesarkan disebuah rumah yang berarsitektur Belanda bersama delapan saudaranya. Ayahnya Bpk H. Said Suhadi adalah seorang pedagang dan ibu Hj Siti Badriya seorang yang aktif dalam organisasi keagamaan. Dirumah inilah Arief merajut mimpi mimpinya , mengalami suka dan duka dan meninggalkan cerita jenaka. Syahdan pada tahun 60an ketika Yoyok (nama panggilan Arief Yahya) ingin memetik buah mangga gadung /arum manis yang sangat terkenal manisnya dihalaman depan, terjadilah peristiwa yang menggemparkan. Pada masa itu Banyuwangi tengah diadakan latihan militer, maka dilangit Banyuwangi tidak seperti biasanya, muncul beberapa helicopter. Ketika helicopter terbang persis diatas pohon mangga, tidak lama kemudian darah menetes kebawah……dan begitu melihat darah menetes, kerabat dibawah langsung berteriak…….Yoyok tersambar Helicopter, Yoyok tersambar Helicopter…….maka seluruh kampungpun menjadi heboh. Padahal kejadian yang sebenarnya, ketika helicopter lewat, Yoyok terkejut, dan tangannya mengenai pisau yang dibawanya, sehingga menimbulkan luka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tetapi ibarat roda, tidak selamanya berada diatas. Perubahan keadaan menuntut perubahan strategy dalam perdagangan. Dan H. Said Suhadi tidak mampu dengan cepat mengikuti perobahan keadaan tersebut , maka usaha perdagangannyapun mundur. Tetapi dalam situasi seperti itu, muncullah teladan yang sempurna dari kedua orang tuanya, terutama sang ibunda. Pantang menunjukan wajah muram, selalu bersemangat, tanpa lelah memberi yang terbaik pada anak anaknya. Dan Yoyok kecilpun, mampu membaca keadaan,memahami keprihatinan orang tua nya. Seperti sang bunda yang dalam diam melakukan yang terbaik, begitu pulalah Yoyok, berusaha mencapai yang terbaik untuk ibunda. Ketika sang ibu bertutur betapa bangganya seorang ibu mampu menyekolahkan putranya di ITB, maka kesanalah Yoyok mengarahkan studinya, menjadi mahasiswa ITB jurusan Elektro.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika sang ibu begitu bangganya melihat seorang tampil di TV, maka kesanalah Arief Yahya mengarahkan kemampuannya. Arief Yahya bersama teman-temanya di ITB membentuk group Gadis Jujur dan Ragam Pesona mengikuti Quis Pesona 13 yang di pandu Bob Totupoli dan dia bersama groupnya mampu mempersembahkan yang terbaik untuk ibunya. Menjadi Juara Quiz.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bagi Yoyok, Ibunda adalah segalanya. Yoyok sering berkata bahwa “Ibuku adalah inspirasiku”</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan untuk mencapai itu, rupanya Yoyok memiliki credo: Yang ada adalah Ketekunan, Ketekunan, dan Ketekunan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan ketekunan pula Yoyok lulus dari ITB dengan nilai yang sangat memuaskan,yang dia persembahkan pada orang tuanya.Pancaran wajah kebanggaan orang tuanya menyaksikan wisuda Yoyok, adalah sesuatu yang tak pernah terlupakan. Setelah lulus dari ITB dia menapakan karir di PT TELKOM. Kini angan angan untuk membahagiakan orang tuanya telah mendapat pijakan. Dengan gaji yang diterimanya dia membangkitkan semangat saudara saudara dan keponakannya untuk terus melanjutkan Study ke jenjang sarjana.Tapi takdir menentukan lain. Belum sempurna membahagiakan orang tuanya, ayahnya meninggal dunia. Adrenalinnya menggelegak, berpacu dengan waktu untuk membahagiakan ibunya. Kebahagian hatinya tak dapat ditahan ketika dia mengabarkan kepada ibunda bahwa dia, sebagai karyawan Telkom telah terpilih untuk mengikuti programe Master Telematika di Universitas yang paling bergengsi si Inggris yaitu Surrey University. Ketika telah hampir selesai programenya, ibarat halilintar disiang hari, dia harus menerima berita duka cita ibunya meninggal dunia. Ketika berita itu diterimanya, dia menelpon ke Banyuwangi dipesawat telponnya, tidak terdengar suara kecuali isak tangis ber jam jam entah berapa ratus Poundsterling harus dia bayar untuk telepon itu. Dan ketika upacara pemakaman ibu di Banyuwangi dilaksanakan dan pesawat telpon harus dilepaskan, Yoyok pun melepaskan galau pikirannya mengelilingi London sepanjang malamsampai kesesokan hari dia berdiri bingung didepan sebuah toko terkenal di London. Dan pada saat galau itu tiba-tiba badannya terasa ditepuk seorang ibu dari Indonesia. Dan ibu itu menasehati untuk sabar dan tawakal dan memberi bekal untuk pulang ke Indonesia. Dan ibu yang misterius itulah menyadarkan betapa bahagianya menjadi orang Indonesia. Dan mulai saat itu dia menuliskan sajak W.S Rendra dalam buku hariannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
KESADARAN ADALAH MATAHARI</div>
<div style="text-align: justify;">
KESABARAN ADALAH BUMI</div>
<div style="text-align: justify;">
KEBERANIAN MENJADI CAKRAWALA</div>
<div style="text-align: justify;">
DAN PERJOANGAN ADALAH PELAKSANA KATA KATA .</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em; text-align: center;">
<img alt="Arief Yahya " border="0" height="190" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkP1A-S13AUhbA5fI7xp3R5yfY1Gx32JoHJ_0PvNAKXjh9TjIA3WnGMkRbEERl26UJ0T5Hhyphenhyphen4kgjNr8VYLytV1G6SBnjaV_SUhsMalaxKEtdwuqPFUnHSL1a7Z-7VxcBvEWH867IRAZPOg/s320/Dirut-PT-Telkom-Arief-Yahya3.jpg" title="Arief Yahya - Direktur PT TELKOM" width="320" /></div>
Setelah program Master diselesaikan dengan ketekunan dan semangat Always the best, Yoyok mulai menapakan karirnya . Semboyannya Succes without plan is luck, ….Success with plan is achievement…mengantarkan Yoyok, dalam waktu relative singkat menjadi General Manager Jakarta Barat (2002).Dalam posisinya itu dia menjadi Kandatel Terbaik Nasional. Kemudian dipromosikan menjadi Kadivre VI Kalimantan,hanya dalam kurun waktu satu setengah tahun kemudian promosi ke Kadivre V Jawa Timur. Di kedua tempat itulah , menjadi pembuktian kredibilitas dan kualitas Arief Yahya, dengan berbagai penghargaan dan pengakuan diraihnya. Karena itu pada tahun 2005 Arief Yahya diangkat menjadi salah satu Direktur termuda. Dan setelah 7 tahun menjadi Direktur Enterprise n WholeSale Telkom , Arief Yahya ditetapkan sebagai Direktur Utama P.T Telkom Indonesia. Dan Arief Yahya telah menetapkan credonya SOLID, SPEED, SMART.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
STRATEGY<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Ketika ditanyakan tentang Strategy kedepan Arief Yahya yang masa kecilnya dipanggil Yoyok mengemukakan sebagai berikut;</div>
<div style="text-align: justify;">
“Telkom memiliki portofolio produk Telecommunication, information, media and edutainment (TIME) dan consumer portofolio. TIME kita akan akselerasi secepatnya. Kalau IME nanti akan lebih banyak aliansi dan akuisisi,” jelasnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dikatakannya, melalui anak usaha Telkom akan lebih mempertajam bisnis consumer. “Nanti ada divisi wholesales dan international juga. Akan kita pertajam,” katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Diharapkannya, pertumbuhan bisnis perseroan, akan jauh melebihi industri. “Kini harus di atas rata-rata industri. Industri 6,1%, Telkom akan tumbuh 6,8%. Tapi susah menghafalkannya tapi rata-rata 8%- lah,” harapnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Fokus</div>
<div style="text-align: justify;">
Ketua Umum Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Setyanto P Santosa menilai keputusan Menneg BUMN merupakan yang terbaik dan perlu didukung oleh seluruh jajaran organisasi perseroan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Sekarang Telkom dipimpin oleh jajaran internal. Mereka ini orang-orang yang mengerti bisnis telekomunikasi. Kita harapkan bisa memberikan yang terbaik bagi operator yang dianggap sebagai flagship di Telco,” tegasnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Selamat bekerja Yoyok…..dan TEKAD KUAT , USAHA CERDAS DAN KETEKUNAN,DAN LIMPAHAN RESTU ORANG TUA, SERTA RASA SYUKUR AKAN MENGALAHKAN , KETIDAK BERDAYAAN DAN KETIDAKMAMPUN.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Catatan: Saat ini Ir Arief Yahya Msc, sedang menyelesaikan program Doktor di Universitas Pajajaran . Nilai IPK 3.98</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Prestasi<br />
<br />
1. 2002 The Best Kandatel (Kantor Daerah Telekomunikasi),<br />
Pemasaran telepon terbaik Telkom Jakarta, Gema Telkom Award 2 kali, Telkom Jakarta Barat<br />
2. 2002 Penghargaan keberhasilan kecepatan Recovery Fastel, akibat bencana banjir di Kawasan Segitiga Emas Jakarta untuk Telkom Jakarta Barat<br />
3. 2002 Kandatel Terbaik<br />
Malcolm Baldrige National Quality Award, 614, Score terbaik Nasional, Telkom Jakarta Barat<br />
4. 2003 Kepala Divisi Regional (Kadivre) Terbaik<br />
The Best Sponsor, Aktualisasi Budaya Korporasi The Telkom Way 135, Kadivre VI Kalimantan<br />
5. 2003 The Best DIVRE in Corporate Culture Actualisation<br />
The Best Unit, Aktualisasi Budaya Korporasi The Telkom Way 135, DIVRE VI Kalimantan<br />
6. 2003 Pencapaian target pemasaran tercepat dan terbesar di Kalimantan, 50 ribu SST dalam waktu 6 bulan, 100 ribu dalam 1 tahun<br />
7. 2003 Operator VSAT terbaik<br />
Operator VSAT Dial Away terbaik se Asia Tenggara, Penghargaan oleh Gilat Satellite Co, untuk Telkom Kalimantan<br />
8. 2003 Penerapan aplikasi Geographical Information System (GIS) Telkom Kalimantan pada PT. PLN Wilayah KaltimSel<br />
9. 2003 Kerja Sama Penyelenggaraan Fastel (Sertio Plus) CDMA 2000 1X sebanyak 1000 sst dengan Pihak PEMDA Kutai Kertanegara, untuk pertama kali di Indonesia<br />
10. 2003 Kerja Sama Penyelenggaraan Fastel (Sertio Plus) CDMA 2000 1X sebanyak 1000 sst dengan Pihak PEMDA Kutai Timur<br />
11. 2003 Pencetusan Exclusive Service Area (ESA), berupa penyediaan dan penyelenggaraan Fastel di daerah terpencil oleh pihak ke III, di Tanjung Redeb, sebanyak 1000 sst<br />
12. 2004 Zero Accident Award<br />
Penghargaan Kecelakaan Kerja Nihil 2003 dari Menakertrans, Telkom Kalimantan<br />
13. 2004 Kadivre Terbaik<br />
Penghargaan Management War Room terbaik 2003, The Best Jalur Komando Award, Panglima Daerah VI Kalimantan<br />
14. 2004 Divre Terbaik<br />
Rocky of The Year 2003, Untuk Management Flexi, DIVRE VI Kalimantan<br />
<br />
<span style="font-size: x-small;">sumber :</span><br />
<a href="http://padangulan.wordpress.com/2012/05/27/arief-yahyaputra-banyuwangi-di-puncak-pt-telkom/"><span style="font-size: x-small;">http://padangulan.wordpress.com/2012/05/27/arief-yahyaputra-banyuwangi-di-puncak-pt-telkom/</span></a>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2827726599832564787.post-86168797525899725962013-06-12T22:46:00.000+07:002014-01-02T10:58:11.161+07:00Bambang Sugiyono - Walikota Jakarta Utara<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxjFMZMa1BVzhZUIkoaLX3efgjRbaT8PbfAHqsJJHri7wFkwVfjlLKDxTeIfpOj2iCCZrsHNoj1CrNir_d-29QfrXJA680d88TjcMOKDobNxSfOAV9hZ15d9oOuPWoh_2_oFZsIVcrV9CI/s1600/332f1d0d36cefd6080bd02fe50a64d67.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; display: inline !important; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img alt="Bambang Sugiyono - Walikota Jakarta Utara" border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxjFMZMa1BVzhZUIkoaLX3efgjRbaT8PbfAHqsJJHri7wFkwVfjlLKDxTeIfpOj2iCCZrsHNoj1CrNir_d-29QfrXJA680d88TjcMOKDobNxSfOAV9hZ15d9oOuPWoh_2_oFZsIVcrV9CI/s320/332f1d0d36cefd6080bd02fe50a64d67.JPG" title="Bambang Sugiyono - Walikota Jakarta Utara" width="320" /></a><br />
<span style="text-align: justify;">Jangan hanya duduk di kursi, itulah konsep Walikota Jakarta Utara, H. Bambang Sugiyono, SE, Msi yang mencanangkan seluruh jajarannya untuk turun kebawah mencari tahu segala permasalahan yang dihadapi masyarakat sekaligus mengupayakan perbaikan.</span><br />
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Konsep itu melekat erat di benak lelaki berkumis yang memberikan contoh langsung terjun ke lapangan dan tidak ingin sekedar mendapat laporan dari bawahannya atau biasa dikenal dengan istilah Asal Bapak Senang (ABS). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk itulah, hanya berselang sehari setelah dilantik Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo menjadi walikota Jakarta Utara, Bambang Sugiyono langsung menuju lokasi bencana banjir rob (gelombang air pasang- red). Lelaki kelahiran 26 Agustus 1958 ini memang mendapat instruksi dari Bang Foke untuk membenahi rob dan mangrove di wilayah pantai utara Jakarta. Tidak berlebihan bila alumni Universitas Jenderal Achmad Yani, Cimahi, Jawa Barat tahun 2003 ini menaruh perhatian serius atas tugas yang sudah menjadi tanggung jawabnya tersebut. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lokasi pertama yang dikunjungi adalah Muara Baru yang masuk wilayah Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara. Disana orang nomor satu di Pemkot Jakarta Utara ini meninjau tanggul yang jebol serta menerima masukan dari warga maupun aparatnya dan upaya-upaya yang akan dikerjakan. Selain membangun tanggul penahan rob juga upaya perbaikan drainase agar masyarakat setempat tidak terus menerus dilanda rob yang selalu menghantui mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam hari yang sama Bambang pun meninjau lokasi tanggul jebol di Muara Angke Kelurahan Pluit. Di lokasi yang sebenarnya lahan milik UPT Perikanan inipun walikota menerima masukan seputar rawannya tanggul jebol di wilayah itu dan upaya yang akan dilakukan serta penanggulangan darurat bagi warga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pokoknya sejak dilantik menjadi Walikota Jakarta Utara pada 22 Januari 2009 lalu, mantan Kepala Badan Kesatuan Bangsa Provinsi DKI Jakarta itu benar-benar ingin mengetahui sejelas mungkin permasalahan yang mendera warganya dan mencarikan solusi terbaik. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak ayal lagi, dalam kurun waktu kurang dari sebulan, lelaki berkumis yang gemar olahraga bulu tangkis ini sudah berkeliling wilayah dan bersilaturahmi dengan seluruh tokoh masyarakat di Jakarta Utara. Baik yang digelar di tingkat kecamatan, kota maupun yang langsung ia kunjungi sendiri. Sampai ke lokasi paling ujung barat Jakarta utara yaitu Kamal Muara yang berbatasan langsung dengan Provinsi Banten. Di lokasi langganan banjir rob inipun suami dari Ny. Nanik Widyastuti ini tidak sungkan berbasah-basah memasuki lokasi banjir di pemukinan nelayan Kamal Muara yang genangan airnya mencapai hampir satu meter.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam setiap tatap muka dengan tokoh masyarakat, ayah dari tiga orang putra masing-masing Aji Riski Yodhana, Reza Putra Yodhana dan Rio Rahman Yodhana ini selalu merendah. ”Saya orang baru dan baru belajar dan bukan orang pintar. Kalau keliru agar ditegur karena sebagai manusia perlu tegur sapa,” kata mantan Sekko Jakarta Pusat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berbicara soal Jakarta Utara, Bambang mengakui tahun ini banyak yang harus dihadapi termasuk berbagai permasalahan seperti rob dan mangrove sebagaimana yang ditugaskan gubernur kepadanya. ”Saya sudah harus siap dan sudah berkeyakinan kalau seluruh aparat kita dan masyarakat bersatu padu tidak ada yang tak bisa diselesaikan,” tegasnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ia mengungkapkan konsep yang dilaksanakannya adalah jangan sampai ada aparat yang tidak dikenal warganya. Sebab bila sudah mengenal warganya maka akan tahu segala masalah yang dihadapi dan upaya perbaikan. ”Kalau ada lurah yang tidak dikenal warganya sebaiknya mundur saja. Sebab yang seperti itu bagaimana bisa mengetahui kesulitan warganya dan mengupayakan perbaikan,” kesal Bambang yang akan berusaha mengejar ketertinggalan Jakarta Utara dengan mengerahkan aparatnya agar jangan hanya di kursi saja. Tetapi turun ke lapangan bahkan berlari agar Jakarta Utara semakin maju.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bambang Sugiyono dengan polos mengungkapkan manajemen yang diterapkannya adalah manajemen kolbu yaitu ikhlas dan syukur. “Sebab dengan itu tak ada yang sulit”, ujar sarjana ekonomi Universitas Jember Jurusan Ekonomi Manajemen Tahun 1985 ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sosoknya dikenal sebagai pejabat yang merintis karier dari bawah mulai dari staf, Kasubag, Kabag pembangunan, Asisten Pembangunan, Sekko Jakarta Pusat, Kepala Badan Kesbang Provinsi DKI Jakarta sampai kemudian menjadi Walikota Jakarta Utara menggantikan Effendi Anas yang kini menjabat sebagai Asisten Kesejahteraan Masyarakat DKI Jakarta.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiG5PF2lhZPzCdOnLAxDAG_ev7zjGd1wbyXqMwvvJN0tKx14X3WUjnU_VtUKhoX95nLeoUw-iY-n2FvHlTgp4PJycQuHXe9J07o8de_62G9ft49ZIoF3BLM4jmMsH9imhoDdEb7DuhA3DN0/s1600/uploads--1--2012--01--PICT0511.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em; text-align: center;"><img alt="Bambang Sugiyono - Walikota Jakarta Utara" border="0" height="177" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiG5PF2lhZPzCdOnLAxDAG_ev7zjGd1wbyXqMwvvJN0tKx14X3WUjnU_VtUKhoX95nLeoUw-iY-n2FvHlTgp4PJycQuHXe9J07o8de_62G9ft49ZIoF3BLM4jmMsH9imhoDdEb7DuhA3DN0/s320/uploads--1--2012--01--PICT0511.jpg" title="Bambang Sugiyono - Walikota Jakarta Utara" width="320" /></a>Menyinggung soal jabatan Walikota Jakarta Utara yang kini disandangnya, Bambang mengaku tak pernah bermimpi jadi walikota. Sebenarnya, ungkap Bambang, dirinya pernah menjadi calon bupati di tanah kelahirannya di Banyuwangi atas permintaan dari masyarakat disana. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun ketika itu ia kalah angka tipis dengan calon yang lain dan Allah memberikan hikmah. ”Mungkin Allah berkehendak sudah jadi walikota saja dan ini semua berkat doa restu semua pihak yang mendoakan saya,” ungkap Bambang seraya tak lupa juga mendoakan kita semua mendapatkan rakhmat dan hidayah dari Allah SWT.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berbicara masalah banjir, Walikota Jakarta Utara, Bambang Sugiyono mengakui masalah banjir tidak mudah diatasi selain perilaku masyarakat agar terus disosiliasikan untuk menjaga lingkungannya masing-masing juga dengan berbagai upaya penanganan seperti pengerukan kali dan lain-lainnya harus terus dilakukan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bambang menjelaskan tahun ini ada 13 Kali akan dikeruk termasuk Kali yang ada di Jakarta Utara seperti Kali Kamal Muara, Kali Ancol, Kali Opak, Kali Adem, Kali Angke dan lain-lain sehingga nantinya diharapkan sampah akan hilang dan tidak sampai air meluber ke jalan,” harapnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dijelaskannya, jauh sebelumnya ketika Jakarta masih namanya Batavia banjir juga sudah terjadi dimana kawasan banyak ditemui rawa-rawa dan empang. Hal ini karena letak tanah kita berada di bawah permukaan air laut. Apalagi setiap tahun menurut penelitian katanya permukaan tanah kita turun mencapai 7 cm.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
”Di jaman Batavia yang jumlah penduduknya sedikit saja sudah banjir, apalagi sekarang ini dengan jumlah penduduk yang banyak,” ungkap walikota seraya menambahkan kondisi ini diperparah dengan banyaknya kali yang menyempit dan resapan air di puncak semakin berkurang.”Air yang datang dari puncak dulu kalau mengalir sember sampai ke Jakarta menjadi segayung, tapi sekarang ini dating seember sampai Jakarta seember kurang segayung,” ungkapnya seraya menjelaskan sekarang ini makanya dilakukan berbagai upaya selain pengerukan juga dilakukan pembangunan BKT. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Dan itupun belum bias menghilangkan banjir, tapi setidaknya kita bekerja keras untuk meminimalisir banjir dan mengatasi banjir,” tegas walikota lagi. </div>
<div style="text-align: justify;">
Dijelaskan, penanganan banjir tidak semudah membalikan telapak tangan selain perlu dana juga perlu waktu. Untuk proyek penangan banjir mencapai trilyunan seperti pengerukan 13 kali saja mencapai 1,3 trilyun, belum lagi pembangunan BKT. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Penanganan banjir ada tahapan dan kita akan terus sosialisasikan agar warga tidak membuang sampah ke kali sebab sebagaimana yang diungkapkan oleh Bang Yos ketika menjabat gubernur, kali diibaratkan mall karena banyak berbagai barang mulai dari kasur, lemari ada di sana,” ungkap walikota berharap warga untuk menjadi kali sebagai bagian muka bukan bagian belakang. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8-r5o6mhOpagG4B_Ienv_zc6HR7MG4gP79eWwpodzshBVaiyqAU0McgLQ9yMVzlC062OaX_Z-YpjGjbkbquDFXpjzzaIotnQyAF_idwuC2M2RA7vDfHAI0ipCNBLjN3ciUmYujtXNnmDv/s1600/WTR_0893.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Bambang Sugiyono - Walikota Jakarta Utara" border="0" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8-r5o6mhOpagG4B_Ienv_zc6HR7MG4gP79eWwpodzshBVaiyqAU0McgLQ9yMVzlC062OaX_Z-YpjGjbkbquDFXpjzzaIotnQyAF_idwuC2M2RA7vDfHAI0ipCNBLjN3ciUmYujtXNnmDv/s320/WTR_0893.JPG" title="Bambang Sugiyono - Walikota Jakarta Utara" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam kesempatan lain Walikota Jakarta Utara Bambang Sugiyono menilai wawasan kebangsaan kita sekarang ini sudah terlihat luntur dimana ada kecenderungan sikap cinta tanah air termasuk bangga kepada pemimpin dan negeri sendiri sudah berkurang. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ini bisa dilihat ketika tanggal 20 Januari saat pelantikan presiden USA Obama di beberapa tempat di Indonesia diadakan pesta, terlebih lagi di kawasan Menteng tempat Obama pernah sekolah dirayakan secara meriah, tapi ketika pelantikan presiden kita justru adem ayem saja,” ungkap Walikota ketika memberikan sambutan pada acara tatap muka dan silaturahmi dengan tokoh masyarakat Pademangan, Jakarta Utara.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Walikota menilai kultur bangsa kita sudah menurun dimana bangsa lain dihargai tetapi bangsa sendiri sepertinya tidak dihargai. Untuk itulah perlu upaya-upaya untuk merasa memiliki dan bangga kepada negeri sendiri. Termasuk pada penyelenggaran pemilu yang dalam waktu dekat ini hendaknya harus didukung semua lapisan masyarakat. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Walikota berharap kita semua bersatu padu sebab ukuran sukses pemilu bila tidak terjadi keributan atau rusuh.”Siapa lagi yang menjaga kampong kita kalau bukan warga kita sendiri,” ujar walikota mengajak warga untuk menjaga kampong ini dengan menjalin silaturahmi. Ia menghimbau apabila ada perselisihan agar dapat diredam dibawah dan jangan sampai ada pihak-pihak yang akan memanfaatkan keadaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
BIODATA</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nama : H. Bambang Sugiyono, SE, M.SI</div>
<div style="text-align: justify;">
NIP / NRK : 470057240 / 109615</div>
<div style="text-align: justify;">
Tempat/Tgl. Lahir : Banyuwangi / 26 Agustus 1958</div>
<div style="text-align: justify;">
Agama : Islam</div>
<div style="text-align: justify;">
Pangkat / Gol : Pembina Tk, I (IV/B)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Riwayat Pendidikan :</div>
<div style="text-align: justify;">
1. SD Muhammadiyah Banyuwangi Tahun 1971</div>
<div style="text-align: justify;">
2. SMP Muhammadiyah Banyuwangi Tahun 1974</div>
<div style="text-align: justify;">
3. SMA Negeri Genteng Banyuwangi Tahun 1977</div>
<div style="text-align: justify;">
4. Universitas Jember Fak. Ekonomi Manajemen (S1) Tahun 1985</div>
<div style="text-align: justify;">
5. Universitas Jenderal Ahmad Yani Fak. Ilmu Pemerintahan (S2) Tahun 2003</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Riwayat Penjenjangan :</div>
<div style="text-align: justify;">
1. PTUN Tahun 1992</div>
<div style="text-align: justify;">
2. SEPALA Tahun 1994</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Tool For Effective Distric Planing di Sidnay Tahun 1996</div>
<div style="text-align: justify;">
4. Pembekalan Sospol Tahun 1996</div>
<div style="text-align: justify;">
5. SPAMA Tahun 1997</div>
<div style="text-align: justify;">
6. Re Entry Workshop Pontianak Tahun 1999</div>
<div style="text-align: justify;">
7. Asia Pasific Cities Summit di Brisbane Autralia Tahun 1999</div>
<div style="text-align: justify;">
8. Diklat Kepemimpinan Tk. II Tahun 2003</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Riwayat Pekerjaan :</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Kepala Sub. Bagian Pembangunan Kota Bagian Pembangunan Kodya Jakpus Tahun 1991</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Kepala Bagian Penyusunan Program Kodya Jakarta Pusat Tahun 1995</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Asisten Adm. Pembangunan Kodya Jakarta Pusat Tahun 1999</div>
<div style="text-align: justify;">
4. Sekretaris Kotamadya Jakarta Pusat Tahun 2004</div>
<div style="text-align: justify;">
5. Kepala Badan Kesbang Provinsi DKI Jakarta Tahun 2008</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Riwayat Kepangkatan :</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Penata Muda III/a TMT Pangkat 01 Agustus 1988</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Penata Muda TK. I III/b TMT Pangkat 01 April 1991</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Penata III/c TMT Pangkat 01 April 1995</div>
<div style="text-align: justify;">
4. Penata Tk. I III/d TMT Pangkat 01 April 1999</div>
<div style="text-align: justify;">
5. Pembina IV/a TMT Pangkat 01 Januari 2002</div>
<div style="text-align: justify;">
6. Pembina Tk. 1 IV/a TMT Pangkat 01 April 2006</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Riwayat Tanda Jasa :</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Medali Tanda Kesetiaan Kelas II Tahun 2002</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Penghargaan Masa Kerja 20 Tahun Tahun 2007</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
sumber :</div>
<div style="text-align: justify;">
http://7newsjakarta.blogspot.com/2011/11/profil-walikota-administrasi-jakarta.html</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2827726599832564787.post-30722780724876123462013-05-26T08:35:00.001+07:002014-01-02T10:56:14.718+07:00Suprapto Martosetomo - Duta Besar Vatican<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0SvLZ8re3HtRvpTzxGQSCffUNNBFFbiVaiK5WXTqGwz00Od3H24n1EeeIyc3k46f0Z_I-m5Yh-vpAWLXwRlrX-bV4d1_dAwll1jR36qBcO0dxbmM7rlRlYmcmtHABi5eTVmUxfYAiPziT/s1600/SUPRAPTO+MARTOSETOMO2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="202" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0SvLZ8re3HtRvpTzxGQSCffUNNBFFbiVaiK5WXTqGwz00Od3H24n1EeeIyc3k46f0Z_I-m5Yh-vpAWLXwRlrX-bV4d1_dAwll1jR36qBcO0dxbmM7rlRlYmcmtHABi5eTVmUxfYAiPziT/s320/SUPRAPTO+MARTOSETOMO2.jpg" width="320" /></a></div>
<div>
Saat didaulat menyanyi, ia langsung menggandeng tangan sang istri dan menyanyi berdua. Lagu romantis ‘Hatimu Hatiku’ pun mengalir merdu. Usai menyanyi, ia melantai, menari Poco-Poco bersama para pastor dan suster.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dia adalah Duta Besar RI untuk Takhta Suci Vatikan, Suprapto Martosetomo. Suasana penuh keceriaan dan keramahan pun terjalin dalam pertemuan yang diadakan Ikatan Rohaniwan-wati Indonesia di Kota Abadi, Roma (Irrika), beberapa waktu lalu. Suprapto memang dikenal luwes, ramah, dan bersahaja. Sikap ini berimbas pada kedekatannya dengan para pastor, suster, dan bruder asal Indonesia yang berkarya di Vatikan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Keramahan serta keluwesan itu, menurut Suprapto, tak dapat dilepaskan dari latar belakang serta lingkungannya. ”Saya berasal dari desa dan terbiasa hidup guyub, layaknya masyarakat pedesaan,” kisah kelahiran Genteng, Banyuwangi, 24 April 1954 ini. Selain alam pedesaan yang ramah, kedua orangtuanya yang berprofesi pedagang juga punya andil besar membentuk karakternya. ”Berbuat baiklah kepada siapa saja,” ucapnya menirukan nasihat sang ayah. Sementara mendiang ibunya selalu mengingatkannya, ”Jangan membuat orang kecewa. Kalau kecewa, orang tak akan kembali lagi!”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dua nasihat itu masih terus terngiang di telinga dan hatinya. Dua hal itu pula yang terus ia pegang saat menjalankan tugas-tugasnya sebagai seorang diplomat. Sikapnya yang ramah pun berbuah. Saat berkarya di Manila, Filipina, rumahnya menjadi tempat mengungsi para mahasiswa asal Indonesia. ”Saat itu terjadi usaha kudeta Presiden Cory Aquino. Tentara pemberontak sudah menguasai wilayah Metro Manila termasuk tempat mahasiswa. Maka, demi keselamatan, para mahasiswa tinggal di tempat saya. Saya kan harus melindungi masyarakat Indonesia!” kenang Suprapto.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kunjungi biara</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgn2TnnEZQgSAWCQdQJQJuOeVPhydsh7kVpAlGLMlLZzOZ0NEBR1ctW2xzkWb7dVVERKuxwEvPpl9_vc6ScYNXsD92Z0-yEAZf1H7sYbop5_-_WGcsn64bmcNcrcOBMDyAHP-401aP1NI5Z/s1600/SUPRAPTO+MARTOSETOMO.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em; text-align: center;"><img alt="Suprapto Martosetomo - Duta Besar Vatican" border="0" height="198" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgn2TnnEZQgSAWCQdQJQJuOeVPhydsh7kVpAlGLMlLZzOZ0NEBR1ctW2xzkWb7dVVERKuxwEvPpl9_vc6ScYNXsD92Z0-yEAZf1H7sYbop5_-_WGcsn64bmcNcrcOBMDyAHP-401aP1NI5Z/s320/SUPRAPTO+MARTOSETOMO.jpg" title="Suprapto Martosetomo - Duta Besar Vatican" width="320" /></a><br />
Suprapto tidak hanya luwes dalam bergaul. Ia juga serius dan bertanggung jawab dalam mengemban tugas. Saat ditemui di kantornya, Suprapto sedang asyik membenahi arsip pribadinya. Ia sedang mengliping berbagai berita. ”Kebiasaan ini sudah lama saya lakukan. Dengan cara ini, saya bisa mengikuti perkembangan terbaru sekaligus memiliki arsip yang siap digunakan kapan pun dibutuhkan,” jelasnya.</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Suprapto berkeyakinan, sebagai duta besar, ia harus memiliki informasi yang banyak dan akurat. Selain dengan kliping, Suprapto juga kerap mengikuti pertemuan Asia Group. Asia Group adalah perkumpulan duta besar untuk Vatikan khusus dari kawasan Asia. Sebulan sekali kelompok ini bertemu untuk saling tukar informasi. Baginya, informasi yang lengkap dan akurat amatlah penting. ”Seorang duta besar harus siap dengan semua permasalahan. Informasi yang kami peroleh amat berguna dan dapat digunakan sebagai masukan ke dalam negeri,” paparnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam menjalankan tugas, Suprapto tak mau tinggal diam di kantor. Ia kerap berkeliling mengunjungi biara-biara di mana ada orang Indonesia tinggal di situ, seperti, biara di Kota Orte, Ovada, dan Allesandria. Di antara biara-biara itu, ada yang tergolong biara kontemplatif alias tertutup. Di biara kontemplatif, seperti di Vignanelo, ia dan rombongan diterima di ruang tamu. Sementara para suster muncul dari balik terali besi. Meski demikian, keakraban dapat terjalin. ”Waktu itu, kami bernyanyi bersama. Saya dan rombongan di ruang tamu, para suster menyanyi dari balik terali besi itu,” cerita bapak dua anak ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ke Indonesia</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjh5uwzLOkmJoMq1PjfU4wA4qGFgHIXwnBBc2qOdT-KC1gCUBCv47KfmeOVXHjLLUuC2pf5WbqM8yS_1s3VDxGQ9wusLnUDdrOpU4O9OC5p0ssS6TfcScOavTAZxXY3fXls0Qn17D1AqpCN/s1600/P1020439.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Suprapto Martosetomo - Duta Besar Vatican" border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjh5uwzLOkmJoMq1PjfU4wA4qGFgHIXwnBBc2qOdT-KC1gCUBCv47KfmeOVXHjLLUuC2pf5WbqM8yS_1s3VDxGQ9wusLnUDdrOpU4O9OC5p0ssS6TfcScOavTAZxXY3fXls0Qn17D1AqpCN/s320/P1020439.jpg" title="Suprapto Martosetomo - Duta Besar Vatican" width="320" /></a></div>
Sebagai Duta Besar untuk Vatikan, Suprapto merasa perlu mengetahui seluk-beluk Vatikan dengan baik. Vatikan adalah salah satu negara di Eropa yang sejak awal telah mengakui kemerdekaan Indonesia. Sejak tahun 1947, sudah ada perwakilan Vatikan di Jakarta yang disebut Apostolic Delegate. Hubungan diplomatik kemudian dikukuhkan tahun 1950.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Suprapto, meski kecil, negara Vatikan amat disegani dan memiliki pengaruh yang sangat besar. Selain itu, Vatikan adalah negara yang mempunyai jaringan terbesar di dunia. ”Lewat jaringan yang dimilikinya, informasi dapat diperoleh secara cepat dan tepat,” tutur Suprapto dengan nada kagum. Bagi Indonesia, menjalin hubungan dengan Vatikan amat penting artinya. ”Saat diadakan uji kelayakan di depan anggota Komisi I DPR, saya menekankan soal ini,” tandas alumnus Universitas Gajah Mada ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di mata Suprapto, Paus Benediktus XVI adalah orang yang sangat arif. Banyak hal besar telah diupayakan Paus asal Jerman ini. ”Kunjungan bersejarah Raja Abdullah dari Arab Saudi ke Vatikan, tahun 2007, serta niat baik Raja Bahrain, Hamad bin Isa Al-Khalifa untuk menyumbang sebidang tanah guna pembangunan gereja di negaranya, adalah berkat usaha Paus Benediktus juga. Maka, saya sangat berharap Paus dapat berkunjung ke negara kita Indonesia,” katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Antaragama</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setiap kedutaan memiliki kekhasan. Menurut Suprapto, Kedutaan RI di Vatikan memiliki kekhasan, terutama dalam bidang dialog antaragama. Bidang ini memang selalu menjadi hal yang diprioritaskan di Kedutaan Besar RI untuk Vatikan. Masalah ketegangan antara Barat dan Islam masih sering didengar Suprapto. Harus diakui, bahwa di dalam masyarakat Barat masih sering beredar ‘ketakutan’ pada Islam atau Islamofobia. ”Barangkali hal ini muncul sebagai dampak pemberitaan di media massa yang kurang berimbang. Maka, apa pun alasannya, harus ada kesamaan persepsi agar ketegangan dapat diatasi. Kesamaan pandangan bisa dicapai antara lain dengan cara berdialog,” paparnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Semangat berdialog, menurut Suprapto, menjadi salah satu kunci untuk merekatkan kehidupan antaragama di Indonesia. Indonesia, menurut Suprapto, adalah negara yang cukup aktif mengupayakan dialog antaragama, baik di forum bilateral, regional maupun internasional. Penggemar olah raga bulutangkis ini juga getol mengikuti forum dialog antaragama. Misalnya, pada Juni 2008, Suprapto mengikuti The 2nd World Peace Forum yang diselenggarakan Muhammadiyah, di Jakarta. Forum yang dihadiri berbagai kalangan agama dari Asia, Australia, Eropa maupun Timur Tengah ini bertujuan mencapai perdamaian dunia dan menghindari penyalahgunaan agama untuk tujuan-tujuan politik. Kegiatan terakhir berskala internasional yang dihadiri Suprapto adalah International Meeting of Prayer for Peace di Nicosia, Siprus. Kedutaan RI untuk Vatikan juga pernah menyelenggarakan dialog antaragama di Vatikan, tahun 2007. Acara ini digelar bekerja sama dengan Kedutaan Besar Australia untuk Vatikan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Suprapto menyadari, dialog tidak menghasilkan hasil yang cepat atau langsung kelihatan. Meski demikian, ia yakin bahwa melalui dialog, segala kecurigaan dan salah sangka akan dapat diatasi. ”Sekurang-kurangnya dari dua belah pihak mulai muncul toleransi,” katanya. Sebenarnya toleransi dan hidup rukun antarpemeluk agama adalah sesuatu yang amat biasa di dalam masyarakat. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hal ini amat terasa dalam kehidupan keluarga Suprapto. Ia lahir dan besar dalam keluarga Islam. Ia pun memeluk agama Islam. Di keluarga besarnya, ada beberapa saudaranya yang beragama Kristiani. Bahkan, salah satu tante dari pihak ayahnya menjadi seorang suster. ”Kami terbiasa hidup rukun tanpa mempersoalkan agama. Saat saya kuliah di UGM, beberapa sahabat saya beragama Kristiani. Kami bergaul akrab tanpa pusing status agama,” ujarnya. Bila orang saling mengenal dengan baik, maka segala kecurigaan akan sirna. ”Dialog adalah cara yang paling ampuh mendekatkan kita,” tuturnya memungkasi pembicaraan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Biodata</div>
<div style="text-align: justify;">
Nama: Suprapto Martosetomo</div>
<div style="text-align: justify;">
Tempat/tanggal lahir: Banyuwangi, 24 April 1954</div>
<div style="text-align: justify;">
Anak keenam dari tujuh bersaudara</div>
<div style="text-align: justify;">
Istri: Yogyaswara Kustantina Suprapto</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Anak: </div>
<div style="text-align: justify;">
• Nanda Pradhana Suprapto (24) </div>
<div style="text-align: justify;">
• Lorenza Pradhina Suprapto (21)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pendidikan:</div>
<div style="text-align: justify;">
• SMA Negeri I Yogyakarta</div>
<div style="text-align: justify;">
• S-1 Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Gajah Mada Yogyakarta</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pekerjaan:</div>
<div style="text-align: justify;">
• Mulai bekerja di Departemen Luar Negeri (25 Maret 1982)</div>
<div style="text-align: justify;">
• Sekretaris III Staf Bidang Ekonomi KBRI di Manila, Filipina (1986-1990)</div>
<div style="text-align: justify;">
• Sekretaris II Kepala Bidang Ekonomi merangkap Pensosbud dan Konsuler, Konsulat Indonesia di Karachi, Pakistan (1992-1994)</div>
<div style="text-align: justify;">
• Kepala Bidang Ekonomi KBRI di London, Inggris (1999-2004)</div>
<div style="text-align: justify;">
• Duta Besar Berkuasa Penuh RI untuk Takhta Suci Vatikan (September 2007- ) </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">sumber : <a href="http://www.hidupkatolik.com/2012/11/09/suprapto-martosetomo-duta-di-takhta-suci">http://www.hidupkatolik.com/2012/11/09/suprapto-martosetomo-duta-di-takhta-suci</a></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">saat ini beliau masih aktif di deplu sebagai Staf Ahli Bidang Hubungan Kelembagaan</span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://www.kemlu.go.id/Pages/Orgz.aspx?IDP=3&isStaffAhli=true&l=id"><span style="font-size: x-small;">http://www.kemlu.go.id/Pages/Orgz.aspx?IDP=3&isStaffAhli=true&l=id</span></a></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2827726599832564787.post-87119218622285653922013-05-25T07:58:00.005+07:002014-01-02T10:51:51.364+07:00Temuk Misti - Penari Gandrung<br />
<br />
<div style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;">
<img alt="Temuk Misti" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwRDtWMj0DehRpq9B3_7-GdnjYROkMkhDGmh7Evnxu6rjucmW2F0CFGJKkfqovsE7hy23UwOCAOcsX31_P8nXLB5rq1J7M3240U42fct9HcNhwEVufqu0x3BQnUD5L0HD1h_qvSb3w4_8/s320/temu+misti.JPG" style="text-align: center;" title="Temuk Misti - Penari Gandrung" /></div>
<span style="text-align: justify;">Rumah itu berukuran 6×7 meter. Cat putih di dindingnya mulai lusuh. Lantai semennya penuh lubang. Plafon bambu di atap rumah, mulai tercabik di sana-sini. Perabotan di dalam rumah tak ada yang mewah. Hanya empat kursi kayu kusam berjejer di ruang tamu. Di belakangnya, terdapat dua lemari kuno yang berdirinya mulai miring. Hanya teve i4 inch dan VCD Player yang menjadi barang berharga, menghiasi di pojok ruangan.</span><br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di rumah yang terlampau sederhana itulah, lahir dan tumbuh seorang penari dan penyanyi Gandrung Banyuwangi, Temu Misti. Di usianya yang beranjak senja, 55 tahun, perempuan setinggi 165 cm berperawakan kurus ini, menjadikan gandrung adalah bagian tak terpisahkan dari hidupnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bersama kelompok kesenian Gandrung, Sopo Ngiro yang dia rintis sejak 1980, Temu menari dari satu tanggapan ke tanggapan lainnya. Dia mempertahankan pakem gandrung ditengah bermunculannya penari gandrung lain yang identik sebagai hiburan para pemabuk. Perempuan yang tak lulus sekolah rakyat ini ingin menunjukkan kalau gandrung bukan kesenian murahan. “Kalau saya berhenti, habislah riwayat gandrung,” ujar Temu, Minggu (2/8).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain tubuh gemulai, Temu dianugerahi suara emas yang tidak dimiliki gandrung lain. Melengking tinggi dengan cengkok using khas. Selain menari, ia biasa menjadi sinden gandrung dalam setiap pagelaran. Ia juga satu-satunya yang mampu mengkolaborasikan suara gending gandrung dengan lagu Banyuwangi modern. Para peneliti, menyebut suara gandrung Temu, adalah sebuah eksotisme timur.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tempat lahir Temu di Dusun Kedaleman, Desa Kemiren, sekitar tujuh kilometer dari kota Banyuwangi dulunya adalah kantung kesenian gandrung. Temu kecil, hampir tak pernah melewatkan menonton gandrung. Ia juga terbiasa mengintip para penari gandrung berlatih. Namun tak pernah terbersit di pikirannya untuk menjadi penari gandrung. “Dari awal keluarga tak pernah setuju,” kata Temu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Semasa kecil, anak tunggal Mustari dan Supiah ini sakit-sakitan. Hampir putus asa keluarganya membawa Temu berobat ke dukun. Suatu hari sepulang berobat ke dukun, ibunya mampir ke salah seorang seniman gandrung, Mbah Ti’ah. Di sana, Temu meminta makan. “Saya makan dengan lahap,” kata Temu. Si empu gandrung lantas berpesan: “Jadikan dia gandrung kalau besar nanti,” katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pementasan pertama Temu berada di Dusun Gedok, tak jauh dari tempatnya tinggal, saat usianya menginjak 15 tahun. Ia hanya berlatih sehari dan mampu membawakan tarian gandrung dengan apik. Ia juga tak kesulitan membawakan lagu-lagu gandrung. Temu memulai jalan hidupnya sebagai gandrung.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perempuan penyuka kopi ini mulai masuk dapur rekaman sekitar tahun 1970-an. Saat itu, sudah bermunculan rumah-rumah produksi, pencipta lagu, dan penyanyi lagu Banyuwangi. Album pertamanya masih berkaitan dengan lagu-lagu gandrung. Album-album saat itu masih dijual dalam bentuk kaset. Harganya, kata Temu, sekitar Rp 75.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat ini Temu masih aktif menyanyi, lagu-lagunya lebih modern. Salah satu single hits yang meledak di pasaran berjudul Ojo Cilik Ati. Upah rekaman tidak dihitung berdasarkan royalti atau banyaknya kaset yang laku. Melainkan dihitung per paket, antara Rp 1 juta-Rp 1,5 juta per lagu. Tanpa ada surat kontrak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Upah itu, kata Temu, jauh lebih tinggi dibanding ia menari. Saat menjadi gandrung, bayaran satu kelompok memang besar, yakni Rp 2 juta. Tapi setelah dibagi-bagi dengan lima penabuh, dan seorang tukang rias, bersih ia hanya terima Rp 250 ribu. Karena itu ia tak pernah protes dengan upahnya rekaman. Sebagai seniman tradisional, Temu tak pernah pernah menggugat dengan urusan hak cipta intelektual atau tetek bengeknya. “Gak paham dengan begituan,” tuturnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun 1980, suara emas Temu direkam Smithsonian Folkways, Amerika Serikat, milik Philip Yampolsky. Dalam album Songs Before Dawn yang dirilis 1991, Temu menyanyi sebelas lagu gandrung, antara lain, delimoan, Chandra dewi, dan seblang lokento. Bertahun-tahun, rupanya Temu tak pernah tahu kalau album itu dijual di sejumlah situs bisnis di Amerika dan Eropa. Di situs Amazone.com, misalnya, yang dibuka Tempo Rabu lalu (5/8), CD Songs Before Dawn dijual seharga 16,98 US Amerika. Yang Temu tahu, kalau saat itu suaranya direkam untuk kegiatan penelitian kebudayaan Indonesia. Ia dibayar Rp 250 ribu, tanpa sebuah surat kontrak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Temu baru mengetahui sekitar tahun 2007 dari Farida Indriastuti, kontributor lepas kantor berita Italia yang melakukan penelitian tentang multikulturalisme. Konon kabarnya, album Temu itu mencetak penjualan miliyaran rupiah. Namun penghargaan kepada Temu, tak lebih dari sebuah figura berbingkai kayu coklat polos, berisi sampul album Songs Before Dawn. Figura itu dipajang Temu di dinding rumahnya. “Bangga, tapi juga kecewa,” ungkapnya setiap kali menatap figura yang barangkali harganya tak lebih dari Rp 5 ribu. “Ya, mau gimana lagi? Biar Tuhan yang membalas,” ucap Temu, yang menjanda sejak tahun 1980.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Toh, besarnya kekecewaan di dada Temu tak pernah membuatnya surut dari dunia gandrung. Ia sudah bertekad tidak akan mundur sebelum memiliki pengganti. Untuk mencetak generasi, tahun 1995 ia mencoba melatih 10 anak gadis di desanya. Tapi seluruhnya gagal. Menurut Temu, sangat sulit mencari pengganti yang mau menari karena benar-benar mencintai gandrung. “Kalau sudah ada yang menggantikan, saya ingin istirahat,” katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bertahan Dari Ancaman</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Gandrung, kesenian asli Banyuwangi bisa dikatakan satu genre dengan kesenian Tayub di Jawa Tengah. Kesenian Gandrung menampilkan penari perempuan, dengan lima-tujuh penabuh gending. Terdapat sesi, dimana gandrung menari bersama-sama dengan tamu. Gandrung biasa ditampilkan dalam hajatan, seperti pesta perkawinan, sunatan, maupun acara seremonial lain. Pertunjukan gandrung dimulai jam sembilan malam hingga menjelang subuh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di awal kemunculannya, sekitar tahun 1900-an, penari gandrung adalah laki-laki. Gandrung dengan gending-gendingnya, dimainkan sebagai bentuk perlawanan masyarakat Banyuwangi terhadap kolonialisme bangsa barat. Gandrung dengan penari perempuan baru muncul pada 1895, setelah Islam masuk dan melarang laki-laki menjadi penari.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah Indonesia merdeka, gandrung berubah fungsi. Dari semula sebagai bentuk perlawanan terhadap penjajah, gandrung menjadi hiburan. Tahun 1990-an, pementasan gandrung diidentikkan dengan para pemabuk karena selalu tersedia minuman keras. Sorotan miring terhadap gandrung mulai merebak. Gandrung mulai terpinggirkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Temu Misti, seniman yang mempertahkan bentuk asli gandrung, kondisi itu diperparah dengan maraknya tontotan modern seperti elekton dan karaoke. Kelompok-kelompok kesenian gandrung menjadi tidak lagi patuh dengan pakem demi mengejar setoran. Harga pertunjukan mau dibayar murah sekitar Rp 750 ribu sehingga memukul kelompok kesenian Temu yang bertahan dengan Rp 2 juta. Penari-penari gandrung diciptakan secara instant tanpa penghayatan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di tengah ancaman ini, belum ada perlindungan dari Pemerintah Kabupaten setempat. Permintaan manggung semakin surut. Kalau dulu bisa manggung tiap malam, kata Temu, sekarang sebulan tiga kali sudah bagus. Ia tak berani menggantungkan hidup sepenuhnya dari gandrung. Ia menyambi pendapatan lain. Setiap pagi pergi ke sawah. Sore merawat beberapa ekor ayamnya. Hiburan satu-satunya, adalah Ryan Wibowo, 11, ponakannya yang ia rawat sedari kecil. “Kami memang seperti hidup-hidup sendiri,” katanya dalam suara lirih. IKA NINGTYAS</div>
<br />
<span style="font-size: x-small;">sumber :</span><br />
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://ikaningtyas.blogspot.com/2012/10/temu-misti-penari-gandrung-yang.html"><span style="font-size: x-small;">http://ikaningtyas.blogspot.com/2012/10/temu-misti-penari-gandrung-yang.html</span></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
update : Temuk Misti menerima penghargaan "Kartini Indi Women" Award 2013</div>
<div style="text-align: justify;">
radar banyuwangi, 02 Mei 2013</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5Qp9lIuyI_Dvy83L0M3F1SDlErKbkOGAJSM1O_zjuiCJij9cram0sFznUAy9oSHHE9wfRmGhqi2Oy5-FgtCpjo0LH1q4Dr4zEFH0-U9DdGqzn9JLKpd8lL-oJ3AkipBEJidpZndOrFgIJ/s1600/temuk+misti.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="temuk misti jawa pos" border="0" height="313" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5Qp9lIuyI_Dvy83L0M3F1SDlErKbkOGAJSM1O_zjuiCJij9cram0sFznUAy9oSHHE9wfRmGhqi2Oy5-FgtCpjo0LH1q4Dr4zEFH0-U9DdGqzn9JLKpd8lL-oJ3AkipBEJidpZndOrFgIJ/s640/temuk+misti.png" title="temuk misti" width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiANpwndh79Fm7PD6JXfuJrQNn1DIRJsvvxxsEf1cIs2_VFXRy1eyhwTmx-Q_486zCLyXJnGkdiH35xp9oVLQ2YZkYMHsB2mcSgmecOZ9U5fRIidzG9xyxPnP2KxQ7hwbTeMmSkmNLOlXtv/s1600/temuk+misti2.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="temuk misti jawa pos2" border="0" height="339" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiANpwndh79Fm7PD6JXfuJrQNn1DIRJsvvxxsEf1cIs2_VFXRy1eyhwTmx-Q_486zCLyXJnGkdiH35xp9oVLQ2YZkYMHsB2mcSgmecOZ9U5fRIidzG9xyxPnP2KxQ7hwbTeMmSkmNLOlXtv/s640/temuk+misti2.png" title="temuk misti" width="640" /></a></div>
<div>
<br /></div>
<br />Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2827726599832564787.post-79057563251151706992013-05-25T07:55:00.006+07:002014-01-02T10:42:32.375+07:00Huang Fong (Oei Ping Liang) - Pelukis <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4vql4lB_ZJ2uQ9eK5sZGG81nBm2IkT5bXvX4ch_BRy6PM0SKFkwS2E65m0ZuiDzWqbPdvXbTYNzo32aPT7f1HwQ3uZEkM13GkmkqjtXU_79nEivX22lJet8UE-7iQWitjx6U0gXfQdARm/s1600/huang-fong.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><br /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzVp7f793sofW-p3UjlhE3OIqImFmPoGzTqC1D8fdjfaj13UadRVk3ysyjvBgvYph2bA4lPhGpeuUdpaOYnLx0TiwzyzmrCVx6NivgSGAuZYZBzz0RkXPcNtt_b0gLWPB2alWCshs-cJxK/s1600/huang.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Huang Fong" border="0" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzVp7f793sofW-p3UjlhE3OIqImFmPoGzTqC1D8fdjfaj13UadRVk3ysyjvBgvYph2bA4lPhGpeuUdpaOYnLx0TiwzyzmrCVx6NivgSGAuZYZBzz0RkXPcNtt_b0gLWPB2alWCshs-cJxK/s320/huang.jpg" title="Pelukis Huang Fong" width="320" /></a></div>
Huang Fong lahir di Genteng, Banyuwangi, tahun 1936. Ia belajar melukis dengan teknik cat air pada almarhum Tan Kiaw Tek, di Surabaya, yang dianggap empu teknik lukis cat air gaya Cina. Ia kemudian belajar melukis dengan teknik cat minyak pada pelukis Nurdin BS. Selanjutnya Huang Fong mengembangkan teknik melukisnya sendiri yang menggunakan cat minyak tanpa menghilangkan efek basah dan transparan ala cat air yang sangat digemari dan dikuasainya itu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Tahun 1963 Huang Fong menapak Bali untuk pertama kalinya. Kemudian sejak 1967, Huang Fong tak pernah bergeser; baik dalam hal tempat tinggal (memutuskan menetap di Bali), dia melukis segalanya tentang Bali: dari melukis potret, melukis tubuh, panorama, dan kehidupan masyarakat pedesaan Bali, karena memang topik-topik itu yang dipahami luar dalamnya. Dia melebur dengan kehidupan Bali.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4vql4lB_ZJ2uQ9eK5sZGG81nBm2IkT5bXvX4ch_BRy6PM0SKFkwS2E65m0ZuiDzWqbPdvXbTYNzo32aPT7f1HwQ3uZEkM13GkmkqjtXU_79nEivX22lJet8UE-7iQWitjx6U0gXfQdARm/s1600/huang-fong.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em; text-align: center;"><img alt="Huang Fong" border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4vql4lB_ZJ2uQ9eK5sZGG81nBm2IkT5bXvX4ch_BRy6PM0SKFkwS2E65m0ZuiDzWqbPdvXbTYNzo32aPT7f1HwQ3uZEkM13GkmkqjtXU_79nEivX22lJet8UE-7iQWitjx6U0gXfQdARm/s200/huang-fong.jpg" title="Pelukis Huang Fong" width="193" /></a><br />
Pelukis yang tumbuh satu periode dengan dengan Lee Man Fong, Siauw Tek Wie, Wen Peor dan Lim Wasim, ini termasuk pelukis mumpuni yang karyanya masuk dalam buku koleksi Bung Karno. Sejak 1967 berkarya di Bali, Huang Fong banyak menjelajahi tiga pokok soal, kecantikan perempuan, alam, dan lingkungan budaya, yang mendorong menjalani hidup keseniannya. Pelukis yang ikut memprakarsai berdirinya kelompok lukis Sanggar Kamboja di Bali tahun 1986, banyak terilhami kebudayaan Bali. Ia melukis gadis duduk bertelanjang dada, gadis merangkai sesajian, atau gadis menari, di tengah pemandangan alam atau upacara yang indah.</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Huang Fong suka melukis langsung kekhasan Bali. Ia mengarahkan pose sang model. Kalau ia ingin melukis tari, si model ia minta menari dan berhenti pada posisi yang ia kehendaki. Keterampilannya tinggi dalam menggubah citra realistik fotografis sehingga kemolekan berbagai bentuk tubuh atau alam sekeliling muncul dengan meyakinkan. Ia menggarap rincian yang perlu seperti lekuk buah dada atau motif kain, anyaman bambu, maupun kostum tari. Adapun latar umumnya ia buat samar, namun tak jauh dari daya menghias yang rupanya telah mendarah daging.</div>
</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Karya Huang Fong<br />
<div class="isi11" style="background-color: white;">
<div style="color: #333333; font-family: arial; font-size: 11px;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<img alt="Karya Huang Fong" border="0" src="http://media.timeoutsingapore.com/contentFiles/image/2010/october/art/20-art-the-romance-of-bali-by-huang-fong-482x298.jpg" title="Huang Fong (Oei Ping Liang) - Pelukis " /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<a href="http://www.therudana.org/collection/Huang-Fong.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img alt="Karya Huang Fong" border="0" src="http://www.therudana.org/collection/Huang-Fong.jpg" title="Huang Fong (Oei Ping Liang) - Pelukis " /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://www.myarttracker.com/sites/default/files/styles/artwork_thumb/public/artwork_images/4094_001.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Karya Huang Fong (Oei Ping Liang)" border="0" height="363" src="http://www.myarttracker.com/sites/default/files/styles/artwork_thumb/public/artwork_images/4094_001.jpg" title="Huang Fong (Oei Ping Liang) - Pelukis " width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://www.therudana.org/collection/Huang-Fong.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><br /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikFMV41TGy8awDtj9jcpLFVeYuENZFxgIxqp45mhJZ367T8A968jx3xLyNFtjEc3iV6x7O3hc3_eHjgdTH1MOoOhqNV1TuCUU_hEduapG068YPSiEe_85eHWhniH8Y_5gGdxvKw6H3euur/s1600/371_001.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Karya Huang Fong (Oei Ping Liang)" border="0" height="457" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikFMV41TGy8awDtj9jcpLFVeYuENZFxgIxqp45mhJZ367T8A968jx3xLyNFtjEc3iV6x7O3hc3_eHjgdTH1MOoOhqNV1TuCUU_hEduapG068YPSiEe_85eHWhniH8Y_5gGdxvKw6H3euur/s640/371_001.jpg" title="Huang Fong (Oei Ping Liang) - Pelukis " width="640" /></a></div>
<br />
<br />
Update :<br />
Pelukis Huang Fong menggelar pameran tunggal dengan tema “Pikiran, Tubuh dan Jiwa: 77 Tahun Huang Fong” di Galeri Nasional, Jakarta, yang dibuka untuk umum mukai hari ini, Selasa 2 April sampai 7 April 2013. Pameran ini menampilkan 77 lukisan yang menandai usia Huang Fong sebagai perupa yang banyak mengeksplorasi keindahan Bali.<br />
<div style="border: 0px; font: inherit; margin-bottom: 15px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div style="text-align: justify;">
<br />
<span style="font-size: x-small;">sumber :</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://life.viva.co.id/foto/read/9608-pameran-lukisan--pikiran--tubuh-dan-jiwa--huang-fong"><span style="font-size: x-small;">http://life.viva.co.id/foto/read/9608-pameran-lukisan--pikiran--tubuh-dan-jiwa--huang-fong</span></a></div>
</div>
</div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2827726599832564787.post-79950728769213464372013-05-25T07:51:00.000+07:002014-01-02T10:40:17.806+07:00Hasnan Singodimayan - Seniman, Budayawan<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJYonmuQtVuvSkFSayY5siQrIWP3YvFumbHD9_LUDzYsdHoP9TK6iMV4GwlJYGSLz6vp_kE8XfoXQ5WDcdDObtZbRwJIdPwK33Sfk8lVSHECn3M5iP2JGxpzkOuU-vhwBpDVSj8EQeW-CF/s1600/mbah-hasnan.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><br /></a><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJYonmuQtVuvSkFSayY5siQrIWP3YvFumbHD9_LUDzYsdHoP9TK6iMV4GwlJYGSLz6vp_kE8XfoXQ5WDcdDObtZbRwJIdPwK33Sfk8lVSHECn3M5iP2JGxpzkOuU-vhwBpDVSj8EQeW-CF/s1600/mbah-hasnan.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img alt="Hasnan Singodimayan" border="0" height="143" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJYonmuQtVuvSkFSayY5siQrIWP3YvFumbHD9_LUDzYsdHoP9TK6iMV4GwlJYGSLz6vp_kE8XfoXQ5WDcdDObtZbRwJIdPwK33Sfk8lVSHECn3M5iP2JGxpzkOuU-vhwBpDVSj8EQeW-CF/s200/mbah-hasnan.jpg" title="Seniman Hasnan Singodimayan" width="200" /></a><br />
<span style="text-align: justify;"><br /></span>
<span style="text-align: justify;">Lahir : Banyuwangi, Jawa Timur, 17 Oktober 1931</span><br />
<div style="text-align: justify;">
Istri : Sayu Masunah</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Anak :</div>
<div style="text-align: justify;">
- Buyung Pramunsyie</div>
<div style="text-align: justify;">
- Bujang Pratiko</div>
<div style="text-align: justify;">
- Bonang Prasunan</div>
<div style="text-align: justify;">
- Rundung Prahara</div>
<div style="text-align: justify;">
- Capung Prihatini</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<br />
Penghargaan di antaranya :</div>
<div style="text-align: justify;">
- Penghargaan Gubernur Jawa Timur bidang Budaya, 2003</div>
<div style="text-align: justify;">
- Pemenang III Penulisan Cerpen Dewan Kesenian Surabaya, 1973</div>
<div style="text-align: justify;">
- Pemenang II Penulisan Puisi BBC london, 1980</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJYonmuQtVuvSkFSayY5siQrIWP3YvFumbHD9_LUDzYsdHoP9TK6iMV4GwlJYGSLz6vp_kE8XfoXQ5WDcdDObtZbRwJIdPwK33Sfk8lVSHECn3M5iP2JGxpzkOuU-vhwBpDVSj8EQeW-CF/s1600/mbah-hasnan.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><br /></a></div>
Keriput kulit di pipinya tergurat jelas. Rambutnya berwarna perak. Sebagian giginya sudah tanggal. Tetapi pandangan matanya masih tajam. Ia bisa membaca SMS dari telepon selulernya yang butut. Semangatnya berbagi imu kepada siapa pun tidak kendur, baik secara lisan maupun tulisan, apaagi menyangkut budaya masyarakat Using.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk transfer ilmu melalui tulisan, Hasnan Singodimayan sedang merampungkan buku berjudul Suluk Muktazilah. Buku ini berisi renungannya bagaimana membangun Islam Indonesia dengan berakar pada Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU), dua organisasi mainstream di Indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Mudah-mudahan dalam waktu tak lama lagi buku itu bisa terbit," katanya saat ditemui di rumahnya di belakang Masjid agung Banyuwangi, Jawa Timur (Jatim).<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;">
<img alt="Hasnan Singodimayan" border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3z-Ab_6-j3TtLFkgxz4fYsqBZDD3VybKiRZz_uBMhdJP96Syc55-P3ZX4ssfo74D5TAyPFHK1foGGFTejFOmMjcqav8zNEYc_TGYhai0DNDGwvKQ73ADh7xPkBcjvGZAMBDzFagpCUOLD/s200/1CIMG5981.jpg" style="text-align: center;" title="Seniman Hasnan Singodimayan" width="150" /></div>
Transfer pengetahuannya secara lisan menjadi kehidupannya sehari-hari. Ia bisa diajak berdiskusi berjam-jam. Hampir selalu ada orang datang, mulai dari mahasisa, dosen, seniman, hingga peneliti untuk menimba ilmu, terutama masalah sosial-budaya masyarakat Using.</div>
<div style="text-align: justify;">
Budaya Using adalah subkultur masyarakat jatim sebagaimana subkultur Arek, Pendalungan, Mataraman, Tengger, dan Madura. Masyarakat Using adalah mayoritas penduduk daerah semenanjung timur Jatim, Kabupaten Banyuwangi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dia juga mendirikan Hasnan Singodimayan Centre, lembaga non proft yang bergerak di bidang penelitian, pengkajian, dan pengembangan sosial-budaya Using Banyuwangi. Misalnya, mengadakan Bintang Pelajar Pencinta Sastra (BPPS) yang diikuti sastrawan muda. Ini sebagai cara menjaga kesinambungan dinamika budaya Using dari generasi ke generasi.<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Praktis tokoh tua yang menjadi referensi hidup soal budaya Using tinggal Hasnan, setelah Hasan Ali, ayah aktris Emilia Contessa, meninggal dunia. Kedua tokoh ini bisa dibilag seperti sepasang sandal, termasuk saat memimpin Dewan Kesenian Blambangan, mulai sekitar 1980.<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hasnan layak dianggap "sumur tanpa dasar" untuk masalah sosial-budaya Using. Sedikitnya tujuh buku dia tulis berkaitan dengan sosial-budaya Using. Misalnya novel Kerudung Santet Gandrung, yang ditulisnya pada 2003. Ada pula ratusan makalah, esai, cerita pendek (cerpen, dan cerita bersambung (cerbung) yang dia tulis sejak 1950-an sampai kini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cerbung Kerudung Baju Selubung yang dia tulis di koran Bali Post diangkat sebagai naskah sinetron di TPI dengan judul Jejak Sinden tahun 1994. Dia menjadi salah satu aktor di sinetron itu. Di antara makalahnya yang dibukukan adalah Posisi Budaya Using dalam Aneka Kebudayaan Jawa Timur yang diterbitkan PT Tiara Wacana Yogyakarta untuk Yayasan Muhammad Hatta.<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dia mulai menulis selepas dari Pondok Pesantren Darussalam Gontor, Ponorogo. tahun 1960-an, ia bergabung dengan koran Terompet Masyarakat, Surabaya. lantaran bergabung dengan manifesto Kebudayaan (Manikebu), dia dipecat karena koran itu erat dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Meski begitu, dia tak berhenti menulis. Karyanya berupa esai, dan cerbung dia kirim ke pelbagai majalah dan koran. Cerpennya Lailtul Qadr menjadi juara tiga cerpen Dewan Kesenian Surabaya, 1973. Puisinya menjadi juara II peulisan puisi Radio BBC London, 1980. Ia juga juara tiga penulisan kisah kepahlawanan kemerdekaan dari Dewan Angkatan 45 Pusat lewat Perempuan Itu Bingkai Pesawat.<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karya-karya tersebut dia simpan di rumahnya. "dulu saya taruh di ruangan tamu, tapi kok tak aman, juga bisa membuat saya pamer. Dan, pamer itu bisa jadi sombong. Sikap itu harus saya hindari karena sangat dibenci Allat SWT. Hanya Allah yang berhak menyandang al-mutakabbir ( pemilik segala kebesaran). Sekarang saya simpan di ruang keluarga," katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Transformasi budaya</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Ia pernah diajak sekelompok masyarakat dan budayawan banyuwangi menggugat secara hukum novelis Putu Praba Darana, sebab buku yang ditulis Putu, Trilogi Blambangan yang terdiri dari Tanah Semenanjung, Gema di Ufuk Timur, dan Banyuwangi, yang menjadi cerbung di Kompas lalu diterbitkan PT Gramdedia, dinilai melecehkan budaya Using.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ia juga diajak menggugat secara hukum dan mendemo Heru Setya Puji Saputra karena bukunya, Memuja Mantra Sabuk Mangir dan Jaran Goyang Masyarakat Using Banyuwangi terbitan LkiS, Yogyakarta, 2007 dinilai menyimpang dan menghina masyarakat Using.<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Saya tidak mau menuruti ajakan mereka. Kalau tulisan Putu dan Heru dianggap salah atau menyimpang, cara meluruskan juga harus dengan tulisan. Buatlah novel yang lebih baik dan benar. Dengan demikian nanti akan terjadi diskursus di masyarakat. Mendorong iklim dialog yang brilian, egalitarian, jernih, tanpa prasangka.Cara demikian , membuat kebudayaan dinamis dan berkembang. Menggugat secar hukum dan demo itu bukan cara bijaksana," katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut dia, keterbukaan, dialogial, adalah akar budaya Using. Masyarakat Using tak menutup diri. Budaya yang masuk akan diserap lalu dipadukan dengan budaya asli hingga seeringkali melahirkan format budaya baru. Di sini ada transformasi budaya.<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dia mencontohkan, masuknya tari jangger bali yang "kawin" dengan tarian Using, melahirkan tari gandrung. "Coba lihat, apa tari gandrung sama dengan tari jangger? Kan tidak, tetapi ada nuansa jangger," katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Masyarakat Using terbuka menyerap budaya bahasa Mataraman. Tetapi tak serta merta mengganti dengan bahasa Mataraman walau di bawah kekuasaan Kerajaan Mataram. Menyerap bahasa Mataraman justru menunjukkan martabat masyarakat Using.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Misalnya, kata "isun"untuk "aku". Dalam bahasa Mataraman, "isun" menunjukkan derajat tertinggi, yang bisa menggunakan "isun" hanya raja. Tetapi dalam budaya Using, "isun" untuk semua. Ini menunjukkan egalitarianisme masyarakat Using sekaligus egoisme.<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebaiknya untuk kata "kamu", masyarakat Using menggunakan "sira". Istilah "sira" dalam bahasa Mataraman menunjukkan posisi paling rendah di bawah "panjenengan" atau "paduka".</div>
<div style="text-align: justify;">
Makanan pun kalau masuk Banyuwangi mengalami transformasi. Di sini ada rujak-soto, rawon-pecel. Kan, rawon itu dari Surabaya, pecel dari Madiun, ketemu di sini jadi rawon-pecel yang nikmat. Semua itu menunjukkan keterbukaan budaya Using," ujarnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dia meyakini, dengan nilai-nilai keterbukaan, egalitarian, watak dialogial, akan menjadi landasan budaya Using lestari dan berkembang sesuai generasi dan zamannya. Paradigma transformasinya adalah al-muhafadhah ala qodimis shalih wal ahdu bil jadidil ashlah (mempertahankan hal lama yang baik dan mengambil hal baru yang lebih baik) .<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Paradigma yang dia serap dari Pondok Darussalam Gontor. "Ada atau tak ada saya, budaya Using tetap lestari dan berkembang. Saya hanya bagian secuil dari budaya Using," kata kakek enam cucu itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-size: x-small;">Kompas, Jumat 29 Juli 2011</span><br />
<span style="font-size: x-small;">sumber foto : <a href="http://blog.indonesiabercerita.org/beritaidcerita/kelas-pencerita-banyuwangi/">http://blog.indonesiabercerita.org/beritaidcerita/kelas-pencerita-banyuwangi/</a></span>Unknownnoreply@blogger.com0